Senin, 07 September 2009

Bangsa Maling TERIAK Maling

Mungkin anda bingung dengan judul diatas tetapi itulah yang ingin penulis ungkap lewat tulisan ini sebelum penulis memohon maaf kalau didalam tulisan ini membuat anda geram, tersinggung atau sejenisnya tetapi itulah yang terjadi.

Bulan Agustus 2009 ini adalah bulan paling berat mungkin menurut penulis kenapa, sebelum memasuki bulan Agustus kita sudah dikejutkan dengan tewasnya TKI ( yang katanya ilegal versi negara) di kolong jembatan tol diwilayah Jazirah Arab sana, kemudian 3 hari setelah memperingati Hari Kemerdekaan negara ini kita dikejutkan dengan adanya tayangan iklan dari stasiun televisi berlangganan yang mana menampilkan materi gambar iklan berupa beberapa tokoh pewayangan, bunga rafflesia Arnoldi dan tarian pendet dimana muatan itu ditujukan untuk kampanye pariwisata negara Twin Tower Petronas.

Akibat dari muatan iklan tersebut rakyat Indonesia dari mulai Sabang hingga Merauke serta dari Mianggas sampai Pulau Rote bersatu memprotes atas aksi yang tidak terpuji yang dilakukan oleh negara itu bahkan sampai perang kata-kata di beberapa jaringan situ sosial seperti Twitter dan Facebook, bukan kali ini negara itu memasukkan bahkan mengklaim kalau budaya di negara ini menjadi budaya bahkan warisan dari negara tersebut.

Kejadian ini bukan pertama kali setidaknya kita pernah dengar soal, Reog Ponorogo, Angklung, lagu Rasa Sayange, Makanan Rendang, Batik, bahkan Kain Ulos asal Tapanuli Utara pun sudah di masukkan sebagai warisan budaya mereka dan juga Bahasa Indonesia akan dijadikan bahasa resmi negara itu bukan lagi bahasa melayu.

Tetapi dari itu semua pernahkah kita bertanya dalam nurani kita sebagai rakyat Indonesia, sudah original kah budaya yang ada di negara ini yang tersebar dari Sabang hingga Merauke dari Mianggas hingga Pulau Rote, sehingga kita bisa teriak-teriak ketika budaya kita di klaim bahkan dirampok oleh negara tersebut ?

Kenapa penulis bertanya tersebut, ini ada kaitannya dengan sebuah tulisan yang ditulis oleh seorang pengamat musik dan budaya dalam tulisan di sebuah surat kabar nasional yang mengatakan bahwa negara kita ternyata LEBIH MALING daripada negara tersebut. Lewat tulisannya lah penulis baru tahu dan hanya bisa geleng-geleng kepala setelah membaca tulisan beliau.

Anda pasti tahu dengan lagu HALO-HALO BANDUNG dan pencipta ? iya penciptanya adalah Ismail Marzuki, bahkan sampai Presiden pertama kita, Ir. Soekarno memberikan penghargaan Piagam Widjajakusuma pada tahun 1961 kepada beliau dimana dalam grafir piagam tersebut tertulis menyatakan bahwa lagu HALO-HALO Bandung adalah ciptaan Ismail Marzuki, padahal ITU BOHONG!!! Karena pencipta dari lagu HALO-HALO BANDUNG adalah seorang prajurit Batak dari divisi Komando Daerah Militer Siliwangi (KODAM SILIWANGI ) bermarga Lumban Tobing, dimana lagu ini dinyanyikan oleh beliau bersama peleton bataknya selepas long march Jogja-Bandung ketika zaman revolusi, bahkan kematiannya dapat disaksikan dalam bentuk lukisan dan diorama di Museum Siliwangi di daerah Jl. Lembong-Bandung.

Lalu anda pasti pernah mendengar lagu nasional yang berjudul KULIHAT IBU PERTIWI SEDANG BERSUSAH HATI, yang menjadi pertanyaan adalah apakah itu 100 % buatan pencipta lagu asal Indonesia yang 100% original ? kalau anda menjawab betul, ANDA SALAH SEMUA !!! lagu KULIHAT IBU PERTIWI SEDANG BERSUSAH HATI adalah MURNI 100 % PENCURIAN dari lagu gereja yang berjudul WHAT A FRIEND WE HAVE IN JESUS “ dan diciptakan oleh Horatius Bonar pada lirik dan Charles Crozat Converse pada musik, dan itu semua di CATAT HAK CIPTAnya pada tahun 1876 lewat Biglow & Main

Kalau dua contoh ini dan masih banyak lagi lainnya yang merasa original kita ternyata saduran dari luar dibandingkan dengan upaya Malaysia mengklaim budaya negara ini, apakah kita masih berteriak lantang bahkan melakukan demo di Kedutaan mereka dengan mengatakan bahwa mereka maling sementara kita justru Mbahnya maling ? untung saja negara itu tidak tahu akan “kriminal” negara ini kalau mereka tahu akan kelakuan negara kita, tidak bisa dibayangkan malunya kita sebagai rakyat dimana berdemo menentang budaya kita dirampok tetapi kita sendiri justru maling, benar tidak ?!

Apakah itu negara itu maling atau tidak atau justru kita sebagai MBAHnya maling kembali kepada pribadi kita, kalau memang itu budaya asli kita cobalah di daftarkan tetapi sebelum didaftarkan kiranya memeriksa dulu apakah itu benar 100% asli dan original budaya kita atau saduran jangan sampai seperti dua kasus diatas, dan juga kiranya pemerintah lebih aktif dan jemput bola kepada para seniman yang mencoba mencatatkan kreatifitasnya untuk menjadi hak cipta, karena selama ini penulis melihat peran pemerintah masih sedikit aktifnya dan juga proses untuk menjadi hak cipta yang terlalu kompleks dan mahal biayanya.

Masihkah kita akan berteriak lantang dan keras menentang kelakuan negeri melayu itu ketika di masa mendatang merampok budaya kita dan mengklaim menjadi budaya mereka sementara negara kita juga sama rampoknya dengan mereka ?

HIDUP MALING !!!

14th Floor

Pendapat Pribadi