Rabu, 09 Juni 2010

Urus Moral Masing-Masing, Jangan Urus Moral Orang Lain !!!

Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum menuliskan apa yang menjadi pendapat penulis ijinkan penulis menghaturkan permintaan maaf kepada para pembaca jika dalam penulisan penulis membuat pembaca dan pengunjung marah, tersinggung atau apalah apa yang penulis tulis ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak ada maksud untuk memojokkan atau mencemarkan nama baik atau organisasi lewat tulisan, sekali lagi mohon maaf.

Berapa hari belakangan ini kita dikejutkan dengan beredarnya tayangan adegan yang tak layak ditonton oleh balita dan anak-anak oleh sepasang selebritas negeri ini di jaringan internet, belum selesai kehebohan ini datang lagi adegan yang sama hanya bedanya di tokoh perempuannya dan bahkan kabarnya adegan ini berseri setidaknya beredar ada sekitar 21 atau 32 wanita dan prianya hanya dia wowww…(udah kayak tayangan serial sinetron ala jaringan televisi kabel hehehe…)

Penulis tidak akan menceritakan adegan ini atau membahas layaknya komentator sepakbola di televisi yang sekarang lagi panen karena adanya ajang Piala Dunia tetapi ada yang aneh dari kejadian ini..

Aneh ? iya aneh sebenarnya bagi penulis adegan-adegan (maaf) perang kelamin ini sering dilakukan oleh siapapun termasuk anda tapi yang terutama yang sudah resmi dan sah secara agama dan negara walaupun banyak diantaranya banyak yang mencoba-coba.

Kalau seperti yang dilakukan oleh selebritas ini menurut penulis ada dua hal yaitu pertama mungkin mereka melakukan atas suka sama suka kemudian mencoba merekam hanya untuk kepentingan pribadi mereka, kedua kalau pun apa yang mereka dokumentasi kan itu sampai ke publik memang kesalahan ada pada mereka tetapi yang jelas paling bersalah adalah orang yang menyebarkannya.

Lagi pula soal kasus video perang kelamin ini bukan yang pertama kalinya sejak negara ini berdiri dan bukan yang pertama kalinya selebritas membuat video tersebut, tentunya kita masih ingat bagaimana seorang selebritas kurang terkenal tepatnya penyanyi dangdut kampung berskandal dengan politisi ternama di negara ini tetapi kasus itu entah sudah selesai atau tidak sampai sekarang tidak terdengar lagi bahkan sang politisi itu pun sekarang menghilang entah kemana.

Kembali soal kasus ini, sebenarnya polisi pun tidak berminat mengurusi video ini ketika beredar, tetapi karena ulah dari seorang pengacara kurang kerjaan lewat bantuan sebuah organisasi kemasyarakatan akhirnya kasus ini pun mulai beredar di kalangan penyidik dan mulai muncul isu-isu bahwa ketiga selebritas ini akan di periksa. Alasan pengacara ini tayangan tersebut bisa merusak moral terutama kalangan anak-anak yang sekarang ini sudah mengerti akses internet di warnet-warnet..

Kalau soal moral jangan jadi orang yang sok suci, taat agama dan didunia manapun yang namanya manusia itu pasti berselimut dosa dan abmoral, kalau menurut penulis yang tidak bermoral itu adalah bukan selebritas yang ada di video itu tetapi para koruptor dan penjahat lingkungan lah yang saat ini masih beredar di negara ini ! kita bisa lihat berapa ratus trilyun rupiah dana yang seharusnya dipergunakan untuk rakyat miskin dinikmati sendiri dengan cara berfoya-foya baik dengan isterinya atau isteri yang lain di luar sana, berapa banyak keluarga di daerah pinggiran kota-kota besar di negara ini yang setiap hari harus menikmati yang namanya nasi tiwul atau nasi aking karena tidak mampu membeli seliter-dua liter beras, kalau pun bisa beli beras raskin bau dan warna dari beras itupun tidak sesuai yang diharapkan.

Kalau dibilang adegan itu tidak sesuai dengan norma agama dan budaya ketimuran, kalau norma agama penulis tidak bisa berkata karena penulis bukan ahli agama, tetapi kalau budaya ketimuran, budaya timur yang seperti apa ? sampai sekarang pun penulis tidak bisa melihat arti dari budaya ke timuran, oke budaya ke timuran itu adalah kehidupan dengan norma-norma yang berlaku tetapi tetap saja harus dibarengi dengan keadaan yang ada, maksudnya ? menurut penulis negara ini bukan menganut budaya ketimuran tetapi budaya kemunafikan kenapa ? kita bisa lihat kasus video ini sebenarnya mudah di selesaikan dengan cara ya menunggu agar orang-orang yang terlibat dalam video ini berbicara kalaupun tidak berbicara ya sudah ngapain juga kita urusin toch bukan kita yang menghukum dia, yang berhak menghukum dia adalah TUHAN karena TUHAN yang menciptakan dia dan dia yang bertanggung jawab ketika diminta oleh TUHAN..

Bangsa ini menurut penulis bangsa yang munafik sekali lagi MUNAFIK, kita bisa lihat banyak orangtua wanti-wanti kepada anaknya terutama anak perempuan agar menjaga kehormatannya tetapi tidak diajarkan secara visual misalnya memberikan pendidikan sex secara hati ke hati dengan cara (mungkin) sedari kecil memberikan gambaran kalau yang namanya struktur anatomi termasuk genital daripada pria dan wanita begini atau menjelaskan kenapa ibu bisa hamil tetapi kenyataan banyak rata-rata keluarga di Indonesia hanya menjelaskan dengan kata-kata, bahkan kadang-kadang anak bertanya kepada orangtuanya apa itu kondom, apa itu buah dada, apa itu sperma yang mungkin mereka dengar ketika di luar rumah langsung di marahin oleh orangtua bahkan tidak segan-segan memaki agar anak itu tidak mengucapkan kata-kata itu lagi.

Jadi menurut penulis sangat wajar kenapa kita sering jumpai banyak video-video porno di jaringan internet karena ya itu tadi tidak adanya pendidikan seksual yang diberikan oleh orangtua di rumah sehingga anaknya pun mencari arti kata atau apa sich seks itu di luar sana atau bertukar cerita dengan temannya yang lebih “ngerti” sehingga arti seks itu sendiri bermacam-macam di pikiran mereka dan akhirnya mencobanya karena salah satu dari arti kata seks itu mungkin artinya enak atau ga gaul kalau tidak nge-seks!

Pemerintah terutama Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Negara Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak serta Kementerian Sosial agar membuat semacam kurikulum pendidikan sex khusus anak sekolah mulai dari tingkatan SD kelas lima atau enam sampai SLTA sehingga para pelajar ini tahu dampak daripada yang namanya seks jika belum menikah karena selama ini para pelajar ini hanya mendapatkan pendidikan seks lewat pelajaran biologi dan itu hanya pengantar saja.

Walaupun nantinya akan ada omongan “bukannya justru dengan pendidikan sex, anak akan lebih tahu dan jelas bagaimana cara berhubungan seks” menurut penulis seperti yang diutarakan di atas itu semua nantinya akan menjadi pertanggung jawaban manusia kepada Tuhan yang penting orangtua dan guru sudah mengarahkannya benar tidak ? kalau itu bertentangan dengan budaya kita budaya ketimuran, tolong yach Jepang, Korea, China aja yang sangat kental budaya tradisionalnya banyak aja kok toko aksesoris dan rental VCD-DVD porno bahkan Jepang dan China berapa kali menjadi tuan rumah pameran dan konfrensi seks se-Dunia, jadi apanya yang budaya ketimuran khususnya di Asia kalau melihat kondisi Jepang, China dan Korea yang sangat kental budaya timur dan leluhurnya ?

Sekali lagi daripada ngurusin perang kelamin atau selangkangan orang-orang terutama selebritas seperti yang dilakukan oleh Pengacara kurang kerjaan itu, lebih baik kita mengurusi negara ini, bagaimana caranya negara ini bisa keluar dari yang namanya korupsi yang sudah mendarah daging di setiap manusia yang hidup dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Rote, apakah anda tidak miris melihat banyak warga yang masih mengkonsumsi nasi aking atau nasi tiwul sehari-hari, atau masih banyak rakyat Indonesia yang hidup sangat miris sekali seperti yang penulis lihat di bawah jembatan dekat Markas Besar Polisi Militer Daerah Distrik Jayakarta (POMDAM) Guntur, atau nasib keluarga di Sidoarjo yang harus menderit (mungkin) bahkan ada yang sakit jiwa atau (maaf) melakukan pekerjaan yang tidak disetujui oleh Tuhan hanya karena tuntutan perut atau berapa juta anak Indonesia yang tidak bisa memperoleh pendidikan secara benar tetapi yang mereka dapat adalah pendidikan jalanan dengan ucapan-ucapan kotor dan tingkah laku yang bukan layaknya seorang anak, sementara pejabat-pejabat kita yang berdasi, duduk dikursi empuk dan berhawa sejuk di bantu dengan sekretaris-sekretaris atau asisten intimnya, naik-turun mobil kelas satu berjuang keras bagaimana caranya dana 15 M itu turun dengan label “untuk rakyat” walaupun akhirnya ada isu juga dari 15M menjadi 1 M masih dengan label “untuk rakyat” tetapi hasilnya tidak ada, jangan kan 15M sebelum isu itu saja rakyat kita masih miskin dan hidup hanya berkulitkan tulang dan kentut, kejadian ini pun tidak pernah diperhatikan oleh para pejabat ini padahal karena mereka lah para pejabat berdasi dan jas serta batik ini duduk nyaman benar tidak ?

Senayan, 090610 11:30

Rhesza
Pendapat Pribadi

Antara 1,8M, 15M dan Nasi Aking

Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum menuliskan apa yang menjadi pendapat penulis ijinkan penulis menghaturkan permintaan maaf kepada para pembaca jika dalam penulisan penulis membuat pembaca dan pengunjung marah, tersinggung atau apalah apa yang penulis tulis ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak ada maksud untuk memojokkan atau mencemarkan nama baik atau organisasi lewat tulisan, sekali lagi mohon maaf.

Beberapa hari ini semua media kembali menyorot ke Senayan, lagi-lagi anggota Senayan ini berbuat ulah kalau bulan lalu media mengangkat tentang usulan agar gedung Dewan di perbaiki karena (katanya) mengalami kemiringan sekitar (kalau tidak salah) 45 derajat dengan meminta anggaran sebesar Rp. 1,8M padahal gedung yang mereka tempati yang katanya miring tersebut adalah gedung baru, setelah isu gedung tersebut reda kali ini anggota dewan pun membuat kehebohan di negara ini.

Beberapa hari yang lalu anggota Dewan terutama dari partai (boleh penulis sebut) orde baru mengusulkan kepada pemerintah terutama Kementerian Keuangan Republik Indonesia agar setiap anggota Dewan di beri uang saku Rp. 15M untuk membantu pembangunan di wilayah pemilihannya ketika berkunjung atau ketika reses, alasannya karena setiap anggota Dewan sedang reses selalu saja banyak konstituen yang mengajukan proposal entah itu biaya jalan, biaya perbaikan sarana pertanian dan masih banyak lagi dan itu membutuhkan banyak biaya sehingga alasan itulah yang digunakan anggota Dewan untuk meminta negara agar mengeluarkan dana dari dompet negara untuk biaya konstituennya dan dana itu di beri nama dana aspirasi.

Bagi penulis apa yang di minta oleh anggota dewan ini antara tidak masuk akal dan juga memang ada perlunya tetapi agak aneh, maksud penulis tidak masuk akal adalah kita bisa lihat kalau memang dana itu Rp. 15M untuk satu orang per daerah pemilihannya dikalikan sekitar 500 anggota Dewan itu berarti negara harus mengeluarkan uang negara dari dompet sekitar Rp. 8,4 T wowww jumlah yang sangat besar, kemudian maksud penulis ada perlunya tetapi agak aneh begini, memang dana Rp. 15M itu sangat perlu untuk daerah pemilihan anggota Dewan tetapi aneh, kalau memang dana itu untuk daerah pemilihan daripada sang anggota Dewan, BUAT APA ada Pemerintahan Daerah berikut Kepala Dinasnya, BUAT APA ada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan juga Dewan Perwakilan Daerah serta APBD kalau uang Rp. 15M untuk membangun daerah pemilihannya, lebih baik bubarkan saja itu DPRD dan DPD benar tidak ?

Ulah daripada anggota Dewan ini bukan yang pertama kali selalu mengeluarkan usulan dengan label “untuk rakyat” tetapi kenyataannya NIHIL, kita bisa lihat bagaimana anggota dewan dengan mudahnya meminta uang untuk kelancaran operasional mereka seperti kunjungan ke luar negeri dengan label studi banding dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan mencoba menerapkan apa yang mereka lihat di pemerintahan atau penerapan kebijakan oleh negara yang mereka kunjungi di negara ini tetapi nyatanya tidak ada, kita bisa lihat bagaimana anggota dewan periode lalu yang melakukan studi banding ke Jerman, Argentina, Belanda, Perancis untuk melihat bagaimana sistem perundangan, sistem transportasi massal dan masih banyak lagi yang (kata mereka, mungkin) akan di coba di negara ini tetapi sampai sekarang tidak ada hasilnya dari studi banding itu yang ada malah kiriman photo-photo para anggota Dewan ini yang sedang mementeng tas-tas yang berisi sepatu, baju dari merek-merek terkenal di negara sana sambil bergaya yang dikirimkan oleh rekan-rekan mahasiswa di Eropa bahkan para mahasiswa Indonesia di Eropa BERANI menentang keberadaan para anggota dewan ini ketika berada di sana.

Bahkan ada beberapa surat elektronik yang penulis dapat melalui jaringan milis dimana ada beberapa mahasiswa Indonesia dan juga staff diplomat Indonesia yang geram dengan kelakuan para anggota dewan ini dimana ketika mereka melakukan kunjungan ke luar mereka tidak mau bertemu dan berbincang dengan para masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa, selain itu juga mereka ketika melakukan kunjungan ke luar negeri mereka ingin diperlakukan sebagai raja dimana segala keperluan mereka harus di penuhi termasuk pasangan mereka entah itu istri atau yang lain, misalnya para staff menempatkan mereka di hotel yang bergengsi di negara mereka berkunjung, selalu di sediakan angkutan untuk mengantar-jemput mereka selama di sana belum lagi kunjungan ternasuk sang isteri, intinya kelakuan para anggota dewan ini tidak lebih seperti layaknya artis internasional yang sedang road show, jika salah satu permintaan mereka tidak dipenuhi oleh staff diplomat jangan harap karier staff ini bisa lancar posisinya karena begitu sampai di Jakarta para anggota dewan ini tidak segan-segan melaporkan kelakuan daripada para diplomat ini ke Menteri Luar Negeri untuk diperhatikan kembali anggota staff yang tidak memperhatikan para anggota Dewan ini ketika sedang berkunjung.

Kembali ke soal dana aspirasi ini menurut penulis jika negara meloloskan dana ini maka tidak yakin semua daerah pilihan akan merasakan dana ini karena kita tahu wilayah pemilihan yang paling banyak dan menguasai Senayan adalah wilayah DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jawa Timur dengan kata lain hanya Pulau Jawa saja yang merasakan sedangkan yang lain seperti Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Perairan Maluku, Nusa Tenggara ?

Kalau menurut penulis memangnya para wakil rakyat ini tidak bisa apa mengalokasikan dana yang mereka terima setiap bulan untuk para konstituennya yang telah memilih mereka untuk duduk di Senayan selain untuk kebutuhan partai dan tentunya rumah anggota dewan itu sendiri, kalau memang tidak bisa memenuhi kebutuhan para konstituen JANGAN jadi anggota dewan.

Maksudnya ? karena penulis melihat para anggota dewan ini hanya (maaf) menang di cakap saja, pintar memainkan kata-kata kepada para pemilihnya agar memilih anggota dewan ini untuk duduk di Senayan tetapi tidak dipikir bagaimana kalau nanti mereka sudah duduk di Senayan apakah janji-janji itu bisa terlaksana, dan jadinya seperti ini para anggota dewan ini curhat bahwa mereka setiap hari selalu mendapatkan ratusan proposal agar di bantu atau ketika berada di daerah pemilihan mereka harus menitipkan uang untuk kebutuhan daerahnya sementara rakyat dan pemilihnya TIDAK PEDULI dengan kondisi para anggota Dewan ini karena yang di mata para rakyat dan pemilih bahwa anggota dewan itu KAYA, tiap rapat dapat uang, tiap kunjungan dapat uang, belum lagi ada tunjangan-tunjangan seperti tunjangan pulsa, tunjangan listrik, tunjangan cuci baju, cuci beha, g-string, celana dalam, lingerie, tunjangan bensin dan masih banyak tunjangan lain yang jumlahnya bukan Rp. 10,000 atau Rp. 50,000 melainkan berjuta-juta benar tidak ?

Kita lihat bagaimana komposisi isi dompet para anggota dewan periode yang lalu misalnya Ketua Dewan membawa pulang sebesar Rp. 30,908,000/bulan dengan rincian gaji pokok Rp. 5,040,000 kemudian tunjangan jabatan sebesar Rp. 18,900,000, uang paket Rp. 2,000,000 kemudian komunikasi intensif Rp. 4,968,000. Itu baru dompet Ketua bagaimana dengan fasilitas yang di terima anggota ? ternyata tidak jauh berbeda seperti Gaji Pokok dan tunjangan dimana setiap anggota mendapatkan Rp. 4,200,000/bulan kemudian ada tunjangan jabatan Rp. 9,700,00/bulan, uang paket Rp. 2,000,000/bulan, beras Rp. 30,090/jiwa/bulan, tunjangan keluarga sendiri terdiri jika suami/istri dimana 10% x gaji pokok Rp. 420,000/bulan, kemudian tunjangan anak dimana 25% x gaji pokok Rp. 84,000/jiwa/bulan, tunjangan pajak pasal 21 Rp. 2,699,813 itu baru gaji pokok bagaimana dengan penerimaan “sampingan” anggota Dewan ?

Ternyata tidak jauh berbeda dengan gaji pokok dimana para anggota Dewan ini menerima seperti tunjangan kehormatan Rp. 3,720,000/bulan kemudian komunikasi intensif Rp. 4,140,000/bulan, BANTUAN langganan listrik dan telepon Rp. 4,000,000 kemudian jika ada pembahasan tentang pembuatan Undang-Undang maka di bentuk Pansus dan anggota Pansus ini mendapatkan Rp. 2,000,000/undang-undang lalu ada biaya untuk asisten Rp. 2,250,000/bulan lalu ada fasilitas kredit mobil sebesar Rp. 70,000,000/orang/per periode

Ketika akan berpergian pun para anggota Dewan ini mendapatkan uang saku seperti paket pulang pergi sesuai daerah tujuan, kemudian ada uang saku harian misalnya untuk daerah tingkat I sebesar Rp. 500,000/hari, untuk daerah tingkat II sebesar Rp. 400,000/hari, kemudian untuk representatsi khusus anggota dewan dari Daerah Tingkat I sebesar Rp. 400,000 sedangkan Daerah Tingkat II sebesar Rp. 300,000 dana perjalanan ini sesuai dengan program kerja dan paling banyak selama 7 hari untuk personal dan 5 hari jika kunjungan dengan tim atau gabungan misalnya komisi, dan masih banyak lagi seperti rumah jabatan, perawatan kesehatan, serta pensiun bahkan kematian pun anggota Dewan masih mendapatkannya misalnya jika anggota Dewan wafat maka negara memberikan 3 bulan gaji, jika anggota Dewan tewas maka negara memberikan 6 bulan gaji serta biaya pemakaman sebesar Rp. 1,050,000/orang

Sekali lagi apa yang penulis utarakan di atas adalah jumlah isi dompet anggota Dewan periode 2004-2009 yang penulis dapat dari jaringan Milis, kalau sudah seperti ini MASIH pantaskah anggota dewan meminta Rp. 15M ke negara dengan label untuk rakyat ? sementara kerjanya untuk yang selama ini mereka bela BELUM terlihat nyata, menurut penulis para anggota Dewan ini BOLEH meminta Rp. 15M KALAU rakyat di Indonesia dari Sabang Merauke dari Miangas sampai Rote TIDAK LAGI ADA yang makan nasi aking, atau sekolah-sekolah di pedalaman SUDAH SAMA BAGUSNYA dengan Pos Polisi Bunderan HI, atau TIDAK TINGGAL di kandang-kandang hewan karena harus membayar yang namanya keadilan hukum, atau para penderita HIV-AIDS ini mendapatkan ARV dengan harga murah dan terjangkau, atau sarana kesehatan sudah terjamin.

Bisakah para anggota ini melakukannya ? kita tunggu saja…

Senayan, 070610 14:00

Rhesza
Pendapat Pribadi

Sudah Bebaskah Jurnalis Menjalankan Tugasnya ?

Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum menuliskan apa yang menjadi pendapat penulis ijinkan penulis menghaturkan permintaan maaf kepada para pembaca jika dalam penulisan penulis membuat pembaca dan pengunjung marah, tersinggung atau apalah apa yang penulis tulis ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak ada maksud untuk memojokkan atau mencemarkan nama baik atau organisasi lewat tulisan, sekali lagi mohon maaf.

Beberapa bulan belakangan ini hampir semua media baik cetak maupun elektronik memuat berita tentang adanya beberapa jurnalis yang mengalami kesulitan bahkan penganiayaan ketika sedang menjalankan tugasnya sebagai jurnalis.

Kita bisa lihat bagaimana ada seorang (mungkin) pengusaha yang menggugat sejumlah media cetak ibukota karena memuat berita (menurut versi pengusaha ini) bohong soal kasus penggrebekkan judi di salah satu kamar hotel ternama di kawasan Sudirman-Senayan, walau akhirnya empat media dinyatakan di bersalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur dan Selatan karena tidak sesuai dengan dakwaan, dan saat ini pun juga kalangan media cetak menanti putusan yang akan di keluarkan oleh PN Jakarta Barat apakah sama atau tidak dengan PN Jakarta Timur dan Selatan.
Ada lagi kasus penganiayaan seorang wartawan televisi di pelataran kantor pemerintahaan di Jakarta, tanpa alasan yang tidak jela sang jurnalis di pukul oleh satuan keamanan kantor pemerintahan tersebut, kemudian di Maluku ada Jurnalis dari sebuah biro stasiun televisi mengalami pemukulan dari aparat salah satu pengadilan di Ambon ketika akan meliput dan mempertanyakan kenapa salah satu acara persidangan tidak boleh terbuka untuk umum.

Pertanyaannya sekarang dari semua rangkaian peristiwa ini adalah, sehina inikah hidup sebagai Jurnalis harus di pukuli, di adili dan sebagainya ? bukan maksud membela kaum Jurnalis tetapi penulis melihat ada yang salah dan tidak mengertinya masyarakat terkait kehadiran para Jurnalis ini.

Memang diakui atau tidak peran Jurnalis ini ibarat dua sisi mata uang dimana satu sisi mereka memberikan informasi yang di butuhkan oleh masyarakat terkait suatu peristiwa tetapi di satu sisi lain ada saja jurnalis-jurnalis ini merasa terkotak-kotakkan dengan aturan-aturan yang ada misalnya aturan dari perusahaan tempat mereka bekerja.

Penulis melihat seperti dua sisi mata uang itu, satu sisi memang kita lihat banyak media berbondong-bondong memberikan berita yang akurat kepada para pemirsanya dengan berbagai gaya ada yang siaran langsung dari TKP atau ada yang langsung dari dua tempat yang berbeda tetapi isinya berkaitan dan masih banyak lagi dan semakin akurat semakin banyak pemirsa yang menikmati, tetapi satu sisi kebebasan Jurnalis itu menyiapkan materi harus terhalang dengan aturan-aturan mereka seperti aturan atau kebijakan perusahaan misalnya seperti kasus lumpur ada dua media yang menyebutkan lumpur Sidoarjo tetapi semua tipi menyebutkan lumpur Lapindo melihat dari perusahaan yang menyebabkan peristiwa ini terjadi.

Sebenarnya kita sebagai orang awam harus berterima kasih kepada para jurnalis karena tanpa jurnalis kita bisa apa, kita tidak tahu kejadian apa yang terjadi di belahan dunia sana kalau tidak ada sosok Jurnalis, kita juga tidak akan bisa memperkenalkan kepada dunia suatu inovasi yang bermanfaat bagi dunia ini jika tidak ada jurnalis yang meliput benar tidak ?

Tetapi memang diakui ada beberapa media yang menurut penulis tidak sesuai dengan tatanan pers seperti yang terjadi pada salah satu stasiun televisi, tidak usah menyebutkan namapun anda sudah tahu tipi apa itu, tipi ini menurut penulis agak sok melakukan liputan dan apapun secara pertama dan eksklusif tetapi di balik berita itu kadang-kadang menyalahi aturan kita bisa lihat bagaimana stasiun televisi ini selalu menyiarkan berita-berita eksklusif tetapi ujungnya berita bohong seperti kasus Ibrohim dimana mereka “bergandengan” tangan dengan pasukann 88 dalam mencari teroris dimana mereka melakukan laporan langsung dari lokasi dimana sang Jurnalis mengatakan bahwa yang sedang diburu itu adalah Noordin M Top kemudian sambil merekam dan terus merekam baku tembak itu selama 19 jam dan mendapatkan konfirmasi dari pasukan di lapangan kalau yang mati adalah Noordin M Top dan itu disampaikan lagi oleh sang Jurnalis lewat laporan telepon dan visual, kemudian untuk memastikan bahwa laporan daripada sang Jurnalis dari TKP ini presenter berita yang ada di Studio mencoba menghubungi pejabat Kepolisian apakah benar yang tertembak ini adalah Noordin M Top, entah karena sedang diluar atau tidak sang Pejabat ini mengatakan iya…iya..saja dan langsung lah berita itu tersebar dan menjadi bahan perbincangan setidaknya 48 jam ke depan.

Tetapi apa yang di sangka setelah melakukan otopsi segala, bahwa yang tewas bukan Noordin M Top bahkan sang pejabat Humas ini sempat geram dengan tindakan daripada sang televisi ini, itu belum seberapa bagaimana dengan kasus wafatnya Gesang yang diberikan secara langsung ketika akan menutup sebuah berita tetapi kenyatannya selang 30 menit dari pembicaraan itu sang Gesang ternyata masih hidup atau ketika di jaringan social tuider, salah satu penyiarnya menulis bahwa Mantan Ibu Negara telah berpulang karena karena tulisannya ini banyak yang mereply ternyata yang terjadi beda berapa jam ternyata sang mantan Ibu Negara masih hidup walaupun krisis, tapi dari cerita-cerita itu yang penulis tulis diatas ada kesamaan yaitu TIDAK ADA PERMINTAAN MAAF baik itu dari presenternya maupun Pemimpin Redaksinya HINGGA DETIK INI !!

Soal perkara yang melibatkan Jurnalis penulis sependapat dengan Dewan Pers dan KPI bahwa segala yang berkaitan dengan Pers agar diselesaikan juga dengan aturan-aturan Pers misalnya melakukan hak jawab atau melaporkan ke Dewan Pers atau melaporkan dengan menggunakan UU Pers No. 40/1999 dan juga UU Penyiaran sehingga tidak seperti sekarang Pers dan Jurnalis sama dengan koruptor dan maling ayam dalam hal menjerat perkaranya.

Dan juga kiranya pemerintah lewat Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia agar lebih banyak lagi waktu untuk mensosialisasi soal dua perangkat hukum yang berkaitan dengan media atau Pers baik cetak, elektronik dan online kepada masyarakat, karena selama ini banyak warga negara terutama kaum-kaum berdasi dan parlente ketika urusannya terutama bisnisnya dicium mencurigakan oleh jurnalis lewat pemberitaan sebagai pencemaran nama baik langsung melaporkan ke pihak-pihak terkait (baca: Polisi) dengan pasal penghinaan atau pencemaran nama baik tanpa ada melaporkan atau mengkonfirmasi terlebih dahulu via telepon atau datang ke kantor media tersebut untuk menanyakan perihal berita yang ditulis jurnalis media tersebut, padahal kaum-kaum berdasi ini bisa mengkonfirmasikan ke media atau dengan menuliskan surat ke Media sebagai pertanyaan dan jawaban atas berita yang dimuat dan tentunya media pun membuka tangan dan tidak segan-segan meminta maaf jika memang jawaban dari orang tersebut berbeda dengan apa yang dituliskan oleh sang jurnalis, tetapi masalahnya tidak banyak orang yang berdasi ini melakukannya dan langsung berpikiran dengan cara mendatangi kantor media tersebut untuk mencoba berdialog dengan sang penulis berita dan juga pemimpin redaksinya.

Sudah saatnya masyarakat dan jurnalis saling tahu sama tahu akan fungsinya, kita tanpa jurnalis pun tidak akan pernah tahu peristiwa atau berita penting yang ada di dunia ini terutama program-program pemerintahan dan juga tanpa masyarakat jurnalis tidak akan bisa memberitakan apa yang mereka lihat dan rasakan atau pengumuman dari pemerintah benar tidak ?

Kebon Sirih, 090610 07:00
Rhesza
Pendapat Pribadi

Semut Di Kejauhan Terlihat, Gajah di Dekat Mata Tidak Terlihat..

Ada dua hal yang ingin penulis sampaikan sebelum melakukan penulisan ini yaitu pertama, penulis menghaturkan permintaan maaf jika dalam penulisan di bawah ini membuat beberapa pembaca berang, marah, tersinggung dan sebagainya karena apa yang penulis tulis ini adalah bentuk pendapat pribadi penulis terhadap apa yang sedang penulis liat dan tidak ada maksud untuk menista, mencemarkan atau memprovokasi seseorang untuk melakukan sesuatu setelah membaca tulisan penulis ini itu saja sekali lagi maaf, yang kedua adalah penulis menghaturkan simpati kepada para korban daripada penumpang kapal Mavi Marmara yang dianiaya oleh Angkatan Laut Israel dan juga simpati kepada prajurit Angkatan Laut Israel yang mengalami luka-luka akibat perlawanan dari para penumpang kapal.

Dunia tersentak dengan kejadian dini hari dimana sebuah kapal dengan nama Mavi Marmara yang berlayar di perairan (versi penumpang) internasional di tembaki oleh prajurit-prajurit Angkatan Laut dari atas helikopter dan kapal cepat, kapal yang berisi para relawan dari berbagai negara termasuk 12 orang warga Indonesia berencana mencoba masuk ke Jalur Gaza untuk menurunkan logistik yang dibutuhkan rakyat Gaza dan juga untuk relawan Indonesia, mereka juga akan mencoba membangun Rumah Sakit di sana, tetapi sekitar 128 km sebelum daratan kapal mereka sudah diserbu dengan dua kapal cepat dan juga helicopter.

Adakah yang salah dengan peristiwa ini ? ada yang bilang yang salah adalah pihak Angkatan Laut Israel karena menembaki kapal dan relawan yang tidak bersenjata, tetapi di pihak pemerintahan Israel mengatakan bahwa Marmara sudah diperingatkan sebelum terjadi ini sebanyak dua kali agar menjauh dari perairan tetapi tidak digubris oleh Marmara, kemudian soal penembakan tersebut AL mengatakan bahwa mereka menemukan ratusan kelereng dan katapel, belati dan senjata lainnya ( seperti yang ditayangkan televisi di negeri ini relay dari jaringan televisi internasional )

Tulisan ini sekali lagi bukan maksud untuk memprovokasi atau apapun termasuk membela Israel atau relawan atau menista dan mencemarkan nama baik tetapi ini pendapat pribadi penulis. Kalau penulis melihat apa yang dilakukan oleh relawan ini satu sisi ada benar untuk kemanusiaan tetapi di sisi lain mereka juga harus tahu informasi dan wilayah mana saja yang boleh, walaupun itu perairan Internasional apakah mereka meminta izin atau kontak radio dengan petugas penjaga disana atau operator mercu suar ? karena dilihat dari tayangan sangat jelas sekali bahwa kapal tersebut tidak menyalakan lampu atau cahaya apapun, dan sangat wajar kalau Angkatan Laut Israel berbuat seperti itu karena mungkin pikir mereka kapal ini mencurigakan dan membahayakan wilayah karena tidak ada cahaya tetapi terus jalan tetapi sebelum melakukan penyerangan tersebut pihak Angkatan Laut Israel sudah menjadi ketentuan internasional melakukan peringatan terlebih dahulu dari darat sebanyak dua kali tetapi tidak digubris kemudian melakukan peringatan kembali lewat dua kapal patroli di samping Marmara tetap tidak digubris, karena tidak digubris maka Angkatan Laut Israel langsung melakukan penyerangan sehingga akibatnya seperti yang kita lihat di televisi

Dan penulis pun bertanya dan penasaran dengan ke-12 relawan ini yaitu apakah 12 orang ini di ketahui oleh Pemerintah Republik Indonesia akan berangkat ke Jalur Gaza dan berkunjung ke Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia untuk meminta ijin, dan apa yang disi 12 relawan ini di form pengajuan visa ke Kedutaan Besar Republik Turki di Jakarta, dan Palestina (mungkin kalau ada perwakilannya) di Ankara-Turki ketika akan memasuki Palestina.

Kalau bicara soal konflik Israel-Palestina maka tidak akan ada habisnya untuk menentukan siapa yang salah apakah Israel yang salah atau Palestina, mungkin bagi kaum fundamentalis, konservatif, fanatik (anda tahu sendiri lah siapa-siapa mereka) akan selalu menyalahkan bahwa Israel yang bersalah dan selalu mengaitkan dengan isu agama Islam-Kristen, atau Islam-Kristen (didalamnya Yahudi) padahal pangkal masalahnya adalah soal tanah, kalau becandaannya orang-orang yang nongkrong di warung kopi konflik Israel-Palestina ini ibarat dua tukang parkir yang ingin menjadi jawara lahan parkir yang akan mereka kuasai.

Di dalam Israel sendiri juga banyak warga Israel tercatat sebagai muslim, bahkan ada salah satu klub sepak bola anggota liga Israel dimana komposisinya adalah 4 Nasrani, 11 MUSLIM, 2 Yahudi tetapi ya itulah menurut kaum fundamentalis, fanatik, konservatif bahwa orang-orang Israel ini adalah Yahudi-Kristen dan Palestina adalah MURNI Muslim padahal di Palestina sendiri banyak sekali bahkan (mungkin) komposisinya 85 % muslim dan 15 Nasrani dan Yahudi atau (mungkin) sebaliknya.

Kalau penulis di tanya soal Israel-Palestina maka jawabannya adalah ada dalam Palestina sendiri, kalau mereka mau merdeka menjadi negara (misalnya) Republik Palestina maka semua elemen yang ada disana seperti PLO, FATAH, dan HAMAS harus duduk bersama, satu suara dan satu tujuan yaitu MERDEKA bukan seperti ini dimana sang Presiden Mahmoud Abbas layaknya Artis selalu melakukan road show ke negara-negara termasuk Indonesia untuk kedua kalinya agar mendukung terbentuknya Palestina sebagai negara tetapi di dalam negeri sang Perdana Menteri, Ismael Haniya malah berkoar-koar sangat lantang bahkan memprovokasi agar menyerang dan menyudutkan Israel sebagai dalang semua ini, kalau penulis sebagai Presiden Republik Indonesia ketika menerima kunjungan dari Mahmoud Abbas akan bertanya dulu “ Saudara Abbas, anda datang ke Indonesia untuk meminta dukungan apakah sudah direstui semua kalangan termasuk rakyat Palestina atau hanya anda dan organisasi anda sendiri ?” penulis tidak bisa bayangkan kalau Palestina sebelum merdeka saja sudah banyak kepentingan seperti yang kita lihat saat ini bagaimana kalau sudah merdeka benar tidak ?

Soal kasus Israel-Palestina dan Marmara ini penulis teringat dengan usulan Mantan Presiden (alm) Gus Dur dimana ketika beberapa bulan atau tahun setelah menjabat sebagai RI-01 beliau mengusulkan agar Indonesia melakukan kerja sama diplomatik dengan membuka kantor perdagangan Israel di Jakarta dan sebaliknya di Tel-Aviv. Akibat dari rencana (menurut golongan fundamentalis, fanatik) gila sampai ada aksi unjuk rasa berhari-hari di berbagai kota menolak ide dari Gus Dur ini, tetapi apa yang terjadi sekarang benar-benar menyusahkan dan membuat pusing negara, kita bisa lihat andai saja usulan itu di terima mungkin negosiasinya pun akan lebih mudah dan satu arah satu pintu antara Indonesia dan Israel, tidak seperti saat ini dimana HANYA untuk mengurus keberadaan 12 orang ini dan untuk mengeluarkannya HARUS 3 Kedutaan Besar Republik Indonesia beserta negara mereka tempati, Jordania, Mesir dan Palestina bukankah estimasi waktunya lama daripada jika usulan Gus Dur terealisasi benar tidak ? memangnya negara tempat KBRI itu MAU dan NIAT dengan nurani begitu saja bantu negara kita padahal rakyat mereka tidak ada yang menjadi korban dalam kapal tersebut.

Penulis (maaf) geli dan ketawa ngakak melihat aksi demonstrasi yang menghujat penyerangan Angkatan Laut Israel dimana mereka beramai-ramai bahkan seperti piknik dengan membawa anak dan istri ke depan Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia di Merdeka Selatan, pertanyaannya adalah KENAPA mesti Amerika Serikat yang di demo, walaupun mereka “sahabat sejati” daripada Israel tetapi dalam kasus ini negara mereka juga menjadi korban, atau karena tidak ada kantor perwakilan Israel di Jakarta jadinya Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat beserta Konsulat nya di jadikan sasaran tembak demontrasi kaum fundamentalis dan fanatisme, konyol sekali anda.

Kemudian juga soal adanya isu pemboikotan produk-produk Israel sebagai hukuman atas penyerangan terhadap kapal Marmara menurut penulis sangat tidak masuk akal, kalau memang mau boikot silakan tetapi apakah anda semua yang menyerukan pemboikotan itu terutama kaum fundamentalis dan fanatisme siap meninggalkannya kalau itu terkait dengan kehidupan anda ?

kita semua tahu apa saja produk yang dibuat oleh Israel. Penulis ingin bertanya kepada semua orang yang MENYERUKAN ingin memboikot produk Israel, Ponsel atau smart phone yang anda pakai untuk telepon, SMS, OL, atau BBM mang siapa yang buat ? perangkat komputer mulai dari PC, note book, *-Pad yang sering anda gunakan dan baca baik di kantor, di rumah atau dalam perjalanan siapa yang buat ? perangkat musik MP3 yang sering anda dengarkan ketika berada di perjalanan siapa yang buat ? jaringan sosial yang kata sebagaian orang kalau belum punya buku muka dan tuider terkenal ini bukan anak GAOL, siapa yang buat ? kalau anda punya anak usia sekolah dan kuliah disuruh guru atau dosennya buat karya ilmiah kemana mereka mencari bahan di internet, yang buat jaringan internet dan web pencari itu siapa yang buat ? anak anda atau anda nonton di jaringan televisi kabel atau nonton bioskop itu siapa yang buat ? buku ilmiah atau tafsiran agama yang selama ini anda baca pasti pake mesin cetak kan baik stensilan maupun digital yang merancang mesin cetak itu siapa ?

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang selalu kita gunakan dan hanya satu jawabannya yaitu ISRAEL dan YAHUDI kalau anda para kalangan fundamentalis dan fanatisme masih mau memboikot silakan saja toch anda nantinya jadi seperti kaum purbakala atau tidak beda jauh dengan film di Flinstone benar tidak ?!

Soal bantuan dari tiga organisasi kemanusiaan yang mengatasnamakan Indonesia yang kabarnya akan membangun Rumah Sakit bagi penulis boleh saja tetapi alangkah lebih baik kita membereskan dahulu masalah yang ada di dalam negeri kita baru keluar, kita bisa lihat bagaimana kondisi para korban Lapindo yang sampai sekarang masih butuh perhatian dari pemerintah untuk menyeret kartel ekonomi itu ke Pengadilan dan membayar ganti rugi, atau korban Tsunami yang kabarnya sampai sekarang masih banyak yang tinggal di barak-barak padahal sudah 6 tahun lamanya bencana itu terjadi, atau masih banyaknya sarana-sarana kesehatan yang tidak terjangkau khususnya di daerah pedalaman atau masih banyak gedung sekolah yang tidak jauh beda dengan kandang kambing, bahkan kalau di bandingkan masih bagusan Pos Polisi Bunderan HI benar tidak ?

Bagi penulis agak aneh kalau negara ini masih mendapatkan bantuan baik utang atau hibah dari negara lain dan organisasi dunia tetapi kita bantu negara lain, karena bagi penulis pengertian negara yang selalu mendapatkan bantuan hutang atau hibah atau apapun namanya adalah NEGARA MISKIN !! sama seperti dengan negara-negara di Afrika, kita bisa lihat bagaimana kasus Tsunami berapa ratus negara (termasuk Israel kabarnya walaupun sampai detik ini tidak bisa menjamin ada atau tidak bantuan itu) menolong kita sampai detik ini walaupun tidak terekspos lagi oleh media, kalau negara kita terutama organisasi kemanusiaan bisa mengirimkan bantuan obat segala LANTAS APA MAKSUD dari negara-negara lain seperti Norwegia yang beberapa hari lalu disaat kunjungan kenegaraan Pak Beye memberikan dana bantuan (kalau tidak salah sekitar US$ 1 M) untuk proyek perubahan iklim dalam hal rehibilitasi kehutanan adakah yang bisa menjelaskan ?

Kalau memang negara kita SUDAH BISA membantu negara lain walaupun lewat organisasi kemasyarakatan KENAPA ketika kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Rotham Clinton beberapa waktu yang lalu selain bertemu dengan Presiden Yudhoyono MERESMIKAN proyek MCK + dan biogas di salah satu perkampungan di Jakarta dan itu YANG BUAT adalah lembaga swadaya underbow daripada pemerintahan Amerika Serikat, seperti ini kan JELAS bahwa negara kita masih dan terus MOHON di bantu benar tidak ?

Penulis juga khawatir dengan peristiwa ini, dimana ada kemungkinan dampak kekacauan ini akan menumbuhkan semangat terorisme dan doktrin-doktrin sampah yang dikeluarkan oleh terorisme-terorisme yang belum tertangkap oleh Densus 88 dan juga para pemimpin NII ketika merekrut remaja-remaja labil untuk masuk dalam jaringan mereka lewat khotbah-khotbah jumatan terutama diderah-daerah terpencil dan jauh dari pusat informasi dan kota, kiranya negara juga jeli melihat ini semua BUKAN hanya mengurusi bagaimana ke-12 orang ini pulang dan juga meminta Dewan Keamanan dan Sekretaris Jenderal PBB untuk rapat darurat agar mengeluarkan resolusi dan hukuman bagi Israel tetapi lebih kepada himbauan kepada masyarakat Indonesia untuk tidak terpancing dan menjadikan alasan untuk kegiatan apapun !

Semoga insiden ini bisa menjadi cermin bagi kita semua sebelum melakukan aksi sebagaimana dengan judul yang penulis berikan yaitu Semut Di Kejauhan Terlihat, Gajah di Dekat Mata Tidak Terlihat..

Salam Kemanusiaan

Veteran, 030610 17:00

Rhesza

Pendapat Pribadi

Indonesia Bangun Rumah Sakit di Gaza dengan Dana 20M, Hepeng dari mana ?

Menjadi suatu rutinitas bagi penulis sebelum menulis yaitu mengajukan permintaan maaf jika dalam penulisan ini terdapat kata-kata yang membuat sebagian pembaca merasa terpojokkan atau marah atau terkesan penulis menista, semua ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak ada maksud untuk memojokkan apalagi untuk menghina atau menista suatu kelompok, sekali lagi mohon maaf..

Ada yang menarik ketika penulis sedang menyaksikan tayangan berita sore salah satu stasiun televisi dimana pada posisi bawah ada tulisan yang bergerak (baca: running teks) tertulis bahwa pemerintah Republik Indonesia akan membangun Rumah Sakit di Jalur Gaza Timur-Tengah dengan biaya sekitar Rp. 20M, ada dua hal yang penulis terlintas di kepala yaitu pertama, suatu kebanggaan bagi Indonesia bisa membantu negara dan mungkin ini bantuan secara fisik kedua (maaf kalau salah) setelah Masjid Soeharto di Sarajevo, Bosnia dan rumah sakit ini di Gaza, yang kedua adalah dana dari mana yang akan di ambil untuk membiayai pembangunan rumah sakit tersebut ?

Bukan maksud penulis keberatan atau proses tetapi alangkah baiknya pemerintah memikirkan lagi, boleh saja membangun rumah sakit toch itu ibadah dan apresiasi rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Rote terhadap warga yang tinggal di Jalur Gaza karena harus jauh ke pusat kota jika terjadi sesuatu, tetapi bukankah uang itu lebih berguna untuk kebutuhan dalam negeri.

Kita tahu bagaimana dengan kondisi negara ini, berapa banyak anak-anak yang menderita busung lapar dan gizi buruk, berapa banyak keluarga yang harus mengkonsumsi nasi aking atau beras raskin yang baunya tidak sedap setiap harinya, berapa banyak pelajar yang harus terbagi konsentrasinya karena sekolahnya tidak lebih dari kandang kambing dan masih lebih bagusan Pos Polisi Bunderan HI, berapa banyak penderita HIV-AIDS yang terlunta-lunta dalam mencari obar penawar rasa sakit mereka ARV yang cukup langka dan mahal jika ada, berapa banyak rumah sakit di daerah yang kekurangan fasilitas penunjang khususnya untuk ibu hamil dan penyakit dalam misalnya sarana rontgen atau yang lainnya, apakah ini diperhatikan negara sebelum berucap bahwa Indonesia akan mendirikan rumah sakit di jalur Gaza ?

Alangkah baiknya uang Rp. 20M itu digunakan untuk kebutuhan yang penulis uraikan di atas tadi, toch masih banyak permasalahan di negara ini yang harus diperhatikan seksama memang menciptakan perdamaian dunia salah satunya membangun rumah sakit masuk dalam pembukaan UUD 1945, tetapi bukankah dalam UUD 1945 itu juga terdapat kewajiban negara terhadap rakyatnya seperti mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterahkan bangsa dan lainnya, lantas apa kata dunia (mungkin PBB dan organisasi dunia lainnya) jika pembangunan rumah sakit ini jadi dan selesai tiba-tiba ada berita bahwa disalah satu daerah di Indonesia mengalami gizi buruk massal seperti yang terjadi di salah satu wilayah di pedalaman Papua dan terekspos oleh media-media internasional dengan bukti-bukti otentik adakah para pejabat di negara ini menjelaskannya ketika wartawan internasional bertanya ?

Kita nantikan saja apakah dana Rp. 20M itu digunakan terlebih dahulu untuk kebutuhan masyarakat yang masih terpasung dan terjajah dalam gizi buruk, busung lapar, nasi aking, para penderita HIV-AIDS yang masih mencari obat ARV dengan harga murah atau tetap berpendirian pembangunan itu supaya negara kita di kenal dunia karena kedermawanannya walaupun kedermawanan itu tidak bisa menutup apa yang terjadi di negara ini…

Gambir, 300510 17:00

Rhesza
Pendapat Pribadi

Hare Gene Tawuran...

Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum menulis dan membahas suatu masalah yang sedang penulis angkat mengucapkan mohon maaf jika ada kata-kata atau penulisan yang penulis lakukan membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau marah, karena apa yang penulis tulis ini adalah pendapat penulis sendiri dan tidak mewakili siapa pun.

Pertandingan Liga Super Indonesia atau istilah kerennya Indonesian Super League-ISL telah berakhir kompetisinya dengan keluarnya Arema Indonesia FC sebagai Kampium dari ISL jilid pertama dan menempatkan Aldo Bareto sebagai pencetak gol terbanyak dengan 19 gol, selama ISL ini bergulir banyak suka duka klub, pemain, suporter alami, tetapi penulis ingin mengangkat tentang fenomenal dan menjadi (mungkin) hobi para suporter atau pemain di negara ini yaitu TAWURAN !!!

Selalu ada tawuran entah itu antar pemain, pemain dengan official klub atau antar suporter dengan warga sekitar setiap ada pertandingan ISL, terutama di Jakarta. Sudah tidak terhitung berapa ratus kali para suporter Persija ini melakukan aksi-aksi yang tidak terpuji ketika Persija bertanding di Gelora Bung Karno Stadion, mulai dari memacetkan seluruh jalan di Jakarta hingga aksi-aksi tidak terpuji misalnya memeras pengendara atau pejalan kaki yang sedang melintas hingga tawuran dengan warga yang mereka lewati.

Pertanyaannya sekarang adalah, KETIKA para suporter ini melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji hingga tawuran, KEMANA dan DI MANA ketua, Sekjen, korwil-korwil dari pengurus fans klub tersebut, dan KENAPA setiap berulah ketua, sekjen atau orang yang ditunjung organisasi fans klub tersebut sebagai juru bicara BERKATA kepada media BAHWA orang-orang atau kelompok yang melakukan tindakan tidak terpuji atau tawuran itu ADALAH OKNUM !! kalau menurut penulis GAMPANG SEKALI mengucapkan oknum para pengurus fans klub ini jika ada tawuran atau tindakan yang tidak terpuji tetapi tanpa ada INTEROPEKSI dari dalam mereka.

Kita bisa lihat berapa ratus botol molotov, berapa ratus buah ikat pinggang berkepala gir sepeda, berapa buah samurai, parang, celurit, dan berapa linting ganja yang di amankan oleh aparat Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya-Polda Metro Jaya dari para suporter yang (mungkin) kata pengurus ini OKNUM setiapPersija menjadi tuan rumah.

Menurut penulis, sudahlah para pengurus fans klub mulai dari ketua dan korwil-korwil janganlah selalu gampang setiap ada masalah atau tawuran selalu langsung bicara dari mulut anda yang manis itu bahwa yang melakukan itu adalah oknum, oknum itu punya nama bung, bagaimana kalau oknum itu ternyata memang terdaftar sebagai anggota anda bahkan menjabat korwil seperti yang terjadi di Jepara dimana tersangka pengrusakan dan intimidasi rombongan suporter Persijap Jepara adalah koordinator seluruh korwil dari klub asal Semarang !

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan supaya para fans klub ini tidak dianggap kriminal oleh sebagian masyarakat yang sebenarnya ingin menikmati sepakbola Indonesia harus memikirkan beratus kali karena ulah-ulah anda yaitu pertama, dari segi internal para pengurus klub ini harus intropeksi masing-masing terutama para korwil selalu bertanya dengan nurani kenapa setiap akan menuju GBK kendaraan yang membawa mereka harus diarahkan ke Markas Polda Metro Jaya sebelum melanjutkan ke GBK, dan selama di halaman Polda ditemukan banyak sekali senjata tajam, narkoba BUKANnya langsung mengatakan itu OKNUM !!

Kedua, adanya pemeriksaan dengan ketat oleh korwil atau orang yang di beri peran untuk mengawal para fans klub ini terhadap isi yang dibawa para massa ini kerjasama dengan kantor polisi setempat sebelum berangkat, jika memang ada yang membawa senjata tajam atau yang tidak berhubungan dengan kapasitas sebagai penonton di proses dan langsung di tandai misalnya di minta keterangan diri beserta photo, kemudian di sebarkan ke semua korwil seluruh DKI agar waspada kemudian menyerahkan kepada aparat keamanan.

Ketiga, aparat kepolisian pun kiranya juga harus tegas dan keras terhadap para fans klub ini, karena penulis melihat hanya segelintir orang yang diproses hukum, misalnya terbukti membawa lintingan ganja sementara yang membawa parang, ikat pinggang kepala gir, molotov TIDAK diproses (maaf kalau salah), seharusnya aparat bertindak tegas supaya para fans klub ini jera misalnya jika memang membawa ikat pinggang kepala gir agar diproses dengan pendataan dan aparat menelpon orangtua dari sang pembawa ikat pinggang ini agar datang untuk menjemputnya dan orang tuanya diberi pengarahan jika memang terbukti lagi melakukan kesalahan maka sang anak tidak segan-segan di jebloskan ke dalam penjara.

Mau sampai kapan sepakbola kita terutama fans klub selalu menyuguhkan aksi-aksi yang sok jago dan selalu berkata ITU OKNUM..ITU OKNUM padahal lima dari sepuluh yang katanya oknum ternyata anggota tetap fans klub atau satu dari lima yang katanya oknum adalah korwil dari fans klub di daerah tersebut, percuma anda nonton dan selalu lihat dimana sebelum para pemain masuk ke dalam lapangan di dahului bendera FAIR PLAY Cuma anda hormati ketika di dalam lapangan tetapi begitu keluar FAIR PLAY itu hilang begitu saja.

Semoga ISL jilid dua yang entah kapan akan digelar tidak ada lagi aksi-aksi tawuran di Jakarta, dan tidak ada lagi banyak cakap dari para pengurus fans klub itu mengatakan itu oknum..itu oknum jika ada tawuran dan lebih bertanya kepada nurani sebelum berbicara kepada media. Cukup urusan politik dan dua organisasi masyarakat yang selalu meresahkan warga DKI jangan ditambah lagi dengan ulah-ulah suporter…

GBK Std, 300510 19:00

Rhesza

Pendapat Pribadi