Jumat, 30 April 2010

Menggugat Indonesia lewat MDGs


Seperti biasa penulis sebagai ciptaan Tuhan menghaturkan permintaan maaf jika dalam penulisan ini membuat pembaca atau pengunjung tersinggung atau terpojokkan tetapi apa yang penulis tulis di bawah ini adalah murni pendapat pribadi..



Ada yang menarik dalam rapat kerja nasional yang berlangsung di Istana Tampak Siring, Bali dimana Presiden dan jajaran kabinetnya duduk bersama dengan para Gubernur dan jajaran daerah yang terdiri dari Ketua DPRD, Kepala Penanaman Modal dari Sabang sampai Merauke dari Mianggas sampai Rote dalam membahas masalah-masalah daerah yang juga menjadi masalah nasional salah satunya adalah program pemerintah yang terkait dalam hal MDGs.



Mungkin diantara para pembaca dan pengunjung blog ini bingung dengan mengeritkan dahi dan bertanya apakah MDGs itu ? MDGs adalah Millenium Development Goals atau bahasa kerennya adalah Tujuan Pembangunan Millenium dimana pada tahun 2000 semua kepala negara di dunia di 5 benua ini menandatangi sebuah pernyataan sikap atau janji bersama dimana setiap negara sebisa mungkin atau HARUS BISA menekan angka-angka dalam hal tujuan pembangunan ini hingga tahun 2015, tujuan itu sendiri berjumlah tujuh tujuan (Goals) yang harus harus di lakukan oleh setiap negara yaitu, Pengentasan Pe/Ke miskinan dan kelaparan, Pendidikan, Kesetaraan Gender, Anak-Anak, Angka Kematian ibu Hamil dan melahirkan, HIV-AIDS, Lingkungan Hidup dan Kemitraan Global, dan anda juga akan bertanya kenapa harus 2015 ? karena berdasarkan hitungan kalkulasi PBB 15 tahun adalah waktu yang sangat pas untuk negara dalam memperbaiki masalah-masalah yang terjadi di dunia ini dan kalaupun lewat dari tahun yang disepakati bersama, PBB selaku penyelenggara tidak akan dan bisa menuntut kepada negara atau yang menandata tangani Janji Bersama itu tetapi rakyatnya lah yang akan menuntut kepada negara karena hak-haknya sebagai warga negara tidak pernah diberikan oleh negara.



Itulah sekilas tentang MDGs, lalu pertanyaan kita kalau Indonesia pada tahun 2000 ikut menandatangani kesepakatan bersama dengan seluruh dunia, bagaiamana kabarnya ? apakah sudah dijalankan dengan membuahkan hasil dan membuat staff PBB khusus MDGs di New York atau di Jakarta tersenyum puas ? ternyata tidak, mari kita bahas satu persatu 7 tujuan dari MDGs dengan hasil konkrit dari pemerintah, yaitu pertama Pengentasan Pe/Ke miskinan dan kelaparan apakah sampai tulisan ini dibuat sudah ada rakyat kecil yang mampu beli dan masak beras ? ternyata tidak ! ini terbukti dimana kita selalu disuguhkan oleh media tentang kehidupan rakyat miskin dan kecil yang selalu tidak bisa mendapatkan akses untuk membeli beras karena harganya yang sangat-sangat mahal dan lagi kalaupun mendapatkan dari pemerintah yaitu Beras Miskin-Raskin itupun tidak sesuai dengan logika dimana beras yang mereka dapat itu beras yang bau apek atau tidak layak dikonsumsi walaupun pemerintah mengatakan beras itu masih layak untuk di masak dan dikonsumsi, pertanyaannya apakah beras yang bau apek dan warnanya tidak seperti beras pada umumnya SUDAH PERNAH di konsumsi oleh pejabat daerah mulai dari Kepala Bulog hingga Gubernur beserta keluarga ?



Kedua, soal Pendidikan ada berapa kali media massa terutama koran baik yang beroplah nasional atau daerah yang mengangkat masalah pendidikan terutama dalam hal bangunan fisik dari sekolah, ternyata masih banyak sekolah-sekolah yang bangunannya sangat memprihatinkan kalau boleh membandingkan sekolah di pedalaman dengan bangunan Pos Polisi Bunderan HI atau kandang ayam bekisar para pejabat MASIH LEBIH BAGUS Pos Polisi Bunderan HI dan juga kandang ayam bekisar para pejabat, tetapi tetap saja banyak pejabat yang marah ketika para guru mengatakan bahwa sekolah kami tidak lebih bagus daripada kandang ayam tetapi tetap saja TIDAK ADA NURANI daripada para pejabat ini untuk tanggap darurat terhadap kondisi gedung sekolah ini apalah arti prestasi dunia meraih ratusan medali emas, berapa kali juara umum olimpiade tetapi bangunan fisik sekolah tidak seprestasi muridnya benar tidak ?!

Ketiga, Kesetaraan Gender memang negara kita boleh dibilang sudah bisa menerapkan kesetaraan gender tetapi masih lebih banyak kasus-kasus yang tidak setara gender seperti berapa banyak kasus KDRT yang korbannya adalah wanita, berapa banyak wanita yang mengalami kekerasan seksual ketika mereka bekerja di Luar Negeri tanpa ada proses hukum bagi pelaku dan juga perlindungan daripada negara ketika tertimpa musibah ?



Keempat, soal anak-anak pertanyaan penulis adalah berapa banyak anak Indonesia khususnya yang ada di Kota-kota besar ketika jam sekolah atau jam istirahat berada di perempatan-perempatan lampu merah kemudian, berapa banyak anak-anak yang Haknya di rampas oleh orangtua bahkan oleh negara, seperti tidak adanya lahan kosong untuk tempat bermain atau tidak ada acara yang khusus benar-benar menceritakan tentang dunia anak-anak kalaupun ada hanya segelintir saja.

Kelima, soal Angka Kematian Ibu Hamil dan Melahirkan yang sangat tinggi di karenakan minimnya akses informasi dan perawatan khususnya bagi yang kurang mampu, selain itu juga banyak faktor yang mempengaruhi Angka Kematian Ibu Hamil dan Melahirkan misalnya soal asupan gizi yang sangat kurang bagi Ibu Hamil khususnya yang kurang mampu yang akibatnya banyak Ibu yang meninggal saat meninggal atau anaknya menderita kelainan pada sebuah penyakita karena kurangnya asupan gizi ketika sedang mengandung.


Keenam, HIV-AIDS pertanyaannya adalah SUDAHkah Pemerintah dan masyarakat memberi perhatian kepada para penderita HIV-AIDS ? jawabnya BELUM karena apa ? karena HIV-AIDS bagi masyarakat adalah AIB PALING HINA atau KUTUKAN dari Tuhan karena perilaku mereka ini terbukti dimana tidak pedulinya warga dan rumah sakit ketika menerima warga atau pasien yang menderita HIV-AIDS untuk mendapatkan perawatan, atau pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tidak menjamin ketersediaan obat ARV obat khusus HIV-AIDS karena berdasarkan informasi yang beredar dikalangan mereka bahwa obat khusus ini sangat jarang ditemui karena persediaannya sedikit bahkan ada yang kadarluarsa dan itupun harganya sangat mahal, selain itu juga Pemerintah juga tidak memfasilitasi kegiatan acara yang justru sebenarnya bisa memberikan arahan tentang HIV-AIDS yang terkait dengan program MDGs seperti kasus acara yang ada di Surabaya beberapa waktu lalu, dimana pemerintah hanya diam seribu bahasa karena tidak bisa melindungi bahkan membiarkan aksi-aksi yang dilakukan oleh beberapa ormas yang mengusir para peserta.



Ketujuh, Lingkungan Hidup adakah pemerintah memperhatikan nasib hutan kita yang sudah sangat memprihatinkan atau pernahkah pemerintah menegur dengan sangat keras bahkan menutup pabrik-pabrik yang mencemarkan lingkungan dengan membuang limbah pabrik ke aliran sungai yang menjadi urat nadi warga setempat ? jawabnya TIDAK ADA padahal sudah banyak LSM-LSM yang memberikan perhatian terhadap lingkungan mengkritik, berdemo tentang keberadaan perusahaan-perusahaan yang mencemarkan lingkungan di Indonesia tetapi tidak ada tanggapan sama sekali dari beberapa instansi pemerintah seperti Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, padahal negara kita dijuluki oleh dunia sebagai paru-parunya dunia, yang mampu memberi keteduhan bagi dunia lewat jutaan hektar hutan namum sekarang paru-paru itu ibarat penyakit kanker sedang sekarat bahkan sudah tinggal menunggu waktunya untuk diangkat..



Jadi menurut penulis bukan hanya tiga tujuan (Goals) saja dari tujuan pembangunan millenium-MDGs yang TIDAK MAMPU direalisasikan Republik Indonesia sampai pada tahun 2015 tetapi 7 Goals itu juga sampai sekarang tidak ada bukti realisasinya, kalau seperti ini percuma saja negara ini ikut menandatangani bersama 192 negara ketika tahun 2000 selain 7 tujuan ini pemerintah juga sepertinya tidak peduli dan turut serta dalam acara yang berkaitan dengan MDGs seperti konser BANGKIT BERAKSI yang setiap tanggal 16-18 Oktober setiap tahun di gelar dimana tidak ada satupun pemimpin negara ini baik pusat maupun daerah entah itu Menteri, Walikota, anggota Dewan bahkan Presiden sama sekali ikut berpartisipasi, sementara negara dibelahan dunia lain banyak pemimpin negara, anggota dewan ikut perpartisipasi bahkan ikut berjuang bersama-bersama dalam menjalankan MDGs ini.



Semoga dengan waktu sisa 5 tahun ini kiranya pemerintah bisa merealisasikan proyek yang dibentuk oleh PBB dan berlaku di seluruh dunia kepada masyarakat, bukankah pemerintah dalam pembukaan UUD wajib memberikan hak bagi rakyatnya ? INGAT !!! JANJI ADALAH HUTANG DAN YANG NAMANYA HUTANG HARUS DILUNASI !!!

14th floor 230410 07:55

Rhesza

Pendapat Pribadi

Playback vs Live


Pertama-tama penulis menghaturkan permintaan maaf jika dalam tulisan ini membuat para pembaca dan pengunjung terutama kalangan musisi merasa terpojokkan atau tersinggung karena apa yang penulis tulis ini adalah pendapat pribadi dan bukan maksud untuk memojokkan atau memprovokasi, sekali mohon maaf.

Tulisan ini ditulis berawal dari adanya perbincangan seru di arena jejaring social Twitter dimana ada salahsatu pengguna mengajukan pertanyaan musisi kita lebih suka Playback (atau minus one) daripada main live atau beneran dari pertanyaan ini banyak sekali pendapat dari pengguna jejaring social yang termasuk para musisi yang mempunyai akun jejaring sosial ini, kemudian beberapa waktu lalu juga di sebuah harian nasional memuat berita dimana Pemerintah China mengeluarkan semacam peraturan baru dimana semua musisi ketika melakukan konser atau acara musik harus tampil live dan terdengar musiknya kalau tidak maka dikenakan denda jutaan Yuan, alasannya karena ketika Olimpiade Beijing tahun 2008 lalu pemerintah mendapatkan dua musisi sedang bernyanyi tetapi tidak terdengar suara musik dan suara dari penyanyi tersebut, usut punya usut penyanyi ini bernyanyi dengan lipsing atau seperti karaoke..

Itu tentang peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah China, lalu bagaimana dengan musisi di negara kita apakah lebih suka playback atau live ? (sekali lagi bukan maksud memojokkan tetapi ini pendapat pribadi penulis) para musisi kita suka dua-duanya maksudnya ? ketika mereka sedang mengisi suatu acara misalnya acara-acara musik di televisi mereka lebih banyak melakukan playback dari pada live walaupun ada musisi atau band yang live tetapi ketika bicara konser dengan ruangan terbuka seperti stadion mereka sudah pasti live benar tidak ?

Ada banyak alasan para musisi kita ketika tampil dalam acara yang format televisi menggunakan playback, misalnya kapasitas listrik yang tidak maksimal, atau kondisi fisik terutama sang vokalis yang mungkin sedang padat-padatnya jadwal manggungnya sehingga takut mengganggu pita suara dan masih banyak lagi alasannya.

Soal playback atau live bagi penulis ada untung dan ruginya, untungnya adalah para musisi ini bisa menjaga kondisi fisiknya terutama sang vokalis, tetapi ruginya (mungkin) para penonton tidak maksimal menikmatinya terutama untuk yang ingin mencuri ilmu musik dan main alatnya dari lagu tersebut karena apa yang mereka dengar adalah lagu dari kaset atau cakram bukan langsung dari sang pemain ngapain juga di tonton, benar tidak.

Kalau penulis ditanya lebih suka playback atau live, penulis pilih “live” kenapa ? kalau untuk band penulis lebih suka live daripada playback karena disinilah kemampuan para pemusik ketika membuat atau meracik musik dan lagu di studio akan di uji daripada playback, playback menurut penulis lebih kepada mindernya para musisi, kalau minder ngapain bikin musik dan lagu ! kecuali penyanyi solo atau group vokal yang benar-benar tidak ada band pengiring tetap itu boleh lah playback.

Menurut penulis ada beberapa hal supaya perdebatan lebih seru playback atau live ini selesai yaitu, pertama, ada sikap tegas dari para musisi terutama band agar ketika mereka diminta tampil di televisi memasukkan dalam daftar permintaan agar mereka live BUKAN playback, karena penulis melihat hampir semua acara musik ditelevisi adalah playback, kalau memang pihak televisi meminta playback, lebih baik band bermain akustik daripada harus BERBOHONG di hadapan penonton baik yang ada di studio maupun di rumah yang ada mulai dari Sabang sampai Merauke dari Mianggas hingga Rote beraksi bergaya main alat musik PADAHAL TIDAK ADA SUARAnya !!!

Kedua, para produser acara musik televisi juga sebisa mungkin menyiapkan peralatan yang memungkin agar band ini atau musisi agar tampil live dan kalau memang sangat mendadak baru playback bukan seperti yang sekarang, karena ada beberapa acara musik yang penulis tonton yang terjebak ketika presenternya meminta sang pemain band, keyboardisnya untuk memainkan instrumennya TERNYATA DENGAN POLOSNYA bilang bahwa keyboardnya MATI dan setelah perbincangan, langsung band ini langsung MAIN !

Apakah dimasa mendatang perdebatan ini masih terus berlanjut atau tidak ? kita lihat saja nanti tapi penulis cuma mengingatkan pesan musisi kepada para fansnya ketika albumnya sudah keluar dengan mengatakan JANGAN BELI BAJAKAN boleh donk kalau penulis dan juga para penikmat musik Indonesia bilang ke musisi dan produser acara musik televisi JANGAN PLAYBACK donk ! tanggapan anda wahai musisi ?

Gatot Subroto, 250410 16:10
Rhesza
Pendapat Pribadi

Negara Ini Merdeka Bukan Hadiah Negara Lain Mr !

Tanpa disangka tanpa diduga, Kota Batam yang adem ayem dibuat kaget hingga ke Jakarta dimana pagi-pagi terjadi kerusuhan kecil yang terjadi di lingkungan sebuah perusahaan asing yang bergerak dalam usaha galangan kapal.


Pemicunya sendiri kabarnya (berdasarkan kronologi yang beredar di media) ada seorang pekerja warga negara Singapura berkebangsaan India ketika rapat pagi entah itu disengaja atau tidak tiba-tiba melontarkan kata-kata “ALL INDONESIANS ARE STUPID” akibat perkataan WNA ini memicu kerusuhan kecil di perusahaan tersebut, dan membuat sejumlah warga asing keturunan India terpaksa diungsikan ke Singapura untuk sementara waktu hingga keadaan dapat terkendali..

Pertanyaannya sekarang adalah, BENAR-kah WNA itu mengatakan kata-kata penghinaan terhadap rakyat dan negara ini ? atau memang kerusuhan ini adalah klimaks dari sakit hati dan diskriminasi pekerja terhadap para bos-bosnya seperti upah yang sangat kontras dengan kehidupan Batam yang kita tahu lebih mahal daripada kota-kota besar yang ada di Indonesia atau apa ?


Menurut penulis bukan maksud untuk memperkeruh masalah ini, tetapi penulis melihat ada sesuatu hal yang membuat para pekerja ini akhirnya (maaf) beringas yang berlangsung di kantor tersebut, kita bisa lihat dari kerusakan-kerusakan yang tercipta tidak mungkin mereka bisa membakar puluhan mobil kantor, merusak unit-unit yang ada disana sampai tidak berbentuk, kalau masalah didalam tidak besar benar tidak ?


Kita tidak usah menutup mata bagaimana kesejahteraan para pekerja kita di dalam negeri dimana selalu diperlakukan BUKAN SEBAGAI MANUSIA, dimana para pekerja ini tidak mendapatkan tunjangan seperti asuransi kesehatan atau asuransi kecelakaan padahal mereka kerja mungkin di areal yang beresiko kecelakan tinggi bahkan sampai kematian, kemudian tidak adanya hari libur atau bagi yang wanita tidak adanya cuti Haid, Hamil dan melahirkan, ketika mereka berdemo tentang hak mereka para pejabat Dinas Tenaga Kerja di daerah hingga Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia beserta para penguasha Cuma bisa janji tetapi kenyataannya TIDAK ADA !!!


Selain itu kalau benar ini ucapan langsung dari sang WNA ini, maka penulis juga tidak terima karena apapun kondisinya, negara ini merdeka dan dibangun dengan darah, keringat, dan perjuangan daripada rakyat Indonesia dari Sabang Merauke dari Mianggas hingga Rote BUKAN SEPERTI NEGARA WNA tersebut di BERIKAN LAYAKNYA HADIAH ULANGTAHUN !!!


Kembali soal kejadian ini menurut penulis ada beberapa hal yang harus diperhatikan, pertama, meminta penjelasan kepada WNA ini JIKA benar WNA ini berkata “ ALL INDONESIANS ARE STUPID jika benar maka WNA ini HARUS MEMINTA MAAF melalui media televisi dan cetak kepada masyarakat Indonesia terkait ucapannya, dan diproses hukum oleh pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia


kedua terkait dengan yang pertama tadi, kiranya Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia mewakili negara mengirimkan surat protes kepada Kedutaan Republik Singapura atau Kedutaan Republik India (karena belum tahu WNA ini BENAR warga Singapura tetapi keturunan India atau murni warga India) agar mereka meminta maaf kepada masyarakat Indonesia karena tidak bisa mengawasi perilaku warganya yang berada di Indonesia sampai bisa berkata dan menghina rakyat dan negara ini.


Ketiga, meminta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia agar melihat kembali keberadaan perusahaan ini dari berbagai aspek seperti apakah yang menyebabkan kerusuhan ini karena adanya diskriminasi dalam hal upah yang tidak sesuai atau hak-hak mereka sebagai pekerja tidak diberikan oleh perusahaan, kalau memang itu benar kiranya Kemenakertrans harus memberi sanksi KERAS dan TEGAS, Kementerian ini jangan hanya bisa memberikan ijin untuk usaha kepada pemilik modal asing tetapi karyawannya tidak bisa dipenuhi hak-haknya sebagai pekerja sesuai ratifikasi konvensi tentang buruh oleh ILO !!


Semoga kejadian ini bisa MEMBUKA NURANI para pengusaha agar LEBIH MEMANUSIAKAN para pekerja sesuai dengan hak-haknya sebagai pekerja, anda bisa sukses ini selain kerja keras tentunya adanya para pekerja, TANPA PEKERJA anda bisa apa, dan BELUM tentu usaha anda bisa sukses !! dan kepada para staff yang ada di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi KIRANYA lebih melindungi para pekerja ini BUKAN hanya sekedar PELAYANAN MULUT saja ketika para pekerja ini berdemo tetapi BUKTI NYATA kalau memang perusahaan ini bersalah maka TINDAK TEGAS pengusaha dan pemilik modalnya BUKAN hanya sekedar bermain kata ketika ditanya media !!!


BUAT SEMUA TAIPAN DAN PEKERJA ASING YANG PUNYA PERUSAHAAN DAN BEKERJA DI WILAYAH INDONESIA..INGAT !!! REPUBLIK INDONESIA DIBANGUN DARI DARAH, KERINGAT DAN PERJUANGAN BUKAN HADIAH LAYAKNYA HADIAH ULANG TAHUN SEKALI LAGI BUKAN HADIAH… INGAT ITU !!!


Bunderan HI, 220410 15:10

Rhesza

Pendapat Pribadi

Rabu, 21 April 2010

Apa Kabarnya MDGs Pak Presiden ?


Sebelumnya seperti biasa penulis menghaturkan permintaan maaf jika dalam penulisan ini memuat pembaca atau pengunjuk tersinggung atau terpojokkan tetapi apa yang penulis tulis dibawah ini adalah murni pendapat pribadi, sekali lagi penulis mohon maaf.

Dalam dua bulan ini penulis agak kaget dengan pemberitaan soal materi rapat kabinet yang di lakukan oleh Presiden Republik Indonesia selain materi-materi soal isu yang hangat sangat ini yaitu adanya program pemerintah terkait dalam hal MDGs

Mungkin para pembaca dan pengunjung bingung dan bertanya apakah MDGs itu ? MDGs adalah Millenium Development Goals atau Tujuan Pembangunan Millenium dimana pada tahun 2000 semua kepala dunia menandatangi sebuah pernyataan sikap dimana setiap negara sebisa mungkin atau HARUS bisa menekan angka-angka dalam hal tujuan ini hingga 2015, tujuan itu ada tujuh yang harus dilakukan oleh setiap negara yaitu, Pengentasan Pe/Ke miskinan dan kelaparan, Pendidikan, Kesetaraan Gender, Anak-anak, Angka Kematian Ibu Hamil, HIV-AIDS, Lingkungan Hidup dan Kemitraan Global serta kenapa harus 2015 ? karena menurut PBB 15 tahun adalah waktu yang pas untuk negara dalam memperbaiki masalah-masalah yang terjadi di dunia ini dan kalaupun lewat dari tahun tersebut PBB tidak akan menuntut kepada negara itu tetapi rakyatnya lah yang akan menuntut kepada kepala negara.

Lalu bagaimana dengan MDGs yang ada di Indonesia ? apakah sudah dijalankan atau tidak ? menurut pengamatan penulis sejak di tandatangani pernyataan sikap ini tidak ada bentuk konkrit daripada isi dan tujuan-tujuan daripada pembangunan millenium ini, kita bisa lihat bagaimana dalam hal HIV-AIDS para penderita masih susah untuk mengakses obat khusus penawar rasa sakit, kalaupun dapat kadang-kadang persediaannya sedikit bahkan ada yang kadarluarsa atau tidak adanya pengetahuan tentang HIV-AIDS atau tidak pedulinya warga atau rumah sakit ketika menerima warganya atau pasien yang menderita HIV-AIDS, kemudian soal pendidikan masih banyak sekolah-sekolah yang didaerah yang bangunannya kalau dibandingkan dengan kandang ayam bekisar masih lebih bagus kandang ayam bekisar pejabat walaupun itu semua tertutup dengan prestasi anak Indonesia di area olimpiade berbagai bidang.

Kemudian tingkat Angka Kematian Ibu melahirkan yang masih sangat tinggi karena minimnya akses dan perawatan khususnya bagi yang kurang mampu, atau masih banyak rakyat di daerah pinggiran Ibukota Propinsi yang berpikir ratusan kali untuk membeli beras dan lebih memilih makan dengan singkong atau nasi yang dikeringkan seperti nasi aking, atau masih banyaknya anak-anak yang usia sekolah harus berjuang hidup dengan cara ngamen dan meminta-minta kepada para penumpang angkutan umum walaupun apa yang mereka lakukan ini bukan keinginan mereka tetapi apa boleh buat karena orangtua mereka tidak bisa memberikan hak-hak yang seharusnya mereka terima dari orangtua kembali lagi ke masalah ekonomi.

Kalau kita lihat sekarang ini sudah tahun 2010, itu berarti hanya ada waktu 5 tahun untuk Indonesia menjalankan kegiatan MDGs dan itu juga tinggal 4 tahun lagi bagi Presiden RI untuk menjalankan kegiatan ini dan satu tahun bagi Presiden RI yang terpilih, walaupun akhirnya Pemerintah melalui Menteri / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengatakan bahwa Pemerintah tidak bisa maksimal menjalankan tiga tujuan pembangunan millenium yaitu HIV-AIDS, Angka Kematian Ibu melahirkan dan Pengadaan lahan kosong untuk hutan konservasi
Seharusnya para Menteri yang terkait dalam tujuan MDGs ini menempatkan nomor pertama MDGs dalam program kerjanya entah itu 100 hari atau sampai berakhirnya bukannya menempatkan isu-isu yang marak di masyarakat yang menjadi prioritas kerjanya, kalau sudah seperti ini bagaimana Indonesia menjelaskan kepada masyarakat terutama LSM-LSM yang concert dengan isu-isu MDGs ini dan juga kepada PBB karena Indonesia sudah menandatangani bahkan setiap tahun Indonesia mengadakan acara yang selalu menjadi agenda PBB yaitu Konser Bangkit Beraksi dan melaporkannya ke Markas Pusat PBB-New York, WALAUPUN tidak ada banyak pejabat yang tertarik atau ikut meramaikan sangat kontras sekali dengan negara-negara lain bahkan lebih miskin daripada Indonesia dimana para pemimpin dunianya turut serta bahkan mengucapkan janji akan melaksanakan tujuan millenium tersebut dihadapan negara dan rakyatnya.

Sudah saatnya pemerintah melaksanakan MDGs ini walaupun 3 tujuan MDGs sudah di bendera putihkan oleh pemerintah demi tercapainya waktu akhir dari MDGs dan juga demi kesejahteraan rakyat Indonesia..

14th floor, 210410 15:30

Rhesza
Pendapat Pribadi

IFA, Dagelan Baru PSSI


Kalau kita bertanya kepada para penikmat sepakbola Indonesia ketika mencetuskan nama PSSI maka bisa pasti dikatakan obrolan itu tidak akan henti hanya 1-2 jam bahkan bisa berhari-hari apalagi disaat PSSI usia ke 80 tahun, kita tahu yang kalau manusia berusia 80 tahun maka secara fisik sudah renta tetapi kalau pengalaman soal hidup banyak sudah banyak tetapi kalau menurut penulis 80 secara manusia dan secara organisasi seperti PSSI, menurut penulis bisa 80 tahun usianya tetapi pola pikir manusia yang mengembangkannya hampir sama dengan usia ABG !!

Kenapa penulis berkata demikian, kita bisa lihat dimana-mana semakin tua organisasi semakin banyak prestasi dan pialanya tetapi TIDAK untuk PSSI, sudah berapa piala yang ada di kantor PSSI komplek Gelora Bung Karno-Senayan, Jakarta sejak tahun 1997 ? sepanjang PSSI sudah berapa kali kita masuk final bahkan juara Piala Dunia ? kalau Piala Asia ? Piala ASEAN ? penulis jamin semua agak geleng kepala ketika ditanya ini, tetapi kalau pertanyaan ini dialamatkan kepada Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia-PSSI maka jawaban itu terlotar hanya satu ketika pertanyaan sudah berapa piala yang ada di Kantor PSSI sejak tahun 1997 ? jawabnya SATU BUAH yaitu PIALA KEMERDEKAAN tahun 2008 dimana dengan BANGGAnya Timnas kita menggondol juara setelah KALAH WO 3-0 atas Timnas U-23 Libya tapi menurut penulis itu bukan juara dengan semangat fair play !

Kita sudah tahu berapa kali PSSI membuat kebijakan agar timnas kita kokoh dan disegani dengan cara mengirimkan pemain-pemain (yang katanya) berpotensial ke luar negeri, mungkin ketika musim tahun 90-an anda akrab dengan nama Baretti, Primavera dengan alumnus-alumnus seperti Bima Sakti, Kurniawan DJ, Kurnia Sandi, bahkan Kurnia Sandi pernah masuk dalam skuad resmi Sampdoria ketika bermain di Serie A kompetisi kalau tidak salah 1994/95 sebagai kiper ketiga dan hanya beberapa bulan saja tidak satu musim penuh..

Kemudian memasuki era millenium kita mengenal sosok seperti Bambang Pamungkas, Firman Utina, Ponaryo Astaman sampai pada era Syamsir Alam yang kini bermain di liga Uruguay tetapi pertanyaannya adalah dari semua program-program PSSI adakah membuahkan hasil bagi prestasi Indonesia di dunia internasional ?

Jawabnya TIDAK ADA ! kenapa tidak ada karena, PSSI kita tidak pernah belajar dari masa lalu akan program yang mereka lakukan, memang kita tidak boleh melihat kebelakang tetapi sangat perlu kalau kita melihat kedepan tetapi tidak ada hasil sementara tempo dulu kita berprestasi bahkan sangat ditakuti oleh negara-negara yang nota bene kuat sepakbolanya seperti Rusia, Jepang, tetapi sekarang Timnas kita SEPERTI YANG ADA di video game Winning Eleven benar tidak ?

Kita bisa lihat Baretti, Primavera, U-23 Belanda, U-19 Uruguay hasilnya mana ? memang jaman Baretti dan Primavera sangat eksplosif dan memuaskan dalam semua turnament tetapi itu hanya sampai tahun 1997 selanjutnya ? kemudian U-23 Belanda yang dipersiapkan untuk ASIAN GAMES DOHA dan Pra Piala Dunia hasilnya ? seperti permainan Winning Eleven, kemudian U-19 Uruguay yang dipersiapkan untuk melapis dan menggantikan Timnas Senior era Bepe dkk hasilnya ? memang mempesona ketika melawan HongKong dan China Taipe tetapi itu baru berkembang setelah di-WINNING ELEVEN-kan oleh Jepang dan Australia dan di liganya juga tidak terlalu bagus walaupun kemarin-kemarin sempat dapat pujian dari media lokal sana tetapi kembali lagi hasil nyata dengan adanya Piala atau title juara ada ?

Sekarang tanpa merasa berdosa akan kesalahan-kesalahan yang telah dibuat memutuskan membuat Indonesian Football Academy-IFA dengan bekerjasama dengan team pemandu bakat (scout) dari klub Inggris Manchester United dimana kabarnya akademi ini akan diisi oleh pemain-pemain yang rekomen langsung oleh pemandu bakat ketika melihat aksi-aksi mereka di SSB, kurikulumnya pun berbasis akademi MU termasuk dalam hal gizi dan pola makan. Semua biaya digratiskan termasuk dalam hal sekolah, kabarnya jika selesai akademi akan disalurkan dan direkomen ke klub-klub Eropa ?

Dari pemaparannya sich bagus tetapi ada beberapa pertanyaan soal IFA ini, pertama, kalau memang para siswa akademi ini hasil dari pantauan para pemandu dari SSB, memangnya PSSI pernah membuat kompetisi misal liga khusus SSB ? kedua, kabarnya akademi ini gratis dan dibebankan kepada PSSI, dananya dari mana ? bukankah kemarin ada rumor kalau PSSI NGEMIS kepada pemerintah lewat Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga serta Komite Olahraga Nasional Indonesia-KONI untuk membantu membayar gaji dan fasilitas daripada Pelatih Timnas Indonesia yang baru kalau jadi yaitu Albert Riedl yang pernah menangani Timnas Vietnam, kemudian kalau memang ada dana untuk membuat akademi ini kenapa juga dana itu dipakai untuk keperluan Timnas senior menambah pengalaman para pemain seperti pertandingan persahabatan, benar tidak ?

Ketiga, soal adanya rekomendasi dari pemandu bakat jika ada klub yang akan menggunakan jasa pemain Indonesia yang telah selesai ikut akademi, yakin ? kita tidak perlu malu bukankah negara kita selalu berada diurutan sekian dalam hal TRAVEL WARNING dari Kementerian-kementerian Luar Negeri dari negara-negara 5 benua, kemudian memangnya dengan mudah para pemain ini mendapatkan ijin kerja dari Kementerian Tenaga Kerja Inggris atau mungkin seluruh Eropa, penulis saja pernah mendapatkan info kalau ada beberapa negara khususnya Inggris sangat susah sekali mengeluarkan ijin kerja untuk bekerja di negara itu termasuk untuk sepakbola, kalau tidak salah pemain terbaik Piala Asia 2007 asal Irak pernah dilirik oleh salahsatu klub EPL kandas karena tidak mendapat ijin kerja dan juga karena asal negaranya yang bergejolak sehingga agak diragukan, itu baru Irak bagaimana dengan negara kita ?

Menurut penulis akademi ini akan bernasib sama dengan U19 Uruguay, U23 Belanda, Baretti, dan Primavera karena ya itu dibuat, dibentuk yang tidak lebih seperti membuat mie instan, seharusnya yang diperhatikan oleh PSSI adalah, benahi sistem kompetisi kalau bisa semua yang berkaitan dengan sepakbola dan masuk dalam keanggotaan PSSI dibentuk kompetisi atau liga, seperti Liga Futsal, Liga SSB dan jangan terpaku hanya jika ada sponsor maka kompetisi dijalankan begitu tidak ada sponsor maka kompetisi diistirahatkan dulu sampai ada sponsor lagi, kenapa sepakbola kita tidak ada yang beres karena itu selalu bergantung yang namanya sponsor walaupun kita tidak munafik hari gini tanpa sponsor maka semua acara tidak akan berjalan sempurna tetapi ada kok kompetisi yang tidak ada sponsor besar tetap jalan !

Seperti kompetisi Indonesian Basketball League dan Libama serta Kobanita dan kobatama dimana mereka TIDAK ADA sponsor besar sejak dua tahun lalu tetapi mereka BISA JALAN karena apa, tekad mereka untuk memajukan basket Indonesia padahal mereka adalah boleh dibilang olahraga kelas dua, sementara sepakbola olahraga rakyat HARUS NGEMIS bak GEMBEL kepada para taipan-taipan sponsor begitu tidak ada sponsor langsung bak kebakaran jenggot, seharusnya PSSI belajar dari IBL dan PBSI bagaimana mereka menjalankan kompetisi tanpa sponsor yang besar seperti kompetisi PSSI yang bersponsor besar ! benar tidak ?

Apakah Indonesia Football Academy ini yang bekerjasama dengan pemandu bakat MU akan suskses dan bisa membawa dampak positif bagi Timnas Indonesia dalam memperbaiki rangking FIFA serta mendapatkan titel juara entah itu di regional Asia atau Dunia, atau nasibnya sama dengan Baretti, Primavera, U19 Uruguay, U-23 Belanda ?

Ingat !! Gelaran Piala Dunia umurnya hampir sama dengan PSSI, SEHARUSnya kita sudah bisa mendapatkan gelar itu MASAK KALAH sama KROASIA yang PSSI-nya lahir tahun 1992, tahun 1998 sudah bisa mengukir nama PSSI-nya dalam sejarah perhelatan Piala Dunia sebagai Juara Ketiga, SEMENTARA KITA hanya JUARA sebagai penonton dan jurnalis yang setiap Piala Dunia selalu ikut !!!!

GBK Senayan, 210410 14:50

Rhesza
Pendapat Pribadi

Yang di Bubarkan Satpol PP atau FPI-FBR ?


Seperti biasa dan sudah menjadi ritual sebelum penulis menuliskan secara mendalam, penulis menghaturkan permintaan maaf jika dalam tulisan dibawah ini ada pihak-pihak yang merasa terpojokkan karena apa yang penulis tulis ini hanya pendapat pribadi penulis berdasarkan apa yang penulis lihat, baca dan tonton sekali lagi mohon maaf..

Kalau diantara para pembaca dan pengunjung blog ini apakah anda tahu dengan tragedi Priok tahun 1984 yang memakan korban dari masyarakat Priok ? dan kejadian seperti tahun 1984 ini terulang kembali walaupun tidak separah tahun 1984 tetapi tetap saja sangat disayangkan kejadian yang terjadi di Rabu Pagi tersebut.

Penulis tidak akan membahas terhadap masalah tersebut karena penulis yakin sudah banyak yang menulis tetapi yang penulis lihat adalah ada beberapa kesalahan yang mungkin kalau ini bisa diselesaikan dengan baik tidak akan terjadi seperti ini.

Banyak orang ketika melihat kejadian ini dan ditanya sebenarnya siapa yang disalahkan, selalu menyebutkan bahwa yang salah adalah Satpol PP dan banyak yang mengusulkan lebih baik Satpol PP di bubarkan, tetapi bukan maksud penulis membela atau ada keterikatan emosi dengan Satpol PP tetapi menurut penulis justru Satpol PP yang di jadikan korban.

Kalau menurut penulis sekali lagi bukan maksud membela Satpol PP apa yang di lakukan oleh mereka adalah sesuai dengan ketentuan dan surat tugas yang berlaku, sebenarnya yang salah disini adalah hanya salah komunikasi dan salah mengsosialisasi daripada isi surat pengadilan, menurut Satpol PP mereka tidak akan menggusur makam tersebut yang mereka eksekusi hanya bangunan yang tidak ada dalam surat perintah yang diamankan salahsatunya adalah pendopo tersebut, tetapi (mungkin) (maaf) oleh beberapa orang setelah membaca surat itu tanpa di cerna mengatakan bahwa makam itu akan digusur dan karena ucapan orang-orang yang mengaku PINTAR ini yang mendengarkan jadi emosi dan terjadilah seperti yang kita lihat kemarin…

Bicara soal Satpol PP memang tidak ada habisnya dan tidak ada yang bagus dari mereka seperti seenaknya menggusur daripada rakyat kecil yang berjualan atau rumah rakyat kecil yang berada di bantaran kali, atau sering melakukan pungli pedagang kecil biar aman berjualan walaupun tetap saja di gusur ketika ada operasi besar, tetapi sebenarnya apa yang mereka lakukan ada benarnya justru kitalah yang tidak tahu diri.

Seperti menggusur rakyat kecil yang berjualan di pinggir jalan atau menutup trotoar, kita tahu fungsi daripada trotoar adalah sarana untuk pejalan kaki, lantas kemana para pejalan kaki ini kalau tempat mereka berjalan sehari-hari harus diperkosa dengan tumbuhnya warung-warung kecil atau usaha tambal ban, apakah mereka para usaha kecil ini mau bertanggung jawab ketika pejalan kaki ini akhirnya tertabrak kendaraan karena jalan di badan jalan karena trotoar yang mereka biasa lewati sudah diambil alih fungsinya?

Soal penggusuran rumah-rumah seperti yang terjadi di kawasan Tangerang yang berada di aliran sungai Cisadane atau bantaran kali Ciliwung yang ada di daerah Jati Negara, memang satu sisi penulis lihat pemerintah tidak bisa menjalankan fungsi negara sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 soal kesejahteraan rakyat salah satunya pengadaan rumah tetapi apakah para penghuni ini MAU disalahkan oleh Satu Tangerang dan Jakarta JIKA ADA banjir besar datang dimana kenapa banjir ini ada karena tersumbatnya aliran sungai karena adanya banyak bangunan rumah diatasnya ?

Soal isu pembubaran Satpol PP justru penulis berpendapat kenapa Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia tidak merevisi peraturan tentang keberadaan Organisasi Masyarakat-Ormas karena menurut penulis ormas seperti FPI dan FBR tidak layak dikatakan Ormas karena lebih banyak negatifnya dan terlalu ekstrem. Adakah yang tahu apa prestasi mereka terhadap negara ini selain Agama ? justru yang ada membuat orang ketakutan

Kalau boleh membuka dan menengok aksi mereka kebelakang sudah berapa banyak orang luka-luka karena ulah mereka seperti kasus perusakan sebuah arena bola tangkas (billyard) dimana seorang penjaganya yang memiliki keterbatasan fisik dengan sadis dan tanpa dosa menganiaya penjaga ini dan (maaf) membuangnya ke saluran air dan baru sekitar beberapa jam setelah kelompok ini pergi ditemukan oleh petugas kepolisian, atau ketika awal-awal menjelang puasa rakyat selalu ditakutkan dengan aksi mereka yang tidak jauh beda bahkan menurut penulis masih lebih terhormat preman Tanah Abang ketika tengah malam merazia toko-toko yang memiliki gudang minuman keras dan tidak melaporkan ke pihak kepolisian dan malah langsung memusnahkan begitu saja, kalau seperti ini penulis berpikir apa fungsinya Kepolisian Negara Republik Indonesia kalau Polisi saja tidak berani mengambil tindakan terhadap aksi mereka.

Soal aksi kemarin, adakah para pemimpin dua Ormas ini melakukan tindakan internal dengan mengantarkan para pengikutnya yang terlibat atau yang membunuh 3 personel Satpol PP ke pihak Kepolisian ? penulis juga heran dengan ucapan yang SOK dari sang pemimpin ibukota ini ketika ada isu ratusan petugas Satpol PP yang kabarnya belum kembali dan tidak diketahui keberadaannya hingga saat dari saat kejadian, data itu keluar berdasarkan pengakuan salahsatu pimpinan Satpol PP yang ada dilapangan dan menghitungnya, dan sekarang pertanyaannya adalah sang Pemimpin Ibukota ini ketika kejadian berlangsung DIMANA ? anda kan Cuma menerima laporan saja TIDAK DILAPANGAN !!!!

Apakah Satpol PP akan terus didesak untuk dibubarkan atau sebaliknya Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia merevisi kembali UU tentang Ormas setelah melihat aksi Priok ini yang ternyata dua Ormas ini justru merugikan negara ini dan tentunya rakyat, bukankah negara harus melindungi rakyatnya dari segala macam teror termasuk teror dari Ormas yang menurut penulis seperti Serigala Berbulu Itik, Dasarnya Agama tetapi pelaksanaannya tidak lebih daripada PREMAN !!!

Priok, 140410 15:30

Rhesza
Pendapat Pribadi

TV itu merekayasa atau Polisi yang merekayasa ?


Mungkin bulan ini bulan paling berat bagi Kepolisian Negara Republik Indonesia, dimana institusi baju cokelat ini sedang dilanda boleh dibilang musibah dimana ada saja masalah yang keluar dari kantor ini mulai dari (maaf) pembangkangan perwiranya mulai dari penyebutan Cicak Vs Buaya, kemudian tanpa ijin pimpinan mendatangi sidang kasus pembunuhan yang melibatkan Kepala Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar hingga pembongkaran adanya makelar-makelar kasus yang akhirnya bisa memulangkan sang Gayus PNS Rp. 28M.

Kalau untuk detailnya bukan keahilan penulis sebagai pakar hukum atau pakar pajak karena lahan itu sudah ada yang punya, tetapi sebelum merangkai tulisan ini ke bawah penulis memohon maaf kepada pembaca atau pihak-pihak terkait yang merasa terpojokkan atas tulisan ini tetapi apa yang penulis lihat berdasarkan nurani, mata, hati, telinga terhadap apa yang terjadi, sekali mohon maaf.

Ketika proses per-markus-markus-an sedang berjalan, tiba-tiba institusi baju cokelat ini menangkap seorang markus yang katanya palsu, penangkapan ini berdasarkan hasil penyidikan dan rekaman yang tertayang dalam acara disebuah stasiun televisi swasta serta pernyataan langsung. Akibat penangkapan ini sang punya stasiun dan acara pun angkat bicara bahwa yang ditangkap adalah benar-benar markus bukan palsu atau gadungan.

Bukan maksud membela televisi ini atau sang institusi baju cokelat tetapi penulis melihat mungkin dengan kasus ini televisi ini agar berubah, penulis melihat sudah berapa kali melakukan kesalahan dalam hal pemberitaan yang mungkin menurut penulis yang hidup dengan dunia dan kegiatan jurnalis.

Ada banyak kesalahan dari televisi ini yaitu, apakah anda ingat ketika kasus Temanggung dimana ada satu rumah yang diberondong peluru oleh team 88, dengan percaya dirinya televisi ini menayangkan langsung dari TKP dan melaporkan bahwa yang diberondong peluru itu adalah Noordin M Top dan ditambah dengan adanya konfirmasi dan pertanyaan lewat speaker phone kepada salah satu perwira tinggi Polri dan didengarkan oleh rakyat Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke dari Mianggas hingg Rote tetapi kenyataannya ! SALAH BESAR yang tewas adalah Ibrohim

Kemudian, selalu menanyangkan tayangan video-video ekslusif yang bagi mereka hanya mereka yang punya, tetapi kenyataannya ? Televisi lain pun ada yang punya bahkan lebih detail daripada ke”ekslusifan” daripada televisi, lalu ketika aksi Polri dalam memberantas Aceh daripada teroris dimana sang televisi dengan pedenya bisa masuk dan terlibat dalam barisan pagar betis polri sementara jurnalis yang lain tidak bisa padahal sebelum berangkat ke medan tempur, semua jurnalis dikumpulkan dan akan berangkat bersama tetapi kenyataannya ? hanya televisi ini yang ikut dan terus dibelakang para prajurit polisi !

Dari sekian banyak kesalahan dan arogansi televisi ini penulis berpikir dan bertanya ? INIKAH CARA KERJA JURNALIS ? dan lebih HEBATNYA lagi adalah kalau media cetak ketika menaikkan sebuah berita ADA kesalahan, ESOK harinya pasti memuat sebuah kolom khusus yang istinya permintaan maaf atau ralat akan berita yang salah, SEMENTARA televisi ini TIDAK PERNAH melakukan permintaan maaf kepada publik ketika salah satu beritanya ada yang salah, terbukti ketika kasus Temanggung itu JELAS-JELAS salah tetapi apa ? Justru Polisi yang meminta maaf dan mengklarifikasi atas berita yang beredar, sementara televisi ini yang PERTAMA memberitakan bahwa berita itu salah TIDAK PERNAH MEMINTA MAAF BAIK ITU SECARA INSTITUSI ATAUPUN SANG PEMBAWA BERITA DI LAPANGAN!!! Bahkan penulis agak tertawa lepas sampai sakit perut ketika salah berita ini di tanyakan oleh sang (kalau tidak salah) Kadiv Humas “ SIAPA YANG BILANG NOORDIN M TOP TEWAS ? “ langsung secara spontan wartawan yang ada disana menyebutkan secara koor nama stasiun televisi ini dan pertanyaan itu diulang sebanyak 3 kali oleh sang Kadiv Humas !!

Tulisan ini bukan untuk memojokkan atau mencemarkan atau apapun namanya tetapi penulis melihat ada yang salah daripada televisi ini dan terbukti kalau tidak salah ada beberapa kali KPI mengeluarkan surat teguran kepada televisi ini, dan penulis sebagai bagian dari keluarga besar jurnalis, apa yang di sajikan oleh televisi ini adalah sangat tidak “jurnalis” kita bisa lihat dari cara mencari berita misalnya kasus Temanggung akan timbul pertanyaan “ kok televisi itu BISA ADA di areal yang seharusnya steril dan hanya polisi yang ada ?” jawaban anda wahai Pemred ?

Penulis berpikir apa yang dilakukan oleh stasiun televisi ini (mungkin) hanya mengejar rating karena sangat jelas sekali perbedaannya ketika membandingkan dengan stasiun televisi yang bergenre sama yaitu Berita, kalau televisi yang saingannya penulis melihat mereka dalam menaikkan berita selalu berhati-hati dan memastikan dulu sumber-sumbernya baru menaikkannya dan kalau pun tidak lengkap televisi ini lebih kepada analisa-analisa dari pakar-pakar yang ada sementara televisi ini penulis melihat tidak ada bahkan (mungkin) semakin dalam berita dan narasumbernya semakin bagus dan bisa mengangkat share rating ! ini bisa kita lihat bagaimana berita-berita seputar teroris, adakah yang “sedikit” di sensor atau “sedikit” dihaluskan kata-kata jurnalisnya ?

Yang menjadi pertanyaan saat ini apakah media saat ini lebih mementingkan informasi yang diminta masyarakat atau sekedar mengejar share rating ? dalam hal hukum menghukm media di negara ini sangat dilema, dimana jika stasiun televisi ini dihukum maka secara tidak langsung negara menghalang-halangi kebebasan dalam mencari dan menyiarkan sebuah berita tetapi jika di berikan sanksi apakah televisi yang bermasalah itu akan berubah ?

Kita sebagai masyarakat juga seharusnya lebih jeli dan kritis dalam melihat tayangan-tayangan dalam hal kategori pemberitaan, bukan hanya sekedar melihat televisi ini hebat karena pemberitaannya langsung dari lapangan sementara televisi lain tidak, tetapi lebih berpikir dan bertanya dalam hati dengan jeli, ADA APA dibalik berita misalnya laporan dari lapangan sementara televisi lain tidak ada beritanya kalau pun ada berita atau laporan hanya berdasarkan sambungan telepone dan visualnya pun baru dikemudian hari, padahal isu itu lagi marak, seperti kasus di Aceh penulis pun berpikir kok televisi ini bisa masuk dan bersama-sama dalam kendaraan operasional polri sementara televisi lain hanya mengambil gambar dari kejauhan atau dari keterangan Humas Polri

Semoga dengan kejadian ini, para awak media lebih jeli lagi dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan informasi yang penonton atau masyarakat ingin kan tanpa harus ditambah atau di kurangi dan tentunya juga dalam menyajikan sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik yang berlaku.

RawaMangun, 130410 15:00

Gie Gustan
Pendapat Pribadi