Beberapa hari ini DKI dan kota-kota di negara ini semakin lama semakin tidak menentu nasibnya karena hampir setiap jam selalu ada saja aksi demo yang dilakukan baik oleh mahasiswa atau masyarakat sehubungan dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak – BBM yang tadinya berkisar di Rp. 4,500 sekarang menjadi Rp. 6,000 untuk satu liter, dan lebih parahnya adalah hari-hari ini harga minyak di pasar dunia menembus level US $ 145 untuk satu liter ( silakan anda konversikan sendiri dari Dollar Amerika ke Rupiah, capek ).
Setelah harga BBM menembus isu US $ 145, lantas apakah negara akan menaikkan kembali harga minyak setelah pemerintah melakukan kebohongan publik dimana pada tahun 2005 lalu dengan lantangnya sang Presiden di Istana ketika kalau tidak salah selepas melantik Kepala Staff mengatakan bahwa sehubungan dengan harga minyak yang melambung harga kebutuhan minyak di dalam negeri belum ada perubahan, tetapi kenyataannya malah NAIK !! ini jelas sekali kebohongan publik.
Setelah harga BBM menembus isu US $ 145, lantas apakah negara akan menaikkan kembali harga minyak setelah pemerintah melakukan kebohongan publik dimana pada tahun 2005 lalu dengan lantangnya sang Presiden di Istana ketika kalau tidak salah selepas melantik Kepala Staff mengatakan bahwa sehubungan dengan harga minyak yang melambung harga kebutuhan minyak di dalam negeri belum ada perubahan, tetapi kenyataannya malah NAIK !! ini jelas sekali kebohongan publik.
Belum lagi kabarnya Indonesia keluar dari induk organisasi penghasil minyak dunia atau OPEC, alasan keluar hanya untuk menekan dan mengawasi aliran minyak untuk kebutuhan dalam negeri tetapi usut punya usut negara kita sebelum menyatakan keluar dari organisasi OPEC sudah membayar uang keanggotaan sampai Desember tahun depan kalau seperti ini jelas rugi donk udah bayar keanggotaan malah keluar.
Ada apa dengan pemerintah yang semakin lama semakin tidak jelas menghadapi badai minyak dunia ini ibarat orang yang kebakaran jenggot. Sebenarnya kalau kita bisa melihat dari dampak harga minyak ini kita tidak perlu pusing karena kita sebagai penghasil minyak seharusnya kita bisa sabar dan bahkan untung karena kita juga mengekspor minyak, tetapi kenyataannya ?
Mungkin inilah karma yang diterima pemerintah dari Tuhan karena tidak beresnya kinerja daripada para pejabat terutama di sector migas yang seenaknya bahkan dibego-bego-in sama perusahaan minyak dunia, kita bisa lihat di tiap daerah negara ini pasti ada perusahaan minyak asing yang mana komposisi bagi hasilnya tidak jelas apakah yang untung pemerintah atau perusahaan minyak asing itu yang untung besar.
Seharusnya kita bisa menekan tingkat kegiatan dan bagi hasil dari perusahaan-perusahaan minyak asing itu, bagaimana caranya ? contohlah negara yang dipimpin oleh Presiden yang berlatar belakang petani koka Evo Morales yaitu Bolivia, dimana dalam hari-hari pertamanya menjabat sebagai Presiden Bolivia beliau mengundang semua kepala perwakilan dari perusahaan-perusahaan minyak asing yang sedang mengeksploitasi minyak di negaranya dan meminta mereka menandatangani kesepakatan bagi hasil dimana pemerintah Bolivia mendapatkan keuntungan dari eksploitasi perusahaan minyak asing itu sebanyak 70-85 % sedangkan perusahaan minyak tersebut hanya mendapatkan 15-20% saja, awalnya para perusahaan ini menolak dengan keras tapi lambat laun mereka lulu juga, kenapa juga model seperti ini diterapkan di Indonesia ?
Penghematan
Akibat dari harga minyak yang melambung ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan penghematan yang ditujukan kepada semua lapisan tapi kalau menurut penulis hanya di lapisan bawah saja yang disuruh berhemat, tetapi bagaimana denga lapisan atas ? sudah terbukti lewat sebuah tayangan dimana sejumlah gedung pemerintahan yang pada siang hari yang mana matahari sudah diatas kepala dan masuk ke ruangan masih menyalakan lampu, soal hemat bensin pun penulis masih sangsi dengan apa yang dianjurkan oleh Presiden karena presiden sendiri setiap melakukan kegiatan yang bersifat kenegaran berapa banyak liter bensin yang keluar jika presiden setiap kegiatan selalu dikawal dengan full kawalan paspamres, belum lagi jika keluar negeri untuk kunjungan kenegaraan atau menghadiri sebuah forum atau konfrensi tingkat kepala negara dan pemerintah.
Jadi saran penulis kepada pemerintah, tolong anda berkaca dulu sebelum anda berbicara atau memberikan wejangan kepada masyarakat lewat media, rakyat sudah dari jaman adam dan hawa melakukan yang namanya penghematan mulai dari listrik hingga bingung apalagi yang harus dihemat, maksudnya adalah berikanlah contoh kepada masyarakat negara ini yang jumlah hampir 220 juta jiwa ini bagaimana pengertian hemat dan bukti nyata dari kata hemat itu sendiri, kalau itu sudah bisa dijalankan secara otomatispun rakyat akan percaya dan akan melakukan apa yang pemerintah lakukan dalam hal berhemat bukan seperti saat ini.
Apakah benar pemerintah menganjurkan agar semua lapisan berhemat untuk menstabilkan konsumsi minyak bumi di negeri ini ? atau hanya lapisan bawah saja yang berhemat ? kita tunggu saja….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar