Judul diatas bukan maksud menakut-nakuti penggemar sepak bola nasional tetapi apa yang penulis tulis judul diatas ada 2 kemungkinan, yaitu kemungkinan iya di skorsing ada kemungkinan tidak. Sebelumnya penulis seperti biasa memohon maaf jika ada beberapa personal atau pihak-pihak yang merasa tersinggung dengan tulisan ini tetapi apa yang penulis tulis adalah pendapat pribadi penulis terhadap apa yang penulis lihat.
Judul diatas berawal ketika pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang menghadap Presiden untuk meminta kesediaan Presiden untuk hadir di Palembang dalam rangka Hari Pers Nasional yang jatuh pada tanggal 9 Februari mendatang, dalam keterangan Persnya para pengurus PWI mengatakan bahwa Presiden meminta PWI membuat semacam kongres sepakbola nasional dimana Presiden prihatin dengan kondisi prestasi sepakbola kita, usulan ini didasari dengan kedatangan trophy Piala Dunia yang sempat mampir ke Jakarta dalam rangkaian tour dunia hingga pelaksanaan Piala Dunia yang berlangsung di Afrika Selatan.
Usulan Presiden ini ditanggapi beragam oleh insan sepakbola nasional dimana ada yang mengatakan setuju dilaksanakan Kongres (walaupun dikemudian hari Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia meralat kata-kata Kongres dengan seminar atau sarasehan) mengingat prestasi sepakbola Indonesia yang semakin lama semakin tidak jelas, tetapi ada juga yang tidak setuju karena kalau negara menggelar kongres ini itu berarti negara mengintervensi dan mencampuri urusan sepakbola yang di haramkan oleh FIFA.
Kita tidak usah menutup mata bagaimana kondisi sepak bola di negara ini, kompetisi yang jadwalnya tidak jelas, banyaknya pemain asing yang beredar tetapi hasil dari para pemain asing ini hanya satu-dua saja yang berprestasi selebihnya hanya makan gaji buta atau melarikan diri dari kehidupan yang tidak baik di negaranya, tawuran penonton dan pemain, seperti kasus bonek kemarin yang menuju Bandung, tidak konsistennya hukuman bagi klub dan perangkat teknik lainnya dan masih banyak lagi permasalahan yang membuat sepakbola kita menurun baik permainan maupun teknis seperti penurunan peringkat dunia versi FIFA
Menurut penulis apa yang di ajukan oleh Presiden soal kongres sepakbola nasional adalah sebagai wujud kekecawaan beliau sebagai Presiden dan juga mungkin mewakili rakyat Indonesia melihat kondisi sepakbola Indonesia dimana negara yang berpenduduk sekitar 230 juta jiwa yang tersebar dari Sabang hingga Merauke dari Mianggas hingga Pulau Rote tidak mampu menghadirkan prestasi yang bisa dibanggakan (mungkin) ketika Presiden kita sedang berkumpul dengan kolega-koleganya sesama kepala negara dan pemerintahan pada sebuah acara, disaat para pemimpin negara lain misalnya Brazil dengan bangga kepala negaranya mengatakan bahwa Brazil yang paling jago sepakbola di dunia, atau PM Inggris dengan bangganya bahwa liga sepakbolanya atau Liga Premier adalah liga paling bagus daripada liga-liga dunia lainnya, sedangkan Presiden kita ketika ditanya prestasi olahraga terutama sepakbola dinegara, bisakah beliau menjawabnya ?
Apa yang membuat sepakbola kita mundur sehingga seorang Presiden Republik Indonesia harus turun tangan mengurusinya walaupun dalam hukum FIFA diharamkan negara mencampuri kerja Federasi sepakbola dinegaranya ? Penulis melihat ada beberapa bagian dari sepakbola kita yang membuat sepak bola kita mundur bahkan terbelakang dari negara-negara maju yaitu
Pertama, SDM dari organisasi itu sendiri, kenapa penulis bilang seperti itu ? bisa kah anda menjawab pertanyaan penulis, di semua struktur PSSI ADAKAH YANG BENAR-BENAR MANTAN PEMAIN SEPAK BOLA ATAU YANG PAHAM DAN MENGERTI AKAN PERATURAN SEPAKBOLA YANG DIBUAT FIFA-AFC ? kalau penulis bilang TIDAK ! sehingga inilah yang menurut penulis sepak bola kita mundur, karena apa yang di inginkan oleh para pemain atau penikmat sepak bola ini tidak bisa di wujudkan oleh para pengurus yang kita tahu berlatar belakang pengusaha atau pejabat walaupun kita tahu bahwa apapun yang ada di dunia ini selalu berujung pada sebuah kertas segi empat yang ada logo “BI” benar tidak ?
Kedua, TIDAK PERNAH BERKACA, itulah yang terjadi pada pengurus otoritas sepakbola kita bahkan sampai kesal penulis pernah mengumpat dalam hati melihat kerja para pengurus ini apakah di Gedung PSSI Pintu IX tidak ada kaca apa ya ? kita tahu bahwa PSSI selalu membuat program kerja untuk meningkatkan ketrampilan anak-anak bangsa dalam sepakbola ke luar negeri mungkin anda kenal dengan program Primavera, Barreti, Pelatnas Belanda hingga menumpang bertanding di kompetisi liga Uruguay, tetapi hasil itu semua NOL BESAR ! seperti kita bisa lihat bagaimana nasib U-23 di Asian Games hasil dari Program Pelatnas Belanda, atau U-19 yang dihancurkan Jepang dan Australia dalam Pra Kualifikasi Piala Asia U-19 bukannya intropeksi malah semakin jadi bahkan akhir Januari kemarin PSSI mengirimkan kembali anak-anak bangsa ini untuk berkompetisi di musim baru.
Ketiga, TIDAK ADA KOMPETISI TINGKATAN USIA. Penulis atau pambaca blog iri dan bertanya ketika ada tayangan acara olahraga beberapa tahun lalu yang memberitakan tentang kemenangan Swiss yang menjadi kampium juara U-19 atau kemenangan Belanda U-21 di Ajang Piala Eropa U-21, kapan PSSI U-19 atau U-21 bisa juara Piala Asia ? boro-boro juara Piala Asia, kompetisinya saja tidak ada baru ada kalau ada sponsor kalau ga ada sponsor ya sudah tiarap, seharusnya PSSI dari awal sudah membentuk program dimana kompetisi itu sudah ada dari tingkatan usia dini bukan hanya kompetisi senior saja, seperti di negara-negara Eropa sudah menyiapkan kompetisi usia dini mulai dari kompetisi U-10, U-12, U-15, U-17, U-19, U-21, U-23 dan senior, tetapi di Indonesia hanya mengenal kompetisi senior sedang usia lainnya Cuma ada kompetisi U-21 itu juga tidak kompetisi penuh layaknya kompetisi senior sedangkan U-15 baru berkompetisi jika ada sponsor yang penuh membiayai kompetisi ini selanjutnya ya sama seperti kompetisi U-21, kalaupun di buka kompetisi ini hanya bersifat sementara dan seleksi untuk kebutuhan timnas jika ada pertandingan misalnya kualifikasi.
Keempat, BERGANTUNG PADA SPONSOR tidak bisa dipungkiri yang namanya sponsor itu penting dan kita selalu di jadikan budak sama yang namanya sponsor dan itulah yang terjadi di kompetisi sepakbola negara ini, bahkan beberapa kompetisi lalu dimana ada sponsor besar dari kompetisi ini terancam hengkang sudah langsung panik serasa dunia kiamat 2012, padahal banyak kompetisi di luar sana tidak menggunakan sponsor yang produknya dipakai sebagai nama liga seperti liga Italia, contohlah liga basket Indonesia – IBL dimana mereka bisa “hidup” tanpa ada sponsor yang hampir sepuluh tahun kalau tidak salah selalu memberi dukungan terhadap kompetisi basket paling prestise di negara ini..
Kelima, TIDAK KONSISTENNYA JADWAL KOMPETISI, ini bisa kita lihat beberapa tahun yang lalu dimana otoritas yang mengurusi jadwal kompetisi selalu tidak bisa menyusun jadwal sesuai dengan ketentuan FIFA misalnya masa rehat pemain setelah melakukan pertandingan adalah 3-4 hari atau pada saat kompetisi dunia libur untuk menyambut Piala Dunia, atau Piala Asia kompetisi kita tidak libur malah sempat diistirahatkan sementara ketika kita menjadi tuan rumah Piala Asia 2007 silam, dan ketika kompetisi dunia sudah mulai, kompetisi liga kita baru saja libur hal seperti inilah kenapa Timnas kita selalu kalah, karena para pemain tidak bisa melihat atau belajar dari tayangan-tayangan liga dunia untuk menambah kemampuan mereka memang waktu tayangan liga dunia yang disiarkan televisi bertepatan dengan waktu istirahat pemain tetapi dengan jadwal kompetisi yang baik dan benar tidak mustahil para pemain kita bisa belajar lewat televisi untuk menambah pengetahuan mereka dalam bersepakbola.
Menurut penulis sudah saatnya para pengurus PSSI ini mundur secara sukarela daripada harus menunggu Munas atau berakhirnya masa jabatan karena kita semua sudah tahu bagaimana kalau akhirnya pemerintah turun tangan dan disetujui oleh rakyat Indonesia yang sudah muak dengan para pengurus PSSI ini karena tidak bisa memberikan nilai positif dan titel juara kepada rakyat Indonesia yang sudah capek-capek datang jauh mulai dari Sabang sampai Merauke dari Mianggas hingga Pulau Rote dan harus menabung untuk membeli tiket yang bagi sebagian orang tidak murah ternyata harus melihat Timnasnya kalah dan kalahnya itu seperti diajarkan bagaimana belajar menendang bola oleh lawan, apakah ini yang diharapkan oleh pengurus PSSI yang dipimpin oleh Nurdin Halid dan konco-konconya, kalau penulis pribadi LEBIH BAIK di HUKUM FIFA karena intervensi Pemerintah karena dengan di hukum itu kita bisa intropeksi ke dalam dan membenahi sistem yang menjadi dalang kekalahan timnas dan kompetisi kita dan BERANI MENGHUKUM orang-orang yang telah merusak prestasi timnas kita yang dulu berjaya agar TIDAK BOLEH menangani sepakbola Indonesia dalam kurun waktu lama kalau bisa seumur hidup mereka !
Semoga dengan sedikit “ancaman” dari sang Presiden bisa membuka mata hati para ketua dan pengurus PSSI agar lebih terpacu lagi untuk membuat timnas kita lebih maju dan legowo untuk mundur daripada prestasi ketika negara ini dipimpin oleh Bung Karno dan Soeharto, semoga dengan kedatangan Trophy Piala Dunia ketiga kalinya ke Jakarta pada tahun 2014 mendatang PSSI bisa masuk dalam putaran final bukan hanya sekedar untuk dipajang dan diphoto-photo oleh pelajar dan masyarakat seperti yang terjadi dua kali tour Piala Dunia saat ini. Jangan sampai ketika SEA GAMES mendatang kita ternyata kalah bukan dari Laos tetapi kalah dari Timor Leste atau Philipina atau Brunei Darussalam dengan skor telak yang jelas-jelas tahun-tahun kemarin kita selalu mengajari mereka cara bermain sepak bola, kalau sudah seperti ini maka penulis berpikir ulang untuk mendukung Timnas !
Matinya Nasionalisme pemain Timnas Indonesia….
GBK, 140210 15:00
Gie Gustan
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar