Minggu, 14 Februari 2010

Susahnya Menjinakkan Bonek liar


Pertama-tama seperti kebiasaan penulis di blog ini, menghaturkan permintaan maaf jika dalam penulisan opini ini menyinggung atau memojokkan satu pihak tetapi tulisan ini hanya bersifat pendapat pribadi yang berdasarkan pada apa yang penulis liat..


Siapa yang tidak kenal bonek ? mulai dari orangtua, anak muda, wanita-pria tahu siapa bonek tetapi yang mereka tahu dari bonek ini adalah sekumpulan anak muda dari ujung pulau jawa yang setia pada satu klub yang sekarang sedang bertanding di kasta paling tinggi sepakbola nasional..


Tetapi yang selalu diingat oleh para rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang hingga Merauke dari Mianggas hingga Pulau Rote adalah kebrutalan dan keanarkisan daripada sikap bonek ini sendiri, kita bisa lihat pada beberapa waktu lalu dimana para bonek ini melakukan tindakan anarkis ketika akan berkunjung ke Bandung untuk mendukung klubnya bertanding melawan Persib Bandung di Stadion Si Jalak Harupat Soreang Bandung, dimana setiap memasuki stasiun yang dilewati mereka selalu membuat ulah mulai dari melempar batu, menjarah apa yang ada didepan mata mereka bahkan sampai pada kekerasan di mana seorang jurnalis photo harus mendapatkan perawatan akibat tindakan anarkis tersebut, itu baru ketika mereka melintasi jalur kereta yang membawa mereka ke Bandung, lantas bagaimana ketika mereka sampai ?


Ternyata tidak jauh berbeda dimana mereka ini dengan seenaknya memasuki komplek bahkan ke dalam stadion yang menurut ketentuan yang berlaku di dunia sepakbola dimana stadion harus di sterilkan minimal 3 jam sebelum kick-off tetapi kenyataannya ?


Itu baru berangkat, ternyata pada saat sekumpulan ini pulang ke kampung halamannya mereka pun disambut dengan perang batu sama seperti ketika mereka berangkat bahkan akibat kejadian ini Kepala Polisi Daerah Jawa Tengah (Kapolda Jateng) dan beserta jajarannya menjadi korban dari aksi ini.


Sudah sebegini parahkah kehidupan suporter sepak bola kita terutama bonek sampai dibenci rakyat Indonesia ? menurut penulis apa yang dilakukan rakyat terutama pecinta sepakbola Indonesia terhadap bonek adalah akumulasi daripada tindakan bonek ini setiap klub mereka bertanding dan tindakan mereka ini sudah terekam di otak para pecinta sepakbola atau warga.


Bahkan kita secara spontan berbicara kalau klub ini bertanding pasti akan berakhir ricuh karena aksi dari bonek ini dan apa yang kita spontankan itu kadang terjadi dan yang seperti kemarin itu. Tetapi pembelaan dari mereka adalah bahwa yang melakukan tindakan anarkis itu adalah oknum bukan anggota mereka, tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari klub ini dengan atribut-atribut yang mereka kenakan walaupun memang atribut itu bisa dibeli dimana saja tetapi tetap saja brutal !!


Bukan kali ini saja bonek berulah, menurut catatan penulis setidaknya sudah lebih puluhan kali bonek berulah, terakhir kalau tidak salah pada saat Persebaya melawan Arema di Kandang Persebaya dimana ribuan bonek merusak luar-dalam stadion yang mengakibatkan mobil operasional satelit milik salahsatu stasiun televisi nasional rusak berat dan itu diliput oleh beberapa kantor berita luar negeri yang mempunyai perwakilan di Indonesia itu pada medio September 2008.


Pertanyaan sekarang adalah apakah kelakuan bonek ini masuk kategori budaya atau tindakan kriminal ? kalau menurut penulis apa yang dilakukan oleh bonek ini adalah sudah mengarah pada tindakan kriminal bukan lagi kategori budaya atau fenomena kemudian apakah bonek ini bisa diredam bahkan dimatikan ?


Sebenarnya bonek ini bisa kita matikan dalam hal kelakuannya dengan cara,


Pertama, PSSI harus TEGAS menghukum klub Persebaya dan bonek dengan hukuman sekeras-kerasnya serta berlapis dan menggandeng POLRI khususnya Kepolisian Daerah Jawa Timur dan Kepolisian Daerah lainnya yang wilayahnya menjadi korban daripada keganasan bonek ini, hukuman yang diberikan oleh PSSI adalah paling ringan mengurangi misalnya 30 point setiap bertanding, kemudian dilarang bertanding di kandang misalnya sampai 4 musim kompetisi tanpa dihadiri penonton termasuk anggota keluarga pemain ! atau paling berat di turunkan kastanya atau dibubarkan klub ini dan boleh bertanding di kompetisi sepakbola wilayah Indonesia dengan nama baru sedangkan dari pihak kepolisian kiranya menyelidiki kasus ini secara pidana dan menyeret orang-orang yang terlibat.

Kenapa penulis bilang seperti itu kiranya PSSI mencontoh apa yang dilakukan PM Inggris Raya Margareth Techer dimana pada tahun 1985 ketika final Piala Champion antara Liverpool melawan Juventus yang dikenal sebagai tragedi Haysel puluhan suporter kedua klub tewas, satu hari setelah kejadian tersebut sang PM langsung meminta FIFA dan UEFA untuk menghukum organisasi sepak bola Inggris dan meminta semua klub Inggris Raya untuk tidak bertanding di kompetisi Eropa dan permintaan sang PM ini langsung di setujui oleh FIFA dan UEFA dengan menghukum Inggris tidak boleh berpartisipasi di kompetisi semua tingkatan Eropa selama 4-5 tahun


Kedua, dari internal klub dan supporternya sendiri secara fair meminta maaf dan mengakui serta mengganti kerugian yang di akibatkan ulah suporter yang menurut mereka bukan hak mereka, bukan seperti sekarang merasa tidak bersalah dan mengatakan sebagai korban. Penulis melihat apa yang dikatakan para pengurus klub dan supporter klub ini merasa dirinya hebat padahal jelas sekali di depan mata atau kamera yang terekam bagaimana kelakuan para bonek ini ketika berangkat menuju Bandung.


Dari anak kecil sampai nenek tua juga tahu tidak mungkin ribuan supporter yang naik kereta api hingga puluhan gerbong ke Bandung yang disaksikan ratusan juta rakyat Indonesia dari Sabang hingga Merauke dari Mianggas hingga Pulau Rote tidak ada koordinatornya apalagi sampai di kawal oleh puluhan Polisi mulai masuk Jawa Tengah, seharusnya para pengurus supporter menyelediki siapa korlap-korlap yang memberangkat bonek ini sampai ke Bandung BUKAN menutup-nutupi bahkan merasa tidak bersalah dan SOK menjadi korban !


Ketiga, masih dari internal terutama para pengurus supporter ini membenahi management administrasinya, kenapa ? penulis yakin 50 persen dari bonek yang berangkat dan berbuat ulah itu anggota resmi daripada wadah bonek itu sendiri jadi saran penulis kiranya kalau hukuman dilarang mendampingi klub bertanding keluar kandang hingga 2014 dijalankan kiranya wadah bonek ini membenahi administrasinya dengan cara misalnya mendata ulang kembali berapa banyak supporter yang resmi, membuat kartu anggota yang sifatnya berregister, membuat barang-barang atau merchandaise yang berkaitan dengan klub misalnya Syal, Baju, Topi lebih diperketat dalam hal tempat-tempat penjualan dan didata juga jadi kedepannya kalau (moga-moga tidak) rusuh akan ketahuan siapa yang berbuat dan bisa langsung dihukum dan diserahkan kepada pihak kepolisian.


Kalau saran ini dapat dijalankan penulis yakin yang namanya bonek itu tidak akan terstigma lagi dimata masyarakat, tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang adalah BISAKAH Bonek mengubah perilakunya di hadapan ratusan juta masyarakat Indonesia yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, dari Mianggas hingga Pulau Rote ? itulah yang menjadi PR dan tantangan bagi organisasi yang menaungi bonek, klub yang digilai oleh bonek, serta PSSI dan BLI sendiri sebagai otoritas sepakbola dan kompetisi di negara ini


Pintu IX, 160110 15:50

Gie Gustan

Pendapat Pribadi

4 komentar:

Muhammad Choirul A. mengatakan...

tulisan anda sangat memojokan bonek bung...


saya akan meluruskan..

pertama,bonek adalah korban pelemparan warga solo..jadi bonek yang dilempari,bukan yang melempari..

kedua, soal stadion,,bonek masuk sejak jam 1 siang itu berdasarkan arahan panpel persib dan kepolisian bandung..

ketiga, saat pulang kami lagi2 adalah korban..bonek dilempari batu,kayu,bom molotof dll...

lalu soal koordinator,bonek berangkat dengan sendirinya atas panggilan dari hati..tidak ad yang menyuruh karna bonek bukan suporter bayaran..

dan saya jelaskan bahwa warga jawa timur itu bukan korban,tp warga jawa timur itu bonek..bonek ga berasal dari sby saja bung..

sekarang saya tanya,,,apakah anda orang yang ngerti bola?? apakah anda ikut menyaksikan dan mengikuti perjalanan bonek selama di bandung?

oh ya saya lupa,soal wartawan yang dipukul bonek itu cuma oknum,apa semua bonek memukuli wartawan?tidak kan?

RepublikKaumMiskin mengatakan...

Terima kasih atas komentarnya, saya hargai dan saya minta maaf jika ada tulisan yang memojokkan, tetapi apa yang saya tulis ini adalah pendapat pribadi saya berdasarkan apa yang saya lihat, saya baca, dan saya dengar, saya hargai pendapat anda toch saya menulis ini sebagai catatan supaya sepakbola kita maju benar tidak ?

Muhammad Choirul A. mengatakan...

saya berkomentar atas nama kaum miskin...

mas,nulis catatan harus berdasarkan sumber yang tepat,ya toh??

skarang pertanyaanya apa anda ada di tempat kejadian wKTU ITU?
saya yakin anda cuma tahu lewat tv..
secara akal sehat saja,,bonek saat di solo berada didalam kereta,sdangkan warga ada di luar kereta yang banyak batu,,apa di dalam kereta ada batu?


coba baca tulisan saya:

http://irul-green.blogspot.com/2010/04/bonek-keturunan-para-pahlawan.html

http://irul-green.blogspot.com/2010/02/bonek-tidak-munafikmedia-jangan-lebay.html

Anonim mengatakan...

anda hanya penonton yang gak tau apa2,,,,


#Bonek liar