Minggu, 14 Februari 2010

10 Penyakit Lama Sepakbola Indonesia…


Pertama-tama seperti biasa penulis menghaturkan permintaan maaf kalau didalam tulisan ini membuat perorangan atau sekelompok merasa tersinggung atau terpojokkan tetapi itulah kenyataan yang penulis lihat dan ini adalah pendapat pribadi serta saran yang sekiranya bisa membuat sepakbola kita maju ke depan dan bukan sekedar mimpi untuk tampil di Piala Dunia tetapi benar-benar di perhitungkan..Rata Penuh

Cukup basa basinya daripada kelamaan nanti malah basi beneran hehehe…kalau berbicara soal sepakbola Indonesia tidak akan habisnya mulai dari sistem kompetisi yang tidak jelas, kemudian timnasnya yang tidak pernah menang dan masih banyak lagi dan topik inilah yang mungkin paling banyak di perbincangkan di setiap warung-warung kopi atau pangkalan ojek..

Setiap kekalahan timnas dan permasalahan sepakbola di Indonesia ini kita selalu bertanya ada apa dengan sepakbola kita, disaat pecinta sepakbola kita geram dengan banyaknya kekalahan hingga muncul sosok Hendri Mulyadi yang ingin membantu Timnas agar bisa menang dari Oman pada kualifikasi Pra Piala Asia 2011 Qatar, akibat dari aksi Hendri PSSI harus di denda dari otoritas sepakbola Asia sebesar US$ 10,000

Anda pasti bertanya-tanya dengan judul diatas tetapi itulah yang mungkin menurut penulis penyakit lama sepakbola kita dan karena penyakit itu sepakbola kita tidak bisa berbicara banyak yaitu

Pertama, Uang, siapa yang tidak kenal yang namanya uang bahkan urusan uang pun bisa mengubah penjara menjadi hotel berbintang lima, lantas apa hubungan uang dengan timnas kita ? kita tahu dan tidak usah menutup mata bahwa persoalan uang ini membuat prestasi timnas kita agak tidak jelas, dimana setiap menjelang pertandingan internasional banyak pemain kita yang dipanggil ke TC tetapi selalu tidak lengkap dengan berbagai alasan, dan juga mereka selalu mengeluhkan soal terlambatnya dibayar uang saku mereka selama di TC, atau tidak ada uang untuk menggelar pertandingan persahabatan dengan negara-negara yang urutan rangking diatas atau dibawah kita, memang kita tidak usah munafik siapa orang butuh uang tetapi apakah kepentingan negara harus dinomor duakan dengan uang ? kalo itu yang dipilih pantas saja sepakbola kita tidak pernah berprestasi karena selalu berorientasi uang, padahal uang itu akan mengikuti kita kalau kita berprestasi bener tidak ?

Kedua, KURANGnya Nasionalisme, kenapa penulis mengatakan ini dan menempatkannya di urutan kedua setelah uang karena ini masih ada hubungannya, gara-gara perkara uang saku dan gaji pelatih telat dibayarkan maka secara langsung mempengaruhi prestasi bahkan ada juga yang menolak mengikuti TC, ini terbukti ketika SEA GAMES di salahsatu kota di Thailand beberapa tahun lalu, PSSI membuat semacam pusat pelatihan jangka pendek di Belanda yang diasuh langsung oleh Pelatih Timnas U-21 Belanda Foppe de Han, ketika PSSI merelease nama-nama yang berangkat, banyak nama-nama yang di release oleh PSSI menolak ikut ke Belanda karena alasannya kalau kami berada di sana siapa yang membiayai keluarga kami di tanah air sementara kami ini dibayar oleh klub ! kalau penulis melihat memang pemain ini bermain dan dibayar oleh klub tetapi bukankah prestise tingkatannya kalau kita membela timnas atau dengan kata lain membela negara di kompetisi internasional daripada klub benar tidak ?

Ketiga, TIDAK KONSISTENnya perangkat kompetisi, kita tahu bahwa setiap menjelang kompetisi baru selalu ada masalah yang sebenarnya sepele yaitu format kompetisi, kadang-kadang kompetisi dua wilayah, satu wilayah atau 8 besar, cobalah membuat kompetisi yang jelas berikut jadwal dalam misalnya lima musim berturut-turut seperti format kompetisi di belahan dunia lainnya bukannya seperti membuat mie instan !

Keempat, TIDAK TEGASnya organisasi teknis kompetisi, soal ini kita tidak heran dimana hampir semua kebijakan selalu mentah, misalnya kalau yang naman kompetisi liga super seharusnya stadion standar internasional berikut perangkatnya misalnya lampu stadion, ruang media, team medis, akses dari bandara ke stadion, perolehan dan pengurusan ijin keamanan selama satu musim dan keuangan klub kalau itu tidak bisa dipenuhi klub seharusnya klub itu untuk sementara diturunkan kastanya sambil membenahi syarat-syarat yang ditetapkan tetapi kenyataannya ? penulis beberapa kali membaca kalau otoritas kompetisi beberapa kali membantu keuangan klub untuk biaya perjalanan dan penginapan satu-dua pertandingan atau membantu pengurusan ijin dengan pihak keamanan, seharusnya otoritas kompetisi tugasnya hanya duduk manis membuat format kompetisi, menindak klub yang tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku untuk berkompetisi misalnya di ISL BUKAN membantu 100% kalau seperti ini banyak klub yang lepas tangan dan tanggung jawab atau merasa didiskriminasi atau pilih kasih benar tidak ?

Kelima, LEMAHNYA PERANGKAT PERTANDINGAN, maksudnya disini adalah perangkat dalam satu pertandingan seperti wasit, kita tahu bukan membandingkan tetapi kenyataannya bahwa wasit kita kalah jauh dengan kolega-koleganya di luar sana, kita bisa lihat bagaimana kalau ada pemain melakukan tackling keras terhadap pemain lawan wasit langsung menghadiahi kartu kuning bahkan kartu merah langsung dan pemain itu tidak menghampiri wasit termasuk official atau penonton kedalam stadion, SEDANGKAN wasit di negara ini ketika ada pemain melakukan tackling keras terhadap pemain lawan hanya diganjar kartu kuning bahkan ada kadang Cuma teguran dan pemain begitu tau dapat kartu langsung menghardik wasit bahkan mendorong hingga terjungkal ke tanah dan setelah pertandingan official langsung masuk ke lapangan dan mengejar wasit untuk minta pertanggung jawaban atas kartu yang ia keluarkan..hasil dari kerja wasit kompetisi ini bisa kita lihat bagaimana pemain timnas kita ketika bertanding dengan timnas negara lain memperagakan tackling keras yang pikir dia hanya teguran saja TERNYATA KARTU MERAH ! jadi tolong PSSI benahi wasit dan perangkat lainnya

Keenam…BEBAS MASUKNYA PEMAIN ASING, memang pemain asing ini ibarat sayur tanpa garam itu tidak enak tetapi apakah akan lebih tidak enak dilihat kalau para pemain asing ini hanya bisanya bikin onar atau merusak kompetisi kita ? penulis melihat ada beberapa pemain asing yang mungkin hanya sekedar cari uang dan penuh-penuhi negara ini tetapi tidak mengangkat prestasi, sudah saatnya PSSI bekerjasama dengan pihak pemerintah seperti Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Tenaga kerja dalam menyeleksi pemain asing, harus dilihat pemain ini berkompetisi di liga yang sesuai rekomendasi FIFA dan AFC atau PSSI kalau mau berrevolusi seleksi ketat pemain, contohlah penerapan transfer pemain di liga Inggris dimana untuk mendapatkan ijin kerja saja sangat susah walaupun deal transfer sudah disepakati, jangan sampai pemain asing ini membebani negara dalam membiayai pemain ini..

Ketujuh..TIDAK ADANYA KOMPETISI USIA DINI, kenapa isi perut timnas kita hanya 4DL ( Dia Lagi Dia Lagi) padahal penduduk kita hampir 230 juta jiwa yang tersebar dari Sabang hingga Merauke dari Mianggas hingga Rote ? karena tidak adanya kompetisi usia dini seperti kompetisi liga U-10, U-12, U-15, U-17, U-19, U-21 sampai U-23 kalaupun ada hanya sementara atau setengah kompetisi selebihnya menunggu belas kasihan perusahaan jasa swasta atau perusahaan pemerintah yang concern akan olahraga lewat dana Coorporate Social Responsbility-CSR dan itu waktunya pun bisa 2 tahun sekali bahkan tidak sama sekali, benar tidak ?

Kedelapan.. TIDAK PERNAH BERKACA soal management. kita tahu kenapa sepakbola kita yang katanya olahraga nomor satu di negara ini tetapi prestasinya minim dan lebih banyak negatifnya seperti tawuran antar pemain atau antar supporter karena management kompetisinya yang salah dan setiap kompetisi harus mengemis dan menunggu perundingan dengan sponsor-sponsor, beda sekali dengan kompetisi bola basket di negeri ini dimana kalau tidak salah sudah dua tahun ini IBL kompetisi bola basket paling tinggi dan prestise dinegara ini ditinggal oleh sponsor produsen rokok yang belasan tahun menjadi sponsor mereka tetapi mereka tetap jalan seperti ada sponsor Seharusnya

Kesembilan..SELALU MERASA DIRINYA HEBAT dan BERSEMANGAT padahal….seharusnya para pemain timnas kita ini berkacalah pada semangat pemain-pemain negara yang jauh dari prediksi dunia, kenapa penulis bilang begitu ? kita bisa lihat bagaimana Korea Utara, Selandia Baru bisa lolos ke Piala Dunia Afrika Selatan 2010, atau Angola, Togo, Pantai Gading di Piala Dunia Jerman 2006 mereka punya spirit untuk mengubah pandangan dunia terhadap negaranya seperti Korut dengan banyaknya percobaan Nuklir yang membahayakan dunia, atau Angola, Togo, Pantai Gading yang selalu berkonflik dengan separatis begitu juga dengan ekonomi dimana banyak kelaparan tetapi kenapa mereka bisa masuk di arena Piala Dunia ? karena spirit yang tadi penulis tulis diatas, sedangkan negara kita yang bebas dari separatis, bisa makan sehari 3 kali, alam yang luas, tidak ada tentara atau panser hilir mudik di jalan-jalan protokol seperti Jl. Thamrin-Sudirman atau rentetan desing peluru TIDAK PERNAH LOLOS Piala Dunia ?
Kesepuluh..BERMENTAL KERUPUK !! kenapa ? sebenarnya ini sama dengan penyakit nomor dua soal nasionalisme, dimana pemain kita sok bersikap nasionalisme tetapi nasionalisme KTP hanya di ucapan sama ditayangan televisi saja ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya padahal rapuh, kiranya para pemain kita ini berkaca pada semangat dan mental nasionalisme serta patriotik daripada para prajurit Tentara Nasional Indonesia dimana mereka dengan jiwa raga mereka, gaji kecil, meninggalkan istri, anak, orangtua dan lainnya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun demi keutuhan negara ini dari serangan negara asing atau terorisme yang ingin mengacau, SEDANGKAN PEMAIN KITA ketika dipanggil masih harus itung-itungan bagaimana makan istri dan anak saya kalau saya dipanggil Timnas, atau klub yang tidak rela melepas pemainnya karena pemain harapan dan sudah mahal belinya benar tidak ?

Mungkin dengan kesepuluh penyakit Timnas yang penulis utarakan bisa membuka mata, telinga dan nurani para pembesar bola negara ini yang berkantor di Pintu IX Kompleks Gelora Bung Karno beserta para Klub untuk sembuh serta lebih baik lagi, atau memang para pembesar bola negara ini HARUS SELALU diingatkan agar sepakbola Indonesia kembali berprestasi seperti dahulu kala dengan selalu mendatangkan Hendri Mulyadi…Hendri Mulyadi di lapangan dan terus-terusan di denda, bola ada ditangan PSSI dan tentunya Klub-klub..mau dibawa kemana “bola” Indonesia ini ?

240110 01:10
GBK Std
Gie Gustan
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: