Senin, 03 Agustus 2009

Anggaran Vs Kendaraan Dinas Jenderal

Kejadian ini terjadi sekitar dua minggu yang lalu, ketika itu penulis sedang duduk di dalam sebuah bus kota yang ramai tidak karuan dalam perjalanan menuju rumah, kebetulan bus ini melintasi tol dalam kota dalam trayeknya, ketika itu jalanan menuju ke arah Bekasi sedang macet-macetnya maklum jam kantor pulang, sambil berlalu dan menunggu jalan bus ini, dari arah berlawanan dalam setengah penglihatan penulis ada iring-iringan seperti pejabat negara, tetapi begitu suara raungan sirine mendekat ke arah bus penulis, agak kaget juga ternyata iring-iringan tersebut adalah iring-iringan (mungkin) pejabat TNI Angkatan Laut yang sedang melintas, dimana dalam iringan tersebut terdapat dua kendaraan jenis besar dari sebuah pabrikan mobil asal Jepang dengan inisial produk L.C bersamaan dengan motor patroli dari Provost.

Ketika melihat iring-iringan mobil besar pejabat TNI tersebut melintas di depan mata penulis, maka timbul pertanyaan penulis kok bisa ya para pejabat TNI ini naik mobil yang sangat bagus dan mengkilap sementara di daerah terpencil atau di barak banyak nasib prajurit pangkat kecil yang hidupnya tidak jelas antara mengabdi pada negara bersamaan dengan kebutuhan perut dia dan yang ada dirumah yang sudah tidak bisa di tawar lagi dari hari ke hari.

Kita tahulah berapa harga mobil-mobil besar yang sering digunakan para pejabat TNI mulai pangkat Kolonel hingga Jenderal mulai dari pos Pangdam hingga Panglima Angkatan Bersenjata, harga satu mobil itu berkisar untuk barunya adalah Rp. 800 Juta harga itu khusus luar DKI dan mereknya pun hampir sama seperti merek mobil F.E, N.T, T.C, T.LC, kalau kita melihat mobil ini rasanya seperti bumi dan langit membandingkan dengan beberapa peristiwa yang mengakibatkan banyak prajurit pangkat bawah dan pertama menengah terbaik di negara ini meninggal sia-sia karena pesawat yang mereka tumpangi umurnya sudah uzur.

Dan yang membuat penulis bertanya adalah, apakah mobil-mobil dinas para pejabat dan perwira tinggi tentara ini dan para pengawalnya masuk dalam anggaran belaja negara yang diusulkan oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan setiap tahun ?

kalau itu benar sangat disayangkan sekali bahwa para perwira tinggi kita tidak peka dan tidak hidup nuraninya melihat nasib prajurit pangkat bawah yang menderita, mereka yang bilang bahwa anggaran untuk pertahanan terutama udara dan laut minim bahkan harus kanibalisme, tetapi mereka tetap saja keluar-masuk mobil, duduk nyaman dengan penyejuk udara mobil yang adem, jok duduk dari kulit tertentu dan empuk, sambil mendengarkan radio dan televisi, bahkan mobil dinas itu ada yang digunakan oleh istri, anak serta kerabat mereka dengan lancarnya mengarungi jalan-jalan di negara ini bahkan ada yang terobos peraturan lalu lintas..

Melihat keadaan itu pantaskah kalau kita menyebut para perwira tinggi tidak jauh dari seorang eksekutif dari lembaga-lembaga yang mengakibatkan krisis global seperti yang dilakukan oleh para eksekutif di negara Amerika sana ? kenapa penulis bila para perwira tinggi ini tidak jauh beda dengan para eksekutif di Amerika, karena mereka membuat kebijakan yang merugikan tetapi mereka tiap tahun mendapatkan bonus dari ketentuan mereka, sama begitu dengan para perwira ini mereka selalu bilang kurang dana untuk pertahanan mulai dari suku cadang hingga pelatihan tetapi kenyataannya banyak perwira kita berseliweran di Jalan-jalan menggunakan mobil besar yang harganya selangit beserta para pengawal dengan arogan layaknya ali topan anak jalanan..

Apa yang kita lihat selama ini sangat disayangkan sekali dimana para prajurit kita terutama pangkat bawah yang menderita karena tingkat kesejahteraan mereka boleh dikatakan belum layak sementara di sisi lain tugas dan kewajibannya sebagai perwira penjaga negara ini harus dijunjung tinggi dan tidak boleh di tolak, sementara para prajurit pangkat menengah hingga jenderal sudah tidak lagi berada di medan perang tetapi setiap tahun fasilitas, tunjangan dapat dan terakumulasi..

Menurut penulis sudah saatnya pemerintah dan anggota dewan merevisi lagi soal kesejahteraan TNI mulai dari pangkat terendah hingga tertinggi, jangan sampai seperti sekarang para prajurit pangkat bawah harus berjudi dengan takdir kapan saya mati karena fasilitas yang menunjang kerja saya sudah tidak bisa dikatakan layak lagi, sementara para perwira pangkat menengah hingga Jenderal ketika terjadi kecelakaan pesawat yang mengakibatkan prajurit terbaik Indonesia harus meregang nyawa selalu mengatakan bahwa sudah uzurnya alat yang digunakan karena terbatasnya dana, padahal dana itu digunakan juga untuk merawat mobil-mobil mereka.

Penulis mengacungi dua jempol kepada para prajurit sebuah detasemen di Sentani-Papua yang berdemo dan meng”kudeta” markas mereka karena komandan mereka TIDAK PUNYA NURANI terhadap masalah yang dihadapi para anak buahnya, seharusnya yang namanya komandan itu harus rela berkorban demi kesejahteraan anak buahnya kasarnya ia rela tidak makan asalkan anak buahnya makan, BUKAN malah SDM DL- Selamatkan Diri Masing-masing Derita Lu..

Sampai kapan para pembesar korps pertahanan negara ini mulai dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Angkatan Darat Republik Indonesia, Angkatan Laut Republik Indonesia dan Angkatan Udara Republik Indonesia ketika ada kecelakaan alat tempur SELALU mengatakan terbatasnya dana, padahal sebenarnya dana itu cukup KALAU saja para pembesar ini RELA menyisihkan tunjangan, gaji dan fasilitas mereka untuk kepentingan pertahanan negara ini, dan MENCONTOH serta MENYELAMI kehidupan para prajurit pangkat bawah maka tidak akan ada lagi yang namanya kecelakaan dan dana tidak cukup !!

Cijantung, 310509
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: