Minggu, 22 November 2009

Good Cop Bad Cop !


Ada dua hal yang ingin penulis sampaikan terlebih dahulu walaupun terkesan basi tetapi harus disampaikan mengenai tulisan ini, pertama penulis mengucapkan selamat atas ditangguhkannya penahanan selama 5 hari di Markas Komando Brigade Mobile (Mako Brimob) Kelapa Dua Depok kepada dua wakil pimpinan KPK, Pak Bibit Samad Riyanto dan Pak Chandra M Hamzah . Kedua, adalah meminta maaf kepada semua pihak terutama Kepolisian Republik Indonesia jika dalam tulisan ini membuat anda sebagai personil Kepolisian atau institusi merasa terpojok atau tersinggung karena apa yang penulis utarakan dibawah ini adalah pendapat pribadi dan murni dari apa yang penulis lihat, dengar, rasakan selama ini tentang institusi ini.

Cukup basa-basinya kalau kelamaan malah jadi tambah basi beneran, kita mungkin sudah tau bahkan bosan dengan pemberitaan yang semakin hari semakin marak bahkan lebih marak daripada isu perceraian Anang-KD. Kita tahu bahwa lembaga negara yang tugasnya memberantas korupsi sedang digonjang oleh institusi keamanan dengan alasan sepele karena salahsatu pimpinannya merasa terhina karena ucapannya ditelepon dengan seseorang direkam oleh KPK dimana ada indikasi bahwa perwira ini menerima suap dari seseorang yang menurut KPK terkait kasus korupsi, saking kesalnya sang pimpinan ini yang tidak lain tidak bukan adalah Kepala Badan Reserse dan Kriminal Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia ( KaBareskrim Mabes Polri) menyebutkan bahwa KPK dan Mabes Polri adalah ibarat Cicak dan Buaya.

Akibat dari perseteruan ini puncaknya mengakibatkan kedua pimpinan KPK ini ditahan, selama proses penyidikan dan tarik menarik kepentingan dimana satu institusi bilang bahwa itu rekaman rekayasa tetapi institusi lainnya mengatakan bahwa rekaman itu benar adanya bukan direkayasa akhirnya oleh Mahkamah Konstitusi fakta kebenaran dan isu-isu rekayasa yang selama ini beredar terungkap bahwa rekaman itu benar adanya total semua rekaman pembicraan adalah sekitar 4,5 jam dan itu direkam dan disadap mulai bulan Juli hingga terungkapnya kasus ini.

Dalam rekaman itu sendiri banyak pejabat yang dicatut bahkan nama pak beye pun dicatut dan mengaku kenal dekat dengan pak beye, sebenarnya kalau dilihat dari hasil rekaman ini sudah seharusnya pihak kepolisian melakukan penyidikan tetapi kenyataannya malah orang yang dianggap sutradara dari kasus ini malah di biarkan bebas dengan alasan tidak cukup bukti, dasar yang aneh.

Menurut penulis dalam kejadian ini ada beberapa yang aneh misalnya kok bisa ya penyidik datang ke tempat buronan, walaupun kita tahu tempat buronan ini tidak ada dalam perjanjian ekstradisi, seharusnya sebagai penyidik kiranya bisa donk memancing sang buronan untuk bertemu di negara yang memiliki perjanjian ekstradisi, kenapa ketika ada koruptor di China bisa ditangkap dan dipulangkan ke Indonesia, padahal penulis yakin koruptor itu sebelum di China lama menetap di Singapura.

Kedua, kok bisa-bisanya penyidik bisa berkomunikasi dengan anggota keluarga dari buronan ini berulang-ulang kali walaupun hanya ditelepon, kalau begini apakah kita bisa menyimpulkan bahwa penyidik itu tidak bersifat netral atau naluri investigasinya sudah hilang.

Penulis juga bingung dengan keterangan beberapa pejabat Polri yang menyatakan bahwa mereka mempunyai bukti bahwa dua pimpinan ini terlibat dan menerima uang yang diberikan seseorang diberbagai tempat dimana Kapolri mengatakan bahwa institusinya memiliki bukti seperti catatan mobil pimpinan ini berapa kali ke tempat uang itu diberikan kemudian photocopy karcis mobil, yang menjadi pertanyaan dan janggal adalah kalaupun benar dari mana polisi bisa mendapatkan karcis parkir tersebut, hanya satu indikasi kuat dalam hal ini kalau pembaca mungkin pernah mendengar statement dari Kapolri kalau anakbuahnya yang berjumlah sekitar 126 berada didalam kantor KPK, besar kemungkinan polisi yang diperbantukan ke KPK ikut andil dalam pembuatan “sinetron” ini .


Penulis melihat dari kasus ini sudah saatnya Kepolisian melakukan reformasi bahkan revolusi dalam institusi itu sendiri, kenapa begitu ? karena progres positif Kepolisian Republik Indonesia dimata rakyat sudah jauh berkurang bahkan kalau dihitung angka mungkin minus 100 % kali, bukannya menjelekkan atau menambah kinerja negatif Polisi karena kasus ini tetapi kita tidak usah munafik lah dengan kinerja mereka walaupun pimpinan mereka selalu berdalih kalau itu Oknum tetapi jika ketahuan tidak ada tindakan nyata dalam hal hukuman paling kalau perwira menengah hingga tinggi hanya didrop ke Polres atau Polda untuk tingkat daerah atau Polri kalau tingkat ibu kota propinsi dengan posisi non jabatan selama 3 bulan sehabis itu dapat promosi entah di tingkat Polda atau Polri sendiri, seperti kasus Kematian Ketua DPRD Tk.I Sumut ketika demo pemekaran Propinsi Tapanulis dimana Kapolda Sumut dicopot dan didrop ke Polri dengan posisi non jabatan tetapi kalau tidak salah 3-6 bulan kemudian mendapatkan posisi sebagai Jembatan antar Polri dengan wartawan dan masyarakat tanpa ada sanksi apapun entah itu dipenjara atau diturunkan pangkat dua tingkat !

Itu baru kelakuan para atasan-atasan mereka bagaimana dengan kelakuan daripada pangkat-pangkat bawah, ternyata tidak jauh berbeda dengan komandan mereka, apa yang penulis tulis dibawah ini adalah FAKTA yang penulis LIHAT langsung BAHKAN bertanya langsung kepada pihak-pihak yang BERSENTUHAN dengan Polisi di jalan SEKALI LAGI FAKTA !!! dimana mungkin pembaca kalau pernah melintas disepanjang jalan mulai dari lampu merah kalimalang Halim hingga PGC dimana disana anda akan menemui beberapa mobil patroli berjalan pelan kadang berhenti sebentar dan ada orang yang mendekati tetapi tangan kirinya masuk kedalam jendela yang dibuka sedikit seukuran telapak tangan seperti anak kecil memasukkan uang kedalam celengan ayam atau ketika ada personil polisi sedang berdiri untuk mengatur lalu lintas tiba-tiba ada orang entah itu calo atau kenek dari angkutan umum menghampiri petugas kepolisian itu seperti berbicara sesuatu dan tangan calo ato kenek itu berjalan tangan dengan tangan petugas tetapi tangan petugas itu secara reflek memasukkan kedalam kantong celana sebelah kanan sambil tersenyum, apakah anda tahu berapa iuran yang diberikan calon atau kenek buskota yang melintas dari perempatan lampu merah kalimalang Halim sampai PGC ? Rp. 5,000 !

Itu baru kelakuan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia di daerah Kalimalang-Halim hingga PGC bagaimana dengan di dearah jalur busway antara DEPAN MARKAS KEPOLISIAN RESORT JAKARTA TIMUR hingga Terminal Kampung Melayu dimana modus operandinya masih sama seperti di Kalimalang tetapi bedanya personil Polisi ini memasang badan di tengah jalur busway ketika ada bus PPD 213, 916, P2 , Pahala Kencana 115, Steady Safe 947, 937, Kopaja 502 akan masuk jalur busway, serasa mau menilang mereka menanyakan kepada sopir biasanya sopir akan memberikan langsung kepada petugas itu, tetapi ada juga keneknya yang turun dan seperti modus kedua yang terjadi di kawasan Cawang serasa salaman tetapi didalam telapak tangan itu ada uang, setelah itu petugas itu langsung menyingkir ke pinggir, MAU tau berapa harga TIKET masuk jalur busway khusus bus ini, dipatok harga Rp. 10,000/ bus !!

Tetapi ketika modus ini di laporkan kepada pimpinannya baik tingkat Polres atau Polri sekalipun selalu di jawab “ ITU KAN OKNUM “, “ KALAU TIDAK DARI SITU BAGAIMANA MOBIL PATROLI BISA JALAN “, tetapi kalau kita berikan bukti jawaban dan bukti nyata secara visual PALING-PALING seperti hukuman kepada komandan mereka pangkat tinggi hanya ditegur atau di mutasi kalau pun berat hanya penundaan kenaikan pangkat, institusi itu baru akan memberikan HUKUMAN kepada personil kepolisian kalau terbukti narkoba, pencurian ! padahal justru ini lebih fatal dari pada personil yang melakukan kegiatan narkoba atau pencurian walaupun kecil tapi TOLONG !! bukankah kegiatan yang dilakukan oleh personel kepolisian di daerah cawang dan jalur busway itu adalah KORUPSI !

Selain itu juga penulis setuju dengan sebuah pendapat dari seorang pengamat kalau Kapolri ini sangat dilema dimana semua data yang masuk kedalam ruangan dia atau ke inbox selularnya dari beberapa perwira di lapangan ada sebagaian besar tidak diolah lebih lanjut secara mendalam oleh Unit intelijen Polri sehingga penulis beranggapan bahwa didalam intitusi itu sendiri dalam melihat kasus ini secara personal ada kompetisi yang kurang sehat dan juga masih adanya paham AKS- Asal Komandan Senang !

Menurut penulis, sudahlah polisi jangan lah jadi institusi PALING SUCI dan PALING PERAWAN dari semua institusi yang ada dinegara ini, justru institusi inilah paling kacau balau sistem maupun personelnya jadi sangat wajarlah kalau rakyat meradang ketika institusi ini mencoba mengacak-acak KPK dengan alasan yang tidak jelas, bahkan dua pimpinan KPK ini harus dipesankan kamar di Hotel Prodeo supaya tidak banyak cakap kepada media tetapi kepada Media alasan Polisi menahan dua pimpinan ini agar tidak melarikan diri dan menghilangkan barang bukti, kenyataan yang sangat kontras dengan latar belakang dari dua pimpinan ini yang menurut penulis tidak ada tampang untuk melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri seperti melarikan diri…

Semoga kejadian ini membuat Polri semakin tahu diri dan mereformasi bahkan merevolusi sistem mereka sesuai dengan pekerjaan mereka sebagai pengayom dan pelindung masyarakat tanpa memandang siapa yang menyumbang BENSIN, KERTAS, BALLPOINT, HT maka dialah yang akan dilindungi dan diayomi, dan selalu MENCONTOH KINERJA dan PRINSIP HIDUP sampai akhir hayat hidup daripada Mantan Kapolri Jenderal (Purn) (alm) Hoegeng Imam Santoso yang BERANI melawan pengusaha berdialek “Cingtailah ploduk-ploduk endonesa” ketika menjabat Kasat Rerse di Polda Sumut dimana pengusaha itu memberikan fasiltas rumah berikut isinya yang jaman itu sudah termasuk luks, oleh beliau barang-barang itu di-KELUAR-kan dan di-TARUH BEGITU SAJA di PINGGIR JALAN !

Buat Kapolri, Komandan.. Tuhan itu tidak tidur dan tidak buta mungkin anda hari ini bisa tenang dan puas dalam menjalani kehidupan serta kasus ini tetapi dimasa mendatang apakah anda bisa tenang seperti sekarang !!! coba pikirkan kembali !


Trunojo, 051109 16:50:00

Rhesza IL
Pendapat pribadi

Tidak ada komentar: