Pertama-tama penulis ingin menghaturkan simpati dan duka yang dalam kepada seluruh rakyat tepi Gaza-Palestina dengan apa yang terjadi selama beberapa hari menjelang pergantian tahun hingga saat ini, semoga keluarga yang ditinggalkan dapat diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi ini semua. Kedua, lewat tulisan ini penulis meminta maaf kalau dalam penulisan yang pembaca atau pengunjung blog ini agak sedikit menyinggung soal agama atau ideologi, bukan maksud memojokkan tapi itulah yang ada didepan penulis yang penulis tuliskan serta untuk intropeksi dalam diri kita masing-masing jika anda membaca tulisan ini, sekali lagi mohon maaf.
DIMANA batang hidungmu sang Pemimpin HAMAS, Ismael
Haniya beserta jajarannya ketika ratusan anak, balita, wanita mati secara perlahan karena cuaca dingin dan kelaparan, dimana engkau Haniya jangan Cuma berkoar dengan mengatakan bahwa Israel akan Kalah Buktikan Haniya?!
Ini bukan pertama kalinya Israel menggempur Palestina, setidaknya menurut catatan penulis dalam konflik ini sudah 11 peristiwa yang terjadi dimulai pertama kali pada tahun 1953 sebuah peristiwa yang bernama Pembantaian Qabiyyah, dimana tentara Israel menyisir habis dan meratakan daerah itu dengan tanah. Setelah mengisolasi penduduknya dari semua kemungkinan pertolongan, pasukan gila ini menembak ke segala arah. Mereka meledakkan seluruh rumah dan membantai penduduknya tanpa ampun. Pembantaian ini berlangsung selama 32 jam. Dan peristiwa yang terakhir adalah yang terjadi baru-baru ini tepatnya 27/11/08. Hari pertama telah syahid 271 orang, 750 orang luka-luka dan tidak kurang dari 200 orang dalam keadaan kritis, dan itu masih terjadi sampai tulisan ini dimuat dalam blog ini.
Ada apa dengan Israel dan Palestina ? penulis tidak perlu kronologikan kejadian yang sering terjadi ini biarlah opini publik yang tahu, penulis hanya kasihan dimana rakyat sipil lah yang tidak menahu akan konflik ini menjadi korban, pembaca dan pengunjung blog ini mungkin bertanya dengan judul diatas, memang penulis menulis judul diatas sangat sesuai dengan apa yang terjadi di negara tersebut.
semut di seberang kita lihat tetapi gajah dipelupuk mata tidak terlihat. Tetapi inilah yang saat ini terjadi dinegara kita.
Dimanakah nuranimu HAMAS ? itulah yang menjadi pertanyaan kita kepada HAMAS, kita tahu HAMAS adalah salah satu faksi yang ada di Palestina dimana mereka memperjuangkan kedaulatan dan kemerdekaan Palestina tidak dengan jalan diplomasi tetapi lebih kepada aksi frontal dan brutalisme dan pada tahun 2006 kemarin memenangkan pemilu Palestina dan berhak atas posisi strategis dalam pemerintahan Palestina yaitu Perdana Menteri, akibat dari kemenangan HAMAS dan latarbelakang dari gerakan HAMAS inilah yang membuat Israel berang, padahal ketika akan pemilu Palestina, Israel pernah berujar bahwa Israel akan melakukan konsolidasi perdamaian dengan pihak Palestina manapun yang memenangkan pemilu, tetapi dibalas oleh HAMAS bahwa Palestina tidak perlu berdamai dengan Israel.
Selama HAMAS memimpin pemerintahan Palestina, rakyat sipil selalu menjadi korban dari tindakan radikal HAMAS terhadap Israel bahkan situasi ekonomi pun sempat mendera mereka dimana puluhan karyawan tidak dibayarkan haknya kemudian pasokan makanan dan distribusi makanan mereka terhenti karena diboikotnya oleh beberapa negara akibat kepemimpinan HAMAS yang dinilai mata dunia sebagai organisasi radikal dan tidak jauh dan tidak lebih dari organisasi teroris.
Ditambah dengan kejadian baru-baru ini yang mana lebih dari 1,000 orang tewas yang dominan adalah anak-anak dan wanita, masih keras kepala dan mati nurani kah dari para pemimpin HAMAS ini melihat rakyatnya tewas padahal yang mereka butuhkan adalah makanan dan hidup yang layak dan damai tanpa peduli apa yang dilakukan HAMAS, dan HAMAS masih saja terus berjuang melawan Israel dengan kekerasan ?
Memang kalau kita lihat Palestina ini ibarat dua sisi mata koin logam, kenapa ? ini hasil dari pengungkapan salah seorang pensiunan diplomat yang pernah bertugas di KBRI kawasan Timteng dalam suatu forum yang penulis ikuti, dimana kata beliau negara arab bingung dengan Palestina, kalau Palestina benar-benar menjadi sebuah negara maka negara-negara arab ini akan merasa seperti (maaf!) kacung mereka karena kemampuan dan analisis mereka terhadap suatu masalah diatas kemampuan dan analisis orang arab, dan kalau tidak merdeka, mereka prihatin dengan kondisi warga Palestina itu sendiri, memang sangat ironis kalau kita bayangkan dengan ucapan yang diucapkan oleh pensiunan diplomat tersebut, tetapi mau bagaimana !
Negara masih susah dan belum bisa bayar hutang kok bantu negara susah, lalu jawaban pak beye mewakili 220 juta rakyatnya apa ?
Bagaimana dengan Indonesia ?
Akibat dari tindakan Israel ini semua negara di dunia termasuk Indonesia mengecam dan mengutuk keras ini, bahkan Indonesia meminta PBB untuk membuat resolusi seperti yang dilakukan PBB ketika Lebanon dan Israel bertempur dimana Israel klaim bahwa mereka melakukan itu karena ingin memusnahkan faksi Hizbullah.
Itu baru tingkatan pemerintahan, sementara ditingkat bahwa yaitu rakyat Indonesia terutama umat Islam menyerukan untuk menggalang dana bahkan ada yang menyerukan untuk mengirimkan jasa mulai dari jasa relawan kesehatan hingga melakukan jihat.
Apa yang dilakukan Indonesia ditingkat pemerintahan sudah baik paling tidak dunia akan segan melihat tindakan kita yang keras meminta Sekjend PBB untuk mengeluarkan semacam resolusi walupun diveto oleh AS, tetapi yang konyol menurut penulis adalah tindakan yang dilakukan tingkat bawah terutama penggalangan dana hingga pengiriman bantuan mulai dari bantuan kesehatan hingga jihad.
Kenapa konyol, maaf sebelumnya kalau tulisan ini membuat anda marah, tetapi coba anda pikirkan kembali, soal pengiriman bantuan menurut penulis sah-sah saja toch kita didunia ini tidak bisa hidup sendiri harus ada simbiosis mutualisma, tetapi alangkah baiknya kalau kita mengurus kebutuhan di dalam negara ini dahulu baru kita urus kebutuhan yang dibutuhkan oleh Palestina, jangan sampai sebuah peribahasa itu terjadi pada kita yaitu semut di seberang kita lihat tetapi gajah dipelupuk mata tidak terlihat. Tetapi inilah yang saat ini terjadi dinegara kita.
Kita bisa lihat begitu peristiwa ini pecah, semua element menghujat habis tindakan Israel dan langsung menyerukan bantuan dari semua pihak dengan berbagai bentuk misalnya adalah salahsatu partai mulai dari tahun 2006 mengatakan bantuan dimana setiap orang menyumbang US$ 1 untuk 1 orang atau istilahnya One Man One Dollar, bahkan ada salah satu partai menerapkan pola ini tetapi beda mata uang yaitu One Man One Dinar tetapi menurut pengamatan penulis program itu sampai detik ini TIDAK ADA LAPORAN KEUANGAN baik itu termuat dalam media atau release dari partai itu bahwa program ini SUKSES sampai ke tanah Palestina dan diNIKMATI oleh rakyat Palestina atau TIDAK!! Kemudian ada lagi Organisasi Masyarakat beraliran agama keras yang ngotot dan kepala batu mengirimkan pasukan jihad untuk menyerang Israel ke daerah Palestina, padahal sebelum Israel invasi ke Palestina terlebih dahulu invasi ke Lebanon mereka sudah mengirimkan tetapi tetap saja TIDAK ADA LAPORAN apakah yang berangkat itu SELAMAT semua tanpa ada cacat tubuh dan kembali ke Jakarta atau TEWAS !!!
Pertanyaan untuk para pemimpin baik partai ataupun organisasi masyarakat maupun rakyat sipil yang tergerak untuk mengikuti kegiatan menjadi relawan hingga melakukan jihad adalah apakah anda sudah siap mental menghadapi situasi disana, padahal situasi kondisi baik geografis, budaya, berbeda dengan negara kita walaupun disana ada persamaannya yaitu bahwa sama-sama hamba Allah, kemudian kalau memang anda berangkat ke sana, lalu SIAPA yang akan MENANGGUNG kebutuhan dan kesejahteraan istri, anak dan anggota keluarga lainnya dalam sehari-hari kalau anda sendiri menjadi TULANG PUNGGUNG ekonomi ? memangnya negara MAU memberikan pertolongan ekonomi kepada keluarga anda selama anda pergi? tolong dipikirkan kembali !!!
Penulis juga mengkritik kalangan media, dengan kekuatan media bisa meraih simpati kepada rakyat tanpa memberikan perimbangan berita contohnya dengan cara mempertontonkan tayangan yang bersifat simpati seperti membeli gambar televisi yang sedang meliput kegiatan bantuan kepada korban invasi di rumah sakit, sementara korban rakyat Israel atau tentara Israel yang cidera hingga meninggal tidak pernah disorot atau ditayangkan walaupun kita tahu bahwa tayangan-tayangan itu dibeli stasiun televisi di Indonesia dari televisi asing. Jadi tolonglah kepada pihak media kalau memang anda mempunyai jiwa jurnalis dimana menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel yang berjudul Elemen-Elemen Jurnalis adalah Tugas Jurnalis itu adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup merdeka dan mengatur dirinya sendiri, serta kewajiban jurnalis adalah pada kebenaran, tetapi kalau di Indonesia apa yang dibilang oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel ini sepertinya tidak berlaku.
Padahal sebelum peristiwa ini terjadi, kita dikejutkan dengan peristiwa banyaknya banjir dibeberapa daerah seperti wilayah Kalimantan, Sumatera yang mana Pemda setempat tidak mampu memberikan bantuan yang layak, seharusnya kita lah sebagai mahkluk sosial dan sesama warga Indonesia ikut membantu meringankan beban mereka, atau ketika terjadi gempa kekuatan 5,6 SR di kepulauan Talaud, serta Gempa di Papua Barat yang memicu adanya Tsunami di Jepang , atau langkanya BBM, atau kondisi korban Tsunami yang sampai sekarang tidak sejahtera dan terbuai dengan rayuan yang dilontarkan oleh Pemerintah dan pihak asing bahwa mereka akan hidup layak tetapi kenyataannya, atau nasib para pengungsi korban Lumpur Lapindo yang mungkin sekarang banyak yang GILA atau anak-anak usia produktif nyambi (maaf!) jadi PEREK/ JABLAY karena tidak ada biaya untuk sekolah, seharusnya isu-isu ini kita harus bantu dan tekan pemerintah untuk mensejahterahkan rakyatnya BUKAN meminta pemerintah membuka akses rakyat Indonesia untuk bisa berjihad atau memberikan bantuan, memang solidaritas, tapi apalah arti solidaritas itu kalau negara dunia melihat kondisi Indonesia yang mungkin sama dengan Palestina, sama-sama kekurangan dan saling butuh, mau dikemanakan muka kita sebagai rakyat Indonesia kalau dalam forum internasional dan direkam oleh media, ada salahsatu pemimpin celetuk Negara masih susah dan belum bisa bayar hutang kok bantu negara susah, lalu jawaban pak beye mewakili 220 juta rakyatnya apa ?
Apakah Nasib Palestina yang memimpikan menjadi sebuah negara akan tercapai atau sebaliknya mereka akan menjadi kuburan hidup bagi Israel, dan bagi Indonesia dengan moment ini akankah masih terus mengirimkan bantuan walaupun kondisi dinegaranya sendiri sama bahkan lebih tragis daripada tragedi Palestina ? kita lihat saja dan kita semakin tahu bahwa yang namanya KEDAMAIAN itu mahal harganya….
Peace, Love, Pluarism, Unity and Respect
Jakarta 010109 10:10
Rhesa Ivan Lorca
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar