Napas Timnas Indonesia di ajang Piala ASEAN atau AFF Suzuki Cup 2008 telah GaTot a.k.a Gagal Total karena dipecundangi oleh tim yang baru dibentuk sekitar 1 bulan oleh pelatih baru mereka sementara Indonesia sang Pelatih sudah dikontrak sejak awal tahun 2008. Kalau berbicara soal sepakbola terutama sepakbola Indonesia tidak pernah habis untuk membahasnya karena memang layak untuk jadi bahan perbincangan di kala senggang. Kalau kita kembali ke masalah sepakbola nasional memang ada yang mengganjal di sanubari rakyat Indonesia terutama penikmat sepakbola nasional dimana mereka sangat rindu ada gelar yang dicapai oleh Timnas Indonesia.
Kita tahu bahwa prestasi Indonesia paling tinggi dan diagung-agungkan diajang internasional adalah arena SEA GAMES 1991 Manila dimana Timnas kita mendapatkan medali perak, setelah itu sepertinya yang namanya prestasi tidak pernah menghinggap di Pintu IX Gelora Bung Karno-Senayan ada apa dengan Timnas kita.
Memang pada tahun 2008 tepat 63 tahun Indonesia Merdeka, PSSI selaku otoritas tertinggi sepakbola di Indonesia menggelar turnament untuk memeriahkan HUT Indonesia yaitu Merdeka Cup dimana diikuti oleh10 team dan Indonesia mengirimkan dua tim yaitu tim senior dan tim U-23, dan final pun digelar dimana Indonesia melawan Tim nasional Libya, tapi lagi-lagi kalau bukan Timnas Indonesia bikin ulah kali ini ada insiden yang bisa mencoreng prestasi timnas kita untuknya tidak terekam oleh Komdis AFC atau FIFA yaitu dimana seorang pelatih melakukan tindakan pemukulan kepada pelatih dari Timnas Libya yang mengakibatkan kacamata dari pelatih ini pecah, akibat dari insiden ini Timnas Libya memutuskan tidak melanjutkan permainan 45 menit babak kedua, karena pertimbangan keamanan akibat dari kejadian ini Indonesia secara otomatis keluar sebagai juara Independen Cup 2008 juara yang aneh.
Kenapa judul diatas PSSI aneh..ya itu tadi kalau kita bicara soal PSSI tidak akan ada habisnya dan juga setiap hari akan ada berita-berita yang keluar dari PSSI yang menurut kita agak aneh, seperti sekarang ini setelah kelar dari ajang Piala AFF, sang pelatih tidak langsung membubarkan para pemain, tetapi lebih di tekan lagi metode pelatihannya karena rencananya kalau tidak salah tanggal 19 Januari Indonesia akan memulai laga hidup matinya dalam pestanya kalangan sepakbola asia, yaitu Penyisihan Piala Asia dimana Indonesia berada dalam grup maut dengan Negaranya Mark Viduka-Australia, Oman dan Kwait, jelas sekali ini tantangan dan jawaban dari ucapan orang banyak di Asia bahwa Indonesia sukses menggelar turnament Piala Asia 2007 lalu bersama Malaysia, Thailand, Vietnam akankah sama nasibnya ketika tidak lagi menjadi Tuan Rumah ?
Yang konyol dari ulah PSSI terutama Badan Tim Nasional dan Badan Liga Indonesia, mungkin hanya Indonesialah yang satu-satunya negara di dunia sepakbola yang tidak becus mengurus jadwal liga dengan jadwal timnas, kenapa konyol dan tidak becus ? masak hanya gara-gara banyak pemain yang dipanggil oleh Timnas, jadwal liga super putaran kedua harus mundur, menurut penulis apa yang menjadi alasan PSSI untuk memundurkan jadwal putaran kedua adalah tindakan tidak professional.
Kalau memang seperti ini, maka kita bisa simpulkan bahwa buruknya kualitas sepakbola kita adalah kurangnya penanganan masalah management perencanaan antara jadwal kompetisi dengan jadwal timnas yang tidak bisa dibedakan, dan terlebih lagi masih ada ketidakpercayaan dalam klub jika pemain bintangnya dipanggil ke timnas dengan kata lain, kalau tidak ada “bunga klubnya” klub itu kalah.
Menurut penulis sistem seperti ini harus sudah harus mulai dihilangkan kenapa ? ada alasan kenapa harus dihilangkan pertama, bahwa supaya tim nasional kita bukan timnas instans seperti tayangan-tayangan realty show semua serba dadakan, kalau dadakan hasilnya memuaskan tetapi kalau beda ? yang kedua, sudah saatnya klub mulai mencari jalan keluar jika pemain andalannya masuk dalam program pelatihan timnas.
Sebenarnya kalau kebijakan memundurkan waktu pelaksanaan kompetisi liga hanya karena alasan program timnas, akan merugikan semua pihak tetapi yang lebih parah adalah klub karena hitungan-hitungan ekonomi mereka sudah pas dan terarah sampai akhir kompetisi dengan berpegangan dengan jadwal yang pertama keluar, sementara dengan tertundanya kompetisi ini hanya untuk timnas, mau tidak mau harus dirubah lagi perencanaan operasional dari klub tersebut, sementara pendapatan dan pengeluaran klub bukan lagi dari APBD, kalau sudah seperti ini apakah BLI dan BTN MAU bertanggung jawab akan keuangan klub?
Cara mengatasi agar jadwal kompetisi dan jadwal pelatihan timnas tidak bentrok dan juga tidak merugikan semua pihak terutama klub dan sponsor ada baiknya diperhatikan beberapa hal misalnya pertama, sudah saatnya PSSI dalam hal ini BLI dan BTN dari sekarang membuat jadwal kompetisi yang teratur paling tidak untuk 3 musim kompetisi untuk jangka pendek dan 10 musim kompetisi jangka panjang, tetapi itu semua harus terpaku dan terstandar kalender kompetisi yang sah dan dikeluarkan oleh otoritas sepakbola dunia dan Asia, AFC dan FIFA, kalau ini dijalankan dengan serius dan tentunya professional oleh setiap personel PSSI maka tidak ada lagi Timnas Karbitan atau instan seperti yang selama ini kita lihat, kita hanya BANCI pujian dari dunia internasional sehingga membuat timnas lawan takut tetapi ketika sudah peluit dibunyikan baru ketahuan permainan timnas kita yang seperti baru belajar menyentuhkan bola ke kaki.
Kedua, untuk klub sudah saatnya anda tidak bergantung lagi kepada pemain andalan atau pemain bintang anda yang mungkin dipanggil pelatih timnas untuk melakukan pelatnas, kalau anda masih berorientasi seperti itu maka klub anda pun juga tidak ada bisa berkembang, cobalah anda melihat beberapa pemain binaan yang masuk dalam naungan klub anda, karena selama ini penulis melihat banyak klub yang memandang sebelah mata kiprah para pemain muda binaan mereka karena terbayang dengan pemain bintang tersebut, serta alasan pelatih dan manager klub memandang sebelah mata kiprah pemain muda binaan klub adalah kurangnya jam terbang, bagaimana bisa menambah jam terbang kalau klub hanya memberikan permainan klub kepada pemain besar sedangkan pemain muda hanya ditempatkan sebagai penghias atau pelengkap daripada manifest pertandingan betul tidak!!!! padahal kalau kita melihat di kompetisi-kompetisi liga dunia terutama liga eropa banyak klub yang memperhatikan kiprah pemain muda binaannya sebelum memutuskan untuk memantau pemain diluar kompetisi atau diluar klub mereka cobalah metode yang dibuat oleh klub-klub eropa ini diterapkan di negara kita, pastinya kompetisi akan berjalan seiring dan seirama dengan prestasi yang ditorehkan oleh Timnas betul tidak !!
Ketiga, inilah sebenarnya masalah yang paling utama dari semua itu yaitu kurangnya semangat nasionalisme dan loyalitas kepada negara yang ada dalam diri para pemain ini kenapa penulis bisa mengatakan begitu, kita tahu bahwa pemain sepak bola dengan tentara adalah memiliki satu kesamaan yaitu sama-sama bertugas dalam membela negara kalau tentara bertugas dengan sungguh-sungguh tanpa ada paksaan atau keberatan sementara pemain timnas yang dipanggil selalu terganjal dengan masalah klub dan tentunya kesejahteraan mereka jika mereka harus berlama-lama latihan di pelatnas, padahal kalau kita bandingkan lagi dengan jobdesk dari tentara, mana pernah mereka mengeluh akan kesejahteraan keluarga mereka ketika ditinggal bertugas, maksud disini adalah para pemain ini kalau memang dipanggil oleh PSSI kiranya jalankan dan laksanakan amanat itu demi penduduk Indonesia terutama penggemar mu yang haus akan prestasi kalau soal kesejahteraan bukankah klub yang menanggung itu semua seperti hak yang harus dijalankan oleh klub setiap bulan kepada anda, betul tidak!!! Serta yang tidak lupa adalah BONUS, banyak pemain kita sebelum bertanding sudah diiming-imingi bonus dengan alasan motivasi padahal kenyataannya prestasi kita tidak bagus tetapi yang namanya BONUS tetap dikasih dengan alasan ucapan terimakasih, kalau menurut penulis kiranya BONUS itu diberikan jika memang sudah ada prestasi didepan mata atau istilahnya Kapten Timnas mengangkat piala kejuaraan yang kita menangi barulah BONUS keluar, kalau dalam kejuaraan Timnas hanya bisa bertahan dibabak penyisihan maka tidak ada BONUS, kalau seperti ini penulis yakin para pemain akan termotivasi lebih beda dengan sekarang yang penulis lihat karena setiap mau akan mengikuti kejuaraan Federasi selalu mengatakan akan ada bonus dan itulah yang terjadi hingga saat ini, prestasi tidak kunjung datang.
Kalau tiga ini dijalankan penulis yakin Timnas kita bukan lagi Timnas yang BANCI pujian dari lawan tetapi disegani bahkan ditakuti seperti Timnas kita pada era tahun 1970 hingga 1990-an, tetapi semua itu harus dilandasi dengan semangat nasionalisme yang sangat tinggi dan tentunya Professional yang dalam artian sebenarnya bukan dalam tahap belajar.
Berprestasilah Timnas Garuda JANGAN hanya BANCI pujian..Tunjukkan kemampuanmu kepada para pendukungmu…
GBK Stadium, 010109 00:10
Rhesa Ivan Lorca
Pendapat Pribadi
Kita tahu bahwa prestasi Indonesia paling tinggi dan diagung-agungkan diajang internasional adalah arena SEA GAMES 1991 Manila dimana Timnas kita mendapatkan medali perak, setelah itu sepertinya yang namanya prestasi tidak pernah menghinggap di Pintu IX Gelora Bung Karno-Senayan ada apa dengan Timnas kita.
Memang pada tahun 2008 tepat 63 tahun Indonesia Merdeka, PSSI selaku otoritas tertinggi sepakbola di Indonesia menggelar turnament untuk memeriahkan HUT Indonesia yaitu Merdeka Cup dimana diikuti oleh10 team dan Indonesia mengirimkan dua tim yaitu tim senior dan tim U-23, dan final pun digelar dimana Indonesia melawan Tim nasional Libya, tapi lagi-lagi kalau bukan Timnas Indonesia bikin ulah kali ini ada insiden yang bisa mencoreng prestasi timnas kita untuknya tidak terekam oleh Komdis AFC atau FIFA yaitu dimana seorang pelatih melakukan tindakan pemukulan kepada pelatih dari Timnas Libya yang mengakibatkan kacamata dari pelatih ini pecah, akibat dari insiden ini Timnas Libya memutuskan tidak melanjutkan permainan 45 menit babak kedua, karena pertimbangan keamanan akibat dari kejadian ini Indonesia secara otomatis keluar sebagai juara Independen Cup 2008 juara yang aneh.
Kenapa judul diatas PSSI aneh..ya itu tadi kalau kita bicara soal PSSI tidak akan ada habisnya dan juga setiap hari akan ada berita-berita yang keluar dari PSSI yang menurut kita agak aneh, seperti sekarang ini setelah kelar dari ajang Piala AFF, sang pelatih tidak langsung membubarkan para pemain, tetapi lebih di tekan lagi metode pelatihannya karena rencananya kalau tidak salah tanggal 19 Januari Indonesia akan memulai laga hidup matinya dalam pestanya kalangan sepakbola asia, yaitu Penyisihan Piala Asia dimana Indonesia berada dalam grup maut dengan Negaranya Mark Viduka-Australia, Oman dan Kwait, jelas sekali ini tantangan dan jawaban dari ucapan orang banyak di Asia bahwa Indonesia sukses menggelar turnament Piala Asia 2007 lalu bersama Malaysia, Thailand, Vietnam akankah sama nasibnya ketika tidak lagi menjadi Tuan Rumah ?
Yang konyol dari ulah PSSI terutama Badan Tim Nasional dan Badan Liga Indonesia, mungkin hanya Indonesialah yang satu-satunya negara di dunia sepakbola yang tidak becus mengurus jadwal liga dengan jadwal timnas, kenapa konyol dan tidak becus ? masak hanya gara-gara banyak pemain yang dipanggil oleh Timnas, jadwal liga super putaran kedua harus mundur, menurut penulis apa yang menjadi alasan PSSI untuk memundurkan jadwal putaran kedua adalah tindakan tidak professional.
Kalau memang seperti ini, maka kita bisa simpulkan bahwa buruknya kualitas sepakbola kita adalah kurangnya penanganan masalah management perencanaan antara jadwal kompetisi dengan jadwal timnas yang tidak bisa dibedakan, dan terlebih lagi masih ada ketidakpercayaan dalam klub jika pemain bintangnya dipanggil ke timnas dengan kata lain, kalau tidak ada “bunga klubnya” klub itu kalah.
Menurut penulis sistem seperti ini harus sudah harus mulai dihilangkan kenapa ? ada alasan kenapa harus dihilangkan pertama, bahwa supaya tim nasional kita bukan timnas instans seperti tayangan-tayangan realty show semua serba dadakan, kalau dadakan hasilnya memuaskan tetapi kalau beda ? yang kedua, sudah saatnya klub mulai mencari jalan keluar jika pemain andalannya masuk dalam program pelatihan timnas.
Sebenarnya kalau kebijakan memundurkan waktu pelaksanaan kompetisi liga hanya karena alasan program timnas, akan merugikan semua pihak tetapi yang lebih parah adalah klub karena hitungan-hitungan ekonomi mereka sudah pas dan terarah sampai akhir kompetisi dengan berpegangan dengan jadwal yang pertama keluar, sementara dengan tertundanya kompetisi ini hanya untuk timnas, mau tidak mau harus dirubah lagi perencanaan operasional dari klub tersebut, sementara pendapatan dan pengeluaran klub bukan lagi dari APBD, kalau sudah seperti ini apakah BLI dan BTN MAU bertanggung jawab akan keuangan klub?
Cara mengatasi agar jadwal kompetisi dan jadwal pelatihan timnas tidak bentrok dan juga tidak merugikan semua pihak terutama klub dan sponsor ada baiknya diperhatikan beberapa hal misalnya pertama, sudah saatnya PSSI dalam hal ini BLI dan BTN dari sekarang membuat jadwal kompetisi yang teratur paling tidak untuk 3 musim kompetisi untuk jangka pendek dan 10 musim kompetisi jangka panjang, tetapi itu semua harus terpaku dan terstandar kalender kompetisi yang sah dan dikeluarkan oleh otoritas sepakbola dunia dan Asia, AFC dan FIFA, kalau ini dijalankan dengan serius dan tentunya professional oleh setiap personel PSSI maka tidak ada lagi Timnas Karbitan atau instan seperti yang selama ini kita lihat, kita hanya BANCI pujian dari dunia internasional sehingga membuat timnas lawan takut tetapi ketika sudah peluit dibunyikan baru ketahuan permainan timnas kita yang seperti baru belajar menyentuhkan bola ke kaki.
Kedua, untuk klub sudah saatnya anda tidak bergantung lagi kepada pemain andalan atau pemain bintang anda yang mungkin dipanggil pelatih timnas untuk melakukan pelatnas, kalau anda masih berorientasi seperti itu maka klub anda pun juga tidak ada bisa berkembang, cobalah anda melihat beberapa pemain binaan yang masuk dalam naungan klub anda, karena selama ini penulis melihat banyak klub yang memandang sebelah mata kiprah para pemain muda binaan mereka karena terbayang dengan pemain bintang tersebut, serta alasan pelatih dan manager klub memandang sebelah mata kiprah pemain muda binaan klub adalah kurangnya jam terbang, bagaimana bisa menambah jam terbang kalau klub hanya memberikan permainan klub kepada pemain besar sedangkan pemain muda hanya ditempatkan sebagai penghias atau pelengkap daripada manifest pertandingan betul tidak!!!! padahal kalau kita melihat di kompetisi-kompetisi liga dunia terutama liga eropa banyak klub yang memperhatikan kiprah pemain muda binaannya sebelum memutuskan untuk memantau pemain diluar kompetisi atau diluar klub mereka cobalah metode yang dibuat oleh klub-klub eropa ini diterapkan di negara kita, pastinya kompetisi akan berjalan seiring dan seirama dengan prestasi yang ditorehkan oleh Timnas betul tidak !!
Ketiga, inilah sebenarnya masalah yang paling utama dari semua itu yaitu kurangnya semangat nasionalisme dan loyalitas kepada negara yang ada dalam diri para pemain ini kenapa penulis bisa mengatakan begitu, kita tahu bahwa pemain sepak bola dengan tentara adalah memiliki satu kesamaan yaitu sama-sama bertugas dalam membela negara kalau tentara bertugas dengan sungguh-sungguh tanpa ada paksaan atau keberatan sementara pemain timnas yang dipanggil selalu terganjal dengan masalah klub dan tentunya kesejahteraan mereka jika mereka harus berlama-lama latihan di pelatnas, padahal kalau kita bandingkan lagi dengan jobdesk dari tentara, mana pernah mereka mengeluh akan kesejahteraan keluarga mereka ketika ditinggal bertugas, maksud disini adalah para pemain ini kalau memang dipanggil oleh PSSI kiranya jalankan dan laksanakan amanat itu demi penduduk Indonesia terutama penggemar mu yang haus akan prestasi kalau soal kesejahteraan bukankah klub yang menanggung itu semua seperti hak yang harus dijalankan oleh klub setiap bulan kepada anda, betul tidak!!! Serta yang tidak lupa adalah BONUS, banyak pemain kita sebelum bertanding sudah diiming-imingi bonus dengan alasan motivasi padahal kenyataannya prestasi kita tidak bagus tetapi yang namanya BONUS tetap dikasih dengan alasan ucapan terimakasih, kalau menurut penulis kiranya BONUS itu diberikan jika memang sudah ada prestasi didepan mata atau istilahnya Kapten Timnas mengangkat piala kejuaraan yang kita menangi barulah BONUS keluar, kalau dalam kejuaraan Timnas hanya bisa bertahan dibabak penyisihan maka tidak ada BONUS, kalau seperti ini penulis yakin para pemain akan termotivasi lebih beda dengan sekarang yang penulis lihat karena setiap mau akan mengikuti kejuaraan Federasi selalu mengatakan akan ada bonus dan itulah yang terjadi hingga saat ini, prestasi tidak kunjung datang.
Kalau tiga ini dijalankan penulis yakin Timnas kita bukan lagi Timnas yang BANCI pujian dari lawan tetapi disegani bahkan ditakuti seperti Timnas kita pada era tahun 1970 hingga 1990-an, tetapi semua itu harus dilandasi dengan semangat nasionalisme yang sangat tinggi dan tentunya Professional yang dalam artian sebenarnya bukan dalam tahap belajar.
Berprestasilah Timnas Garuda JANGAN hanya BANCI pujian..Tunjukkan kemampuanmu kepada para pendukungmu…
GBK Stadium, 010109 00:10
Rhesa Ivan Lorca
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar