Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.
Sebelum melanjutkan mari di simak apa yang ada di bawah ini,
Sebagai tetangga dekat Pak SBY, hampir saban hari saya menyaksikan arogansi Patroli dan Pengawalan (Patwal) iring-iringan Presiden di jalur Cikeas-Cibubur sampai Tol Jagorawi. Karena itu, saya –juga mayoritas pengguna jalan itu– memilih menghindar dan menjauh bila terdengar sirene Patwal.
Namun, kejadian Jumat (9/7) sekitar pukul 13.00 di Pintu Tol Cililitan (antara Tol Jagorawi dan tol dalam kota) sungguh menyisakan pengalaman traumatik, khususnya bagi anak perempuan saya. Setelah membayar tarif tol dalam kota, terdengar sirene dan hardikan petugas lewat mikrofon untuk segera menyingkir. Saya pun sadar, pak SBY atau keluarganya akan lewat. Saya dan pengguna jalan lain memperlambat kendaraan, mencari posisi berhenti paling aman.
Tiba-tiba muncul belasan mobil Patwal membuat barisan penutup semua jalur, kira-kira 100 meter setelah Pintu Tol Cililitan. Mobil kami paling depan. Mobil Patwal yang tepat di depan saya dengan isyarat tangan memerintahkan untuk bergerak ke kiri. Secara perlahan, saya membelokkan setir ke kiri.
Namun, muncul perintah lain lewat pelantam suara untuk menepi ke kanan dengan menyebut merek dan tipe mobil saya secara jelas. Saat saya ke kanan, Patwal di depan murka bilang ke kiri. Saya ke kiri, suara dari pelantam membentak ke kanan. Bingung dan panik, saya pun diam menunggu perintah mana yang saya laksanakan.
Patwal di depan turun dan menghajar kap mobil sang wartawan, memukul spion mobil saya dan memukul spion kanan sampai terlipat. Dari mulutnya terdengar ancaman,"Apa mau Anda saya bedil?"
Setelah menepi di sisi paling kiri, polisi itu menghampiri saya. Makian dan umpatan meluncur tanpa memberi saya kesempatan bicara. Melihat putri saya ketakutan, saya akhirnya mendebatnya. Saya jelaskan situasi tadi. Amarahya tak mereda, malah terucap alasan konyol tak masuk akal seperti "dari mana sumber suara speaker itu?", atau "mestinya kamu ikuti saya saja", atau "tangan saya sudah mau patah gara-gara memberi tanda ke kiri".
Permintaan saya dipertemukan dengan oknum pemberi perintah dari pelantam tak digubris. Intimidasi hampir 10 menit yang berlangsung tepat didepan Kantor Jasa Marga itu tak mengetuk hati satu pun dari anggota Patwal lain yang menyaksikan kejadian itu. Paling tidak, menunjukkan diri sebagai pelayan pelindung masyarakat.
Karena dialog tak kondusif, saya buka identitas saya sebagai wartawan untuk mencegah oknum melakukan tindak kekerasan. Ia malah melecehkan profesi wartawan dan tak mengakui perbuatannya merusak mobil saya. Identitasnya tertutup rompi. Oknum ini malah mengeluarkan ocehan, "Kami ini tiap hari kepanasan dengan gaji kecil. Emangnya saya mau kerjaan ini?"
Saat rombongan SBY lewat, ia segera berlari menuju mobil PJR-nya, mengikuti belasan temannya meninggalkan saya dan putri saya yang terbengong-bengong.
Pak SBY yang kami hormati, mohon pindah ke Istana Negara sebagai tempat kediaman resmi presiden. Betapa kami saban hari sengsara setiap Anda dan keluarga keluar dari rumah di Cikeas. Cibubur hanya lancar buat Presiden dan keluarga, tidak untuk kebanyakan warga.
Hendra NS
Cibubur
Tulisan diatas adalah sebuah surat yang penulis ketik ulang dari sebuah Harian Nasional pada hari Jumat 16 Juli 2010, dimana ada seorang warga yang mengeluhkan tindakan aparat yang semena-mena terhadap rakyat demi kenyamanan dari seorang petinggi di negara ini.
Mungkin kita tahu dan tidak menutup mata bagaimana kelakuan daripada para Patwal-Patwal ini ketika berada di jalan raya, kasus seperti yang di tulis Pak Hendra pun bukan sekali ini saja terjadi dan sudah berapa banyak manusia yang menjadi korban dari Patwal bukan saja Patwal RI-01 tetapi semua Patwal yang mengawal di daerah.
Mungkin kita ingat bagaimana tragedi tol Cibubur (mohon koreksi kalau penulis salah) ketika itu Pak Beye baru beberapa bulan menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang memakan korban jiwa lebih dari 5 orang dan harus meng-TUMBAL-kan seorang supir bus untuk di jadikan tersangka padahal SEHARUSNYA sang pengemudi patwal lah yang harus di JADIKAN tersangka karena JELAS-JELAS MELINTANGKAN mobil Patwal di tengah jalan hanya untuk memberikan akses bebas untuk rombongan RI-01 melintas dari kediamannya di Cikeas dan Presiden Beye HANYA MEMINTA MAAF tetapi dari pihak protokoler dan pengamanan (baca: Sesmil dan DanPaspamres) TIDAK melakukan penindakan dan evaluasi terhadap kinerja anak buahnya ketika mengawal RI-01 di jalan !
Kemudian ada lagi kejadian (kalau tidak salah) di salah satu kota di Sulawesi dimana seorang Patwal Gubernur dengan kecepatan tinggi MENABRAK seorang warga yang sedang melintas hingga tewas tetapi sampai detik ini sang Gubernur tersebut tidak memberikan entah itu permintaan maaf dan mengantarkan para Patwal ini kepada pihak kepolisian untuk diproses hukum.
Lalu ada Patwal dari Kementerian Sosial Republik Indonesia yang seenaknya melintas bersama mobil RI-32 di jalur busway kawasan Mampang, kejadian ini sempat menjadi pembahasan hangat sehingga dunia luar pun membacanya di jejaring sosial tuider walau akhirnya sang Supir RI-32 di berikan sanksi tilang tetapi Patwalnya TIDAK ADA sanksi hukuman atau administrasi !
Dan sekarang seperti yang dituliskan oleh saudara Hendra yang lagi-lagi soal Patwal RI-01.
Maka timbulah pertanyaan, BEGINI kah kerja dari Patwal segala apapun termasuk menyebabkan kematian harus di lakukan demi satu tujuan agar sang penguasa bisa leluasa melintasi jalan raya tanpa memikirkan aturan lalu lintas ? kalau seperti ini ke depannya penulis yakin akan banyak manusia-manusia ciptaan Tuhan yang di putus kontrak hidup dunianya dengan sia-sia oleh ulah sang Patwal ini ?
Atau kalau memang kelakuan daripada Patwal seperti ini terus LEBIH BAIK CABUT saja UU LaluLintas yang ada saat ini karena menurut penulis percuma saja rakyat menaati UU LaluLintas tetapi anggota Patwal yang JUGA notabene warga negara Indonesia TIDAK PERNAH menaatinya benar tidak ?
Sepertinya Presiden kita harus meniru dengan apa yang dilakukan oleh PM Thailand (kala itu) Chuan Leek Pai, PM Inggris David Cameron dan Presiden Philipina Nonoy Aquino, kenapa penulis bilang seperti itu kita bisa lihat dimana PM Thai (ketika itu) Leek Pai mulai dari kediamannya menuju kantor PM atau setiap kunjungan HANYA ditemani oleh supir dan ajudannya TANPA Patwal DAN BUKAN MOBIL DINAS melainkan mobil pribadinya sendiri sama juga seperti Presiden Philipina dimana dalam kesehariannya Tuan Nonoy TANPA Patwal bahkan penulis pernah membaca di media saking tidak adanya protokoler dan Patwal untuk beliau, sebuah gereja katolik di Manila harus menuda Misa Kudus Minggu sampai 1 jam dikarena Presiden Nonoy yang akan beribadah dan diberkati karena menjadi Presiden TERJEBAK MACET di jalanan pusat kota Manila ! atau PM Inggris David Cameron yang ketika kampanye mengeluarkan janjinya bahwa jika menjabat PM beliau tidak akan menggunakan Patwal kemana pun beliau pergi karena alasan beliau adalah beliau di pilih rakyat sudah sepantasnya beliau dekat dengan rakyat tanpa harus ada jarak yaitu Patwal dan juga menghemat anggaran dan BBM walaupun tindakan PM ini membuat kaget bagian protokoler 10th Downing Street tapi alasan yang di lontarkan oleh sang PM ada benarnya.
Selain arogan Patwal, ternyata rombongan RI-01 dan RI-02 adalah paling boros dalam hal penggunaan BBM, kita bisa lihat berapa banyak formasi daripada Patwal ketika mengiringi rombongan dua tokoh penting dan sentral bagi negara ini formasi itu adalah :
Pada barisan depan 4 motor besar PM, belakangnya 2 mobil Patwal dan PM, 1 mobil jenis offroad (hartop), 2 mobil jenis Caravan Paspampres, mobil utama, mobil cadangan ( kanan-kirnya 2 motor PM), 2-3 jenis Caravan Paspampres, 2 mobil Patwal dan PM sebagai penutup iring-iringan
Bisa bayangkan berapa banyak liter bensin keluar dalam satu kali kunjungan bagaimana kalau satu hari itu ada beberapa kunjungan, berapa banyak oktan yang keluar dari gas knalpot tersebut membumbung tinggi di wilayah yang menjadi kunjungan bukankah itu menambah panjang polusi udara selain bus kota atau angkutan lainnya walaupun kendaraan mereka ini hemat BBM atau ramah lingkungan tetapi tetap saja polusi juga bukan ?!
Soal Patwa penulis teringat cerita lucu yang dikirim oleh salah satu rekan yang belajar di dataran Eropa dimana para pengawal pejabat nomor dua negara ini (periode 2004-2009) sampai (ngemis) agar BOSnya dapat kawalan selama berada di negara tersebut tetapi di TOLAK mentah-mentah oleh pihak keamanan dan protokoler. Alasan dari mereka adalah karena posisi RI-02 di negara Belgia SETINGKAT dengan Menteri atau Deputy jadi TIDAK PERLU kawalan dari protokoler karena apa kata warga setempat jika mereka melihat ada orang asing yang tidak jauh lebih daripada sang Deputy harus di kawal padahal mereka sudah bayar pajak yang sangat tinggi tetapi tidak pernah di kawal, soal standar pengawal di negara Belgia tersebut, yang BOLEH dan DAPAT pengawalan adalah anggota Kerajaan dan Perdana Menteri, sedangkan di negara ini ?
Saran penulis buat Pak Beye…Pa’e lebih baik anda dan keluarga tinggal di Istana sampai masa pemerintahan berakhir CONTOHLAH Presiden Amerika Serikat yang tinggal di sisi barat dan timur daripada Gedung Putih sebagai tempat tinggal, kalau anda BILANG Cikeas tempat untuk urusan pribadi dan istana adalah urusan negara, KENAPA ketika merumuskan siapa saja yang pantas untuk pos menteri pada kabinet Indonesia jilid II anda menggunakan Cikeas sebagai tempat pemanggilan dan interview BUKAN di Istana padahal urusan menteri ini kan urusan negara, benar tidak ?!
Semoga tidak ada lagi Hendra-Hendra lagi yang menulis di surat pembaca tentang arogansi Patwal dan kepada Sesmil, DanPaspamres AGAR bersikap professional dan MENGAKUI kepada rakyat jika memang bersalah dan mengoreksi diri SUDAH LAYAK kah anak buah anda menjalani sebagai anggota Patwal sesuai dengan perangkat hukum yang sudah ada ketika di jalan BUKANnya mengelak dengan kata-kata ITU SUDAH PROTAP-nya…Ingat ! walaupun anda Sesmil atau DanPaspamres tetapi anda dan rakyat yang ada di jalan di negara ini SAMA-SAMA memiliki kertas dan logam yang berlogo “BI” SAMA-SAMA memiliki identitas pribadi yang berlogo “ Burung Garuda” SAMA-SAMA di beri napas kehidupan sama Tuhan, SAMA-SAMA SEJAJAR di mata Tuhan, KALAU SEJAJAR dimata Tuhan KENAPA di jalan raya kita BERBEDA Komandan ?
Merdeka Selatan, 170710 09:30
Rhesza
Pendapat Pribadi
--
Sebelum melanjutkan mari di simak apa yang ada di bawah ini,
Sebagai tetangga dekat Pak SBY, hampir saban hari saya menyaksikan arogansi Patroli dan Pengawalan (Patwal) iring-iringan Presiden di jalur Cikeas-Cibubur sampai Tol Jagorawi. Karena itu, saya –juga mayoritas pengguna jalan itu– memilih menghindar dan menjauh bila terdengar sirene Patwal.
Namun, kejadian Jumat (9/7) sekitar pukul 13.00 di Pintu Tol Cililitan (antara Tol Jagorawi dan tol dalam kota) sungguh menyisakan pengalaman traumatik, khususnya bagi anak perempuan saya. Setelah membayar tarif tol dalam kota, terdengar sirene dan hardikan petugas lewat mikrofon untuk segera menyingkir. Saya pun sadar, pak SBY atau keluarganya akan lewat. Saya dan pengguna jalan lain memperlambat kendaraan, mencari posisi berhenti paling aman.
Tiba-tiba muncul belasan mobil Patwal membuat barisan penutup semua jalur, kira-kira 100 meter setelah Pintu Tol Cililitan. Mobil kami paling depan. Mobil Patwal yang tepat di depan saya dengan isyarat tangan memerintahkan untuk bergerak ke kiri. Secara perlahan, saya membelokkan setir ke kiri.
Namun, muncul perintah lain lewat pelantam suara untuk menepi ke kanan dengan menyebut merek dan tipe mobil saya secara jelas. Saat saya ke kanan, Patwal di depan murka bilang ke kiri. Saya ke kiri, suara dari pelantam membentak ke kanan. Bingung dan panik, saya pun diam menunggu perintah mana yang saya laksanakan.
Patwal di depan turun dan menghajar kap mobil sang wartawan, memukul spion mobil saya dan memukul spion kanan sampai terlipat. Dari mulutnya terdengar ancaman,"Apa mau Anda saya bedil?"
Setelah menepi di sisi paling kiri, polisi itu menghampiri saya. Makian dan umpatan meluncur tanpa memberi saya kesempatan bicara. Melihat putri saya ketakutan, saya akhirnya mendebatnya. Saya jelaskan situasi tadi. Amarahya tak mereda, malah terucap alasan konyol tak masuk akal seperti "dari mana sumber suara speaker itu?", atau "mestinya kamu ikuti saya saja", atau "tangan saya sudah mau patah gara-gara memberi tanda ke kiri".
Permintaan saya dipertemukan dengan oknum pemberi perintah dari pelantam tak digubris. Intimidasi hampir 10 menit yang berlangsung tepat didepan Kantor Jasa Marga itu tak mengetuk hati satu pun dari anggota Patwal lain yang menyaksikan kejadian itu. Paling tidak, menunjukkan diri sebagai pelayan pelindung masyarakat.
Karena dialog tak kondusif, saya buka identitas saya sebagai wartawan untuk mencegah oknum melakukan tindak kekerasan. Ia malah melecehkan profesi wartawan dan tak mengakui perbuatannya merusak mobil saya. Identitasnya tertutup rompi. Oknum ini malah mengeluarkan ocehan, "Kami ini tiap hari kepanasan dengan gaji kecil. Emangnya saya mau kerjaan ini?"
Saat rombongan SBY lewat, ia segera berlari menuju mobil PJR-nya, mengikuti belasan temannya meninggalkan saya dan putri saya yang terbengong-bengong.
Pak SBY yang kami hormati, mohon pindah ke Istana Negara sebagai tempat kediaman resmi presiden. Betapa kami saban hari sengsara setiap Anda dan keluarga keluar dari rumah di Cikeas. Cibubur hanya lancar buat Presiden dan keluarga, tidak untuk kebanyakan warga.
Hendra NS
Cibubur
Tulisan diatas adalah sebuah surat yang penulis ketik ulang dari sebuah Harian Nasional pada hari Jumat 16 Juli 2010, dimana ada seorang warga yang mengeluhkan tindakan aparat yang semena-mena terhadap rakyat demi kenyamanan dari seorang petinggi di negara ini.
Mungkin kita tahu dan tidak menutup mata bagaimana kelakuan daripada para Patwal-Patwal ini ketika berada di jalan raya, kasus seperti yang di tulis Pak Hendra pun bukan sekali ini saja terjadi dan sudah berapa banyak manusia yang menjadi korban dari Patwal bukan saja Patwal RI-01 tetapi semua Patwal yang mengawal di daerah.
Mungkin kita ingat bagaimana tragedi tol Cibubur (mohon koreksi kalau penulis salah) ketika itu Pak Beye baru beberapa bulan menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang memakan korban jiwa lebih dari 5 orang dan harus meng-TUMBAL-kan seorang supir bus untuk di jadikan tersangka padahal SEHARUSNYA sang pengemudi patwal lah yang harus di JADIKAN tersangka karena JELAS-JELAS MELINTANGKAN mobil Patwal di tengah jalan hanya untuk memberikan akses bebas untuk rombongan RI-01 melintas dari kediamannya di Cikeas dan Presiden Beye HANYA MEMINTA MAAF tetapi dari pihak protokoler dan pengamanan (baca: Sesmil dan DanPaspamres) TIDAK melakukan penindakan dan evaluasi terhadap kinerja anak buahnya ketika mengawal RI-01 di jalan !
Kemudian ada lagi kejadian (kalau tidak salah) di salah satu kota di Sulawesi dimana seorang Patwal Gubernur dengan kecepatan tinggi MENABRAK seorang warga yang sedang melintas hingga tewas tetapi sampai detik ini sang Gubernur tersebut tidak memberikan entah itu permintaan maaf dan mengantarkan para Patwal ini kepada pihak kepolisian untuk diproses hukum.
Lalu ada Patwal dari Kementerian Sosial Republik Indonesia yang seenaknya melintas bersama mobil RI-32 di jalur busway kawasan Mampang, kejadian ini sempat menjadi pembahasan hangat sehingga dunia luar pun membacanya di jejaring sosial tuider walau akhirnya sang Supir RI-32 di berikan sanksi tilang tetapi Patwalnya TIDAK ADA sanksi hukuman atau administrasi !
Dan sekarang seperti yang dituliskan oleh saudara Hendra yang lagi-lagi soal Patwal RI-01.
Maka timbulah pertanyaan, BEGINI kah kerja dari Patwal segala apapun termasuk menyebabkan kematian harus di lakukan demi satu tujuan agar sang penguasa bisa leluasa melintasi jalan raya tanpa memikirkan aturan lalu lintas ? kalau seperti ini ke depannya penulis yakin akan banyak manusia-manusia ciptaan Tuhan yang di putus kontrak hidup dunianya dengan sia-sia oleh ulah sang Patwal ini ?
Atau kalau memang kelakuan daripada Patwal seperti ini terus LEBIH BAIK CABUT saja UU LaluLintas yang ada saat ini karena menurut penulis percuma saja rakyat menaati UU LaluLintas tetapi anggota Patwal yang JUGA notabene warga negara Indonesia TIDAK PERNAH menaatinya benar tidak ?
Sepertinya Presiden kita harus meniru dengan apa yang dilakukan oleh PM Thailand (kala itu) Chuan Leek Pai, PM Inggris David Cameron dan Presiden Philipina Nonoy Aquino, kenapa penulis bilang seperti itu kita bisa lihat dimana PM Thai (ketika itu) Leek Pai mulai dari kediamannya menuju kantor PM atau setiap kunjungan HANYA ditemani oleh supir dan ajudannya TANPA Patwal DAN BUKAN MOBIL DINAS melainkan mobil pribadinya sendiri sama juga seperti Presiden Philipina dimana dalam kesehariannya Tuan Nonoy TANPA Patwal bahkan penulis pernah membaca di media saking tidak adanya protokoler dan Patwal untuk beliau, sebuah gereja katolik di Manila harus menuda Misa Kudus Minggu sampai 1 jam dikarena Presiden Nonoy yang akan beribadah dan diberkati karena menjadi Presiden TERJEBAK MACET di jalanan pusat kota Manila ! atau PM Inggris David Cameron yang ketika kampanye mengeluarkan janjinya bahwa jika menjabat PM beliau tidak akan menggunakan Patwal kemana pun beliau pergi karena alasan beliau adalah beliau di pilih rakyat sudah sepantasnya beliau dekat dengan rakyat tanpa harus ada jarak yaitu Patwal dan juga menghemat anggaran dan BBM walaupun tindakan PM ini membuat kaget bagian protokoler 10th Downing Street tapi alasan yang di lontarkan oleh sang PM ada benarnya.
Selain arogan Patwal, ternyata rombongan RI-01 dan RI-02 adalah paling boros dalam hal penggunaan BBM, kita bisa lihat berapa banyak formasi daripada Patwal ketika mengiringi rombongan dua tokoh penting dan sentral bagi negara ini formasi itu adalah :
Pada barisan depan 4 motor besar PM, belakangnya 2 mobil Patwal dan PM, 1 mobil jenis offroad (hartop), 2 mobil jenis Caravan Paspampres, mobil utama, mobil cadangan ( kanan-kirnya 2 motor PM), 2-3 jenis Caravan Paspampres, 2 mobil Patwal dan PM sebagai penutup iring-iringan
Bisa bayangkan berapa banyak liter bensin keluar dalam satu kali kunjungan bagaimana kalau satu hari itu ada beberapa kunjungan, berapa banyak oktan yang keluar dari gas knalpot tersebut membumbung tinggi di wilayah yang menjadi kunjungan bukankah itu menambah panjang polusi udara selain bus kota atau angkutan lainnya walaupun kendaraan mereka ini hemat BBM atau ramah lingkungan tetapi tetap saja polusi juga bukan ?!
Soal Patwa penulis teringat cerita lucu yang dikirim oleh salah satu rekan yang belajar di dataran Eropa dimana para pengawal pejabat nomor dua negara ini (periode 2004-2009) sampai (ngemis) agar BOSnya dapat kawalan selama berada di negara tersebut tetapi di TOLAK mentah-mentah oleh pihak keamanan dan protokoler. Alasan dari mereka adalah karena posisi RI-02 di negara Belgia SETINGKAT dengan Menteri atau Deputy jadi TIDAK PERLU kawalan dari protokoler karena apa kata warga setempat jika mereka melihat ada orang asing yang tidak jauh lebih daripada sang Deputy harus di kawal padahal mereka sudah bayar pajak yang sangat tinggi tetapi tidak pernah di kawal, soal standar pengawal di negara Belgia tersebut, yang BOLEH dan DAPAT pengawalan adalah anggota Kerajaan dan Perdana Menteri, sedangkan di negara ini ?
Saran penulis buat Pak Beye…Pa’e lebih baik anda dan keluarga tinggal di Istana sampai masa pemerintahan berakhir CONTOHLAH Presiden Amerika Serikat yang tinggal di sisi barat dan timur daripada Gedung Putih sebagai tempat tinggal, kalau anda BILANG Cikeas tempat untuk urusan pribadi dan istana adalah urusan negara, KENAPA ketika merumuskan siapa saja yang pantas untuk pos menteri pada kabinet Indonesia jilid II anda menggunakan Cikeas sebagai tempat pemanggilan dan interview BUKAN di Istana padahal urusan menteri ini kan urusan negara, benar tidak ?!
Semoga tidak ada lagi Hendra-Hendra lagi yang menulis di surat pembaca tentang arogansi Patwal dan kepada Sesmil, DanPaspamres AGAR bersikap professional dan MENGAKUI kepada rakyat jika memang bersalah dan mengoreksi diri SUDAH LAYAK kah anak buah anda menjalani sebagai anggota Patwal sesuai dengan perangkat hukum yang sudah ada ketika di jalan BUKANnya mengelak dengan kata-kata ITU SUDAH PROTAP-nya…Ingat ! walaupun anda Sesmil atau DanPaspamres tetapi anda dan rakyat yang ada di jalan di negara ini SAMA-SAMA memiliki kertas dan logam yang berlogo “BI” SAMA-SAMA memiliki identitas pribadi yang berlogo “ Burung Garuda” SAMA-SAMA di beri napas kehidupan sama Tuhan, SAMA-SAMA SEJAJAR di mata Tuhan, KALAU SEJAJAR dimata Tuhan KENAPA di jalan raya kita BERBEDA Komandan ?
Merdeka Selatan, 170710 09:30
Rhesza
Pendapat Pribadi
--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar