Pertama-tama penulis menghaturkan permintaan maaf kalau dalam penulisan ini terdapat kata-kata yang memojokkan atau menyinggung perasaan karena ini adalah pendapat pribadi dan tidak menjadikan patokan atau memprovokasi pembaca, sekali lagi mohon maaf..
Pembuka tahun yang baru ini kita disuguhkan berita adanya berita pengangkatan beberapa pejabat menjadi orang nomor dua di lingkungan Kementerian, setelah pada medio November pak beye mengangkat sejumlah pejabat menjadi wakil menteri
Anda pasti bertanya-tanya kenapa judulnya Kisah Jenderal Kriminal ? karena itulah yang sedang penulis coba utarakan terkait dengan berita pengangkatan seorang jenderal militer mari kita telaah apakah Jenderal ini layak atau tidak?
Jenderal ini sebelum masuk dalam lingkungan Pentagon-nya Indonesia menjabat sebagai Panglima yang bertugas di Ibu Kota negara pada tahun 1998, dalam dinasnya ketika itu situasi politik sedang mempanas karena adanya tuntutan reformasi dan pergantian rezim karena pemimpin saat itu sudah tidak lagi dipercaya oleh rakyat dan juga adanya kenaikan harga kebutuhan pokok yang melambung setinggi langit.
Situasi ini pecah ketika menjelang sore dimana, sejumlah tentara dengan balutan rompi bertuliskan PHH ( Pasukan Hura-Hura uuupppss… maksudnya Pasukan Huru Hara ) secara komando dan membabi buta dari fly over Grogol depan Mall Citra Land menembakkan benda panjang dan ujungnya sangat tajam yang terbuat dari timah ke arah kampus, akibat benda panjang dan ujungnya sangat tajam yang terbuat dari timah ini ada empat mahasiswa trisakti yang merasakan panasnya benda ini, empat mahasiswa itu adalah Elang Mulya, Hafidin Royan, Hendriawan Sie dan Hery Hartanto.
Akibat peristiwa penembakan empat mahasiswa ini timbullah konflik sosial dimana adanya tindakan penjarahan bahkan ada isu adanya pemerkosaan dan pembunuhan massal terhadap masyarakat etnis tertentu, dan sampai dua belas tahun kasus itu tidak terungkap, dan berbagai kesimpulan dari berbagai macam Lembaga Swadaya Masyarakat yang concern terhadap masalah sosial ini beranggapan semua ini berujung pada tanggung jawab dari pada Jenderal yang sedang penulis ungkit, karena beliau memerintahkan untuk menembak dan lalai dalam tugasnya sebagai Panglima sehingga mengakibatkan banyaknya korban jiwa dan kerugian mengakibatkan ekonomi Indonesia terutama DKI Jakarta lumpuh total bahkan disorot oleh media dunia.
Setelah dua belas tahun tidak terdengar sosok Jenderal ini muncul dengan pengangkatan baru sebagai orang nomor dua di Pentagon-nya Indonesia, yang menjadi pertanyaan penulis dan mungkin keluarga korban, apa dasar negara mengangkat beliau menjadi orang nomor dua di Pentagonnya Indonesia ?
Mungkin yang menjadi pertanyaan sekarang kepada pemerintah adalah apa dasar pemilihan jenderal ini yang jelas-jelas dimata keluarga korban adalah bersalah, walaupun oleh beberapa pejabat negara selalu dikatakan tidak bersalah tetapi secara nyata dan mungkin penduduk dunia tahu siapa yang paling bertanggung jawab atas kejadian 12 tahun tersebut.
Sudah saatnya pemerintah lebih mengkaji sosok-sosok yang akan dipilih untuk pos tertentu dalam melayani rakyat terutama bahan-bahan dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat, karena selama ini para pembesar negara ini selalu menganggap remeh hasil dari kajian LSM padahal kita tahu bahwa LSM inilah yang paling tahu akan situasi dan lebih dekat dengan masyarakat.
Semoga kasus ini pertama dan terakhir, dan selalu belajar dari pengalaman masa lalu walaupun berkilah tidak bersalah selalu berpatokan pada ucapan bapak pendiri negara ini JAS MERAH- Jangan Sekali-kali MELupakan sejaRAH !!!
Merdeka Selatan, 040110 15:30
Gie Gustan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar