Jumat, 07 Januari 2011

Pecudang dan Keledai Itu Bernama Timnas PSSI


Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagaian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.


“Dunia hanya mengenal sang juara, nomor dua hanyalah sang pecundang,”
Jose Mourinho



Kutipan di atas adalah ucapan semangat dan motivasi daripada pelatih Jose Mourinho kepada para pemain Madrid setiap Madrid melakoni laga mereka dalam liga Spanyol atau ketika pelatih Mou memberikan pernyataan kepada kawan-kawan jurnalis.

Kutipan dan judul di atas ada kaitannya dengan kegagalan daripada Timnas sepakbola Indonesia dimana pada final leg ke-2 di GBK stadion timnas berhasil menundukkan timnas Malaysia dengan skor 2-1 tetapi hasil 2-1 ini tidak bisa membuat Firman Utina dan kawan-kawan bersorak-sorai sambil mencium dan mengangkat Piala AFF Suzuki karena pada leg 1 timnas kalah 3-0 di kandang Malaysia.

Kalau di lihat pada babak penyisihan timnas kita menunjukkan grafik yang pesat bahkan bisa mencetak gol sebanyak 13 gol dan kemasukan 2 gol kemudian pada semifinal kita berhasil menggulung team Philipina dengan skor dua kali 1 gol tetapi begitu di final pada pertemuan pertama tiba-tiba kita kalah 3-0 walaupun pada pertemuan kedua kita menang 2-1 tetapi kita kalah dalam produktivas mencetak gol.

Pertanyaan sekarang adalah MAU SAMPAI KAPAN timnas kita JADI PECUNDANG dan KELEDAI ? bukan maksud menghina tetapi kenyataannya begitu ? timnas kita memang PECUNDANG, buktinya terakhir kita menang pada SEA GAMES Manila 1991 kemudian mulai dari 1992 hingga saat ini apakah SUDAH ADA GELAR ?!

Seharusnya kita MALU jika melihat geografis negara kita, Republik Indonesia dengan ibukota Jakarta memiliki penduduk lebih dari 240 juta jiwa rakyat dan luas wilayah hampir lebih 1 juta mil dan merdeka lewat keringat dan darah rakyat sendiri yang kita peringati setiap tanggal 17 Agustus tapi sampai sekarang tidak pernah berprestasi baik itu di tingkat ASEAN, Asia bahkan antar benua seperti Piala Dunia, sedangkan kita bisa lihat negara Selandia Baru sebuah negara yang luasnya SAMA DENGAN luas Kotamadya Jakarta Pusat ini yang kemerdekaannya di berikan layaknya anak kecil yang sedang berulang tahun dari Kerajaan Inggris SUDAH MASUK arena Piala Dunia.

Atau mungkin kita mendapatkan sebuah pertanyaan daripada (mungkin) kolega kita kebetulan orang asing yang tinggal di luar Indonesia melihat antuisme warga Indonesia akan sepakbola melalui televisi dan bertanya kepada anda entah itu melalui email atau bertemu langsung dengan kalimat “ JIKA BENAR negerimu SEHEBAT itu antuismenya pada sepakbola, KENAPA DUNIA TIDAK PERNAH MENDENGAR nama Indonesia di peta sepakbola ? apakah ada yang bisa menjawab ?! pertanyaan ini sama halnya dengan pertanyaan “ Negerimu begitu kayak mulai dari rempah-rempah, minyak, emas, tambang, sawit, kekayaan laut dll tetapi KENAPA masih banyak orang yang hidup di pinggir kali yang airnya keruh ?!

Tetapi itulah suporter Timnas kita sorak-sorai ketika menang tetapi ketika kalah menghujat bagaimana bisa maju sepakbola kita seharusnya kalau mau bangkit dan berpikir. kenapa ketika menang atau kalah kita hujat demi majunya sepakbola sehingga para pemain dan pemilik kepentingan tidak besar kepala karena selama ini kita bisa lihat begitu timnas kita kalah kita lantas berujar “ Timnas sudah memberikan yang terbaik “ dan itu selalu terus menerus terlontar sehingga para pemain kita seperti kebal dan berpikir “ kalau saya bermain tidak baik paling masih di beri applaus sama suporter “ dan terbukti kita bisa lihat bagaimana CERIAnya para pemain ini ketika kalah dan kembali ke hotel sampai besoknya tanpa ada raut bersalah karena tidak bisa mengangkat prestasi negara ini, coba sekali-kali para suporter ini memberikan SHOCK THERAPY kepada para pemain ini ketika kalah misalnya (bukan maksud memprovokasi) mencoba memaki para pemain ini sehingga pemain ini dalam nuraninya MERASA BERSALAH tetapi di kemudian hari akan terus termotivasi dan dalam hatinya berpikir “ KALAU TIMNAS KALAH MAKA HARGA DIRI SAYA AKAN DI CACI MAKI” jadi mereka akan terus berpikir bagaimana caranya biar harga diri mereka sebagai pemain dan manusia beserta keluarganya tidak terrendahkan contohlah para pemain-pemain di luar sana dimana ketika timnya kalah para fans mencaci abis bahkan ada yang menteror mereka tetapi keesokkan harinya prestasilah yang ditunjukkan karena didalam hati para pemain ada stimulus psikologi dan ini yang tidak ada di negara atau sepakbola kita !

Semoga ini yang terakhir dan menjadi renungan bagi kita kiranya baik itu menang atau kalah kita harus hujat janganlah jadi manusia atau suporter munafik kalau memang idealis seharusnya ketika menang kita hujat supaya para pemain dan pemegang kepentingan sepakbola negara ini TIDAK BESAR KEPALA tetapi nyatanya dan baru kita menghujat ketika kalah dan tertawalah orang-orang yang melihat ini semua.

INGAT !! Keledai saja CUMA butuh dua kali mengalami jatuh pada lubang yang sama jangan sampai Timnas kita LEBIH HINA daripada keledai !!

Salam Revolusi dan Pengusiran serta Pencabutan Hak-hak sebagai WNI daripada NH, NB, ADT, NDB !!

Senayan, 311210 00:00
Rhesza
Pendapat Pribadi

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ya saya setuju...timnas sepatutnya dikritik malahan dikutuk jika kalah..kerana inilah yang berlaku di negara mLaysia..di mana tim nasionalnya selalu di kutuk dan tidak pantas dipuji walau menang . Cuma akhirnya menjadi benar2 juara AFF barulah mereka dipuji.