Rabu, 29 September 2010

SBY dan MDGs


Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf

Pada tanggal 20-22 September 2010 di Markas Besar PBB New York lalu berlangsung Sidang PBB yang membahas tentang evaluasi sepuluh tahun tujuan pembangunan millennium atau biasa di kenal sebagai MDGs, sekedar info Millenium Development Goals atau MDGs adalah sebuah kesepakatan yang dibuat PBB dan di tanda tangani oleh sekitar 192 negara anggota PBB sebagai wujud bahwa mereka akan menjalankan program yang dirancang oleh PBB yaitu tentang pemberantasan kemiskinan, kesetaraan gender, masalah pendidikan, tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan, HIV/AIDS, lingkungan dan komitmen dalam perdagangan.

Memang tidak terasa kesepkatan tujuan pembangunan millennium ini sudah memasuki tahun ke 10 dan itu berarti tinggal 5 tahun kedepan tujuan pembangunan millennium ini akan memasuki babak akhir lantas apakah semua Negara sudah menjalankan kesepakatan yang di keluarkan oleh PBB ? ternyata belum semua Negara menjalankan kesepakatan ini termasuk Negara-negara maju dalam membantu pertumbuhan Negara-negara berkembang, berdasarkan data yang penulis pernah baca adalah dimana Negara-negara yang tergabung dalam komunitas G-8 hanya lima Negara yang berkomitmen dalam hal tujuan kedelapan daripada MDGs ini yaitu Swedia sebesar 1,12 persen, kemudian Norwegia (1,06 persen), Luxembourg (1,01 persen), Denmark ( 0,88 persen ) dan Belanda ( 0,82 persen) sedangkan sisanya ingar janji dalam hal pembiayaan kepada Negara-negara di Afrika janji ini di sampaikan oleh komunitas G-8 pada pembiayaan pencapaian MDGs Afrika dalam skema Gleneagles Promise for Afrika.

Kemudian juga terkait dengan MDGs ini juga banyak Negara yang ingkar janji seperti kurangnya lapangan pekerjaan, atau masih banyak rakyat di Negara-negara berkembang yang hidup di bawah garis kemiskinan atau susahnya mencari pangan yang sesaui dengan standar yang berlaku dalam ini seperti yang terjadi di Indonesia dimana pemerintah memberikan bantuan berupa beras miskin atau biasa kita kenal dengan beras Raskin tetapi kondisinya tidak layak untuk di konsumsi seperti baunya yang apek atau berwarna keruh dan bau tetapi pemerintah sepertinya tidak peduli !

Bagaimana dengan Indonesia

Uraian yang di atas adalah tentang beberapa pencapaian dan janji-janji komunitas internasional dalam melihat MDGs lantas bagaimana dengan Indonesia sendiri dalam melihat MDGs ini jika dikaitan dengan masalah yang ada di sekitar kita ?

Sebelum menguraikan “prestasi” Indonesia dalam MDGs kiranya penulis menyampaikan keprihatian dan bela sungkawa atas apa yang dilakukan Indonesia dalam forum MDGs Summit ini kenapa penulis mengatakan bela sungkawa ? karena pada MDGs Summit ini Presiden ataupun Wakil Presiden Republik Indonesia TIDAK DATANG menghadiri pertemuan ini dan mendelegasikan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia untuk berbicara mewakili Presiden Republik Indonesia dan Republik Indonesia di depan forum, padahal semua Negara yang mengikuti MDGs Summit ini adalah Presiden atau Perdana Menteri sedangkan Negara kita HANYA diwakili oleh Menteri Luar Negeri itu berarti Presiden kita TIDAK PEKA dan TIDAK PEDULI dengan kesepakatan PBB ini dalam hal tujuan pembangunan millennium dan LEBIH PEKA terhadap isu-isu yang menurut penulis TIDAK PENTING seperti kasus video selangkangan artis atau isu target teroris yang dialamatkan kepada beliau !

Dan juga penulis agak heran dan geleng kepala ketika Indonesia mendapatkan waktu untuk berbicara di podium memaparkan evaluasi MDGs yang sudah di jalankan oleh Negara ini, mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam jalur sesuai dengan isi MDGs kata lain on the track apakah benar Negara kita On The Track dalam menjalankan MDGs ? menurut penulis tidak kenapa ? logikanya begini saja kalau memang negara kita dalam posisi On The Track dalam hal MDGs kenapa masih banyak anak-anak usia produksi tidak bisa mendapatkan haknya dalam hal pendidikan entah itu dalam hal sarana prasaran seperti bangunan sekolah yang masih rusak atau tiadanya guru di beberapa sekolah khususnya yang berada di pedalaman Indonesia.

Atau ketika Menlu dan jajaran (yang mengaku) pejabat negara ini mengatakan bahwa Indonesia sejalan dengan Program MDGs apakah para pejabat ini sudah mensejahterahkan rakyatnya dalam hal urusan perut ? ternyata impian itu masih tersangkut dalam bibir manis para pejabat ini kita bisa lihat bagaimana rakyat masih susah mendapatkan 1-2 liter beras untuk kebutuhan sehari-hari bahkan badan PBB bidang Pangan sedunia FAO merelease bahwa Indonesia masuk dalam negara dengan kategori negara yang paling banyak memiliki penduduk yang kekurangan pangan jadi kembali pertanyaan, inikah yang dinamakan ON TRACK OF MDGs ?

Kemudian dalam hal kemiskinan, pemerintah dengan bangganya dalam sebuah forum Internasional di Bali mengatakan bahwa indeks penduduk miskin TELAH TURUN sebesar 13,3% per Maret 2010 padahal kita semua tahu KALAU MEMANG indeks penduduk miskin Indonesia sudah turun kenapa setiap menjelang bulan puasa kemarin para pemangku kekuasaan daerah melancarkan operasi yustisi dimana semua yang kategori gelandangan harus di masukkan kedalam mobil layaknya binatang liar, atau kalau memang indeks penduduk miskin Indonesia sudah turun kenapa penulis masih melihat di setiap perempatan lampu merah atau didalam bus penulis masih melihat banyak ibu-ibu yang menggendong bayi untuk di jadikan “boneka” kepada orang yang melihat agar di beri koin atau selembar kertas bernominal dan berlogo “BI” benar tidak ?

Dalam hal tingkat angka kematian ibu hamil dan melahirkan pemerintah lagi-lagi mengatakan sudah menjalankan sesuai dengan tujuan pembangunan millennium nomor 5 bahkan mengatakan dengan bangga bahwa negara sudah (seperti kata Dora Explorer) berhasil menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan tetapi faktnya di lapangan seperti yang di release badan-badan internasional yang mengatakan bahwa masih banyak kasus dimana gizi ibu hamil terlantarkan dan juga mengatakan bahwa angka kematian ibu hamil dan melahirkan masih sangat tinggi..

Menurut penulis sudah saatnya negara ini JANGAN SELALU menganggap dirinya benar kemudian bersuara lantang dengan egosentrisnya walaupun akhirnya jatuh juga keegosentriannya lewat data-data yang lebih akurat misalnya data-data yang di release dari badan-badan internasional atau NGO baik yang ada di negara ini sendiri maupun skala internasional, akhirnya seperti apa yang terjadi ketika Summit kemarin dimana banyak pihak kecewa dengan “suara” yang terlontar dari pada mulut para pejabat yang datang ke Markas Besar PBB mewakili Republik Indonesia..

Apakah tahun 2015 tepat berakhirnya MDGs, kedelapan tujuan pembangunan millennium ini bisa dicapai oleh Republik Indonesia dengan maksimal ? hanya Tuhan dan manusia-manusia YANG MENGAKU Pejabat Republik Indonesia dan rakyat hanya bisa menunggu dan mengurut dada ketika mulut manis mereka mengeluarkan suara-suara rayuan layaknya seorang pemuda yang mendekati seorang gadis..

Thamrin, 290910 16:31
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: