Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.
Untuk kesekian kalinya negara tetangga kita, Malay berbuat ulah terhadap negara ini dimana dalam waktu 76 jam menjelang detik-detik proklamasi kita dikejutkan dengan adanya penahanan 3 petugas patroli laut dari Kementerian Kelautan dan Perikanan-KKP yang sedang membawa kapal nelayan Malay yang tertangkap basah berada di perairan Indonesia, singkat cerita akhirnya ketiga petugas Patroli laut KKP ini diTUKAR (walaupun kata di tukar ini dibantah oleh Menlu) dengan 7 nelayan Malay.
Mungkin penulis dan semua pembaca merasa gerah dengan sikap Malay terhadap negara ini, mulai dari kasus pulau Sipadan-Ligitan, Ambalat, Batik, lagu Rasa Sayange, TKI / W yang di lecehkan dan masih banyak lagi kasus yang dibuat oleh Malay tetapi sikap negara ini pun hanya adem ayem saja dan tidak ada tindakan tegas dari negara terutama Presiden atau Menteri Luar Negeri.
Keadaan ini sangat kontras sekali dengan kondisi ketika jaman pemerintahan Ir. Soekarno dimana pada saat itu Malay berulah kepada negara ini, Presiden Soekarno pun langsung lantang marah dan mencoba membangkitkan patriotisme rakyat membuat negara malay kalang kabut tetapi sekarang.
Ketika nama Marty Natalegawa masuk dalam jajaran yang akan menduduki kabinet menteri Indonesia bersatu jilid 2 penulis berharap diplomasi dan hubungan Indonesia terhadap negara-negara luar akan sedikit tegas dan keras jika memang telah mengancam kedaulatan negara ini, kenapa penulis berharap demikian dikarenakan sikap beliau yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk PBB di NewYork, Amerika Serikat membuat perwakilan negara-negara anggota PBB terpengarah dengan sikapnya yang abstain dengan catatan ketika Dewan Keamanan PBB meminta negara-negara anggota PBB untuk mengambil sikap dalam kasus (kalau tidak salah) soal nuklir Iran, tetapi kenyataannya sekarang ini KEMANA suara lantang ketika sidang PBB jika melihat kasus Malay ini ?
Soal Malay bukan maksud untuk menghina atau mencemarkan negara tersebut tetapi kalau dilihat negara Malay ini negara yang tidak punya apa-apa kalau di bandingkan dengan negara kita, maksudnya ? kita bisa lihat Menara kembar Petronas yang pernah menjadi gedung tertinggi nomor sekian di dunia itu SIAPA yang membuat pondasi, mengaduk semennya atau memasang instalasi listrik dan perangkat lainnya didalam sana ? orang Malay sendiri ? BUKAN, tapi orang Indonesia !
Kemudian, SIAPA yang mengaduk semen, SIAPA yang membuat pondasi daripada gedung-gedung, Stadion yang berada di Komplek Pemerintahan Bukit Putra Jalil ? orang Malay sendiri kah ? BUKAN, tapi orang Indonesia ! dari sini saja seharusnya Menlu bisa bertindak tegas dengan cara protes keras kepada Kedutaan Besar Malay dengan cara memanggil Duta Besar mereka kalau tidak bisa juga kiranya Menlu menarik dan menutup KBRI dan KJRI yang ada di Malay beberapa waktu supaya mereka akan berpikir beratus kali jika ingin bermain-main dengan negara ini tetapi kenyataannya ?
Penulis juga agak kurang nyaman jika setiap masalah antara Indonesia-Malay selalu diselesaikan dengan diplomasi atau bercakap-cakap sambil minum teh atau MOU tetapi kenyataannya terus berulah, kita bisa lihat berapa banyak kertas MOU antara Indonesia dengan Malay soal TKI/W tetapi kenyataannya masih banyak TKI/W yang disiksa, gaji tidak dibayar, dituduh membunuh atau mencuri kalau sudah begini MASIH PERLU diplomasi atau ber-MOU ria ?
Lagi pula tanpa negara itu pun kita bisa mandiri kok, buat apa wilayah kita yang luas dan paling luas di dunia tetapi bergantung kepada negara asing, Korea Utara dan negara-negara Afrika saja yang kecil dan lebih rendah GDPnya dari pada negara kita ini bisa mandiri bahkan Afrika Selatan bisa jadi tuan rumah daripada Piala Dunia 2010 sedangkan negara kita ?
Sudah saatnya Menlu bersikap tegas kepada negara-negara yang ingin coba-coba memancing amarah rakyat atau kedaulatan rakyat, para pendiri bangsa ini merumuskan dan memerdekakan negara ini BUKAN untuk di main-mainkan oleh negara lain tetapi menunjukkan kalau negara ini tidak bisa diremehkan begitu saja oleh siapa saja, jadi buat Menlu TUNJUKKAN sikap anda ketika menjabat PTRI lalu di setiap kesempatan apalagi yang mencoba memancing amarah dan kedaulatan rakyat..
Taman Pejambon, 160710 15:10
Rhesza
Pendapat Pribadi
Untuk kesekian kalinya negara tetangga kita, Malay berbuat ulah terhadap negara ini dimana dalam waktu 76 jam menjelang detik-detik proklamasi kita dikejutkan dengan adanya penahanan 3 petugas patroli laut dari Kementerian Kelautan dan Perikanan-KKP yang sedang membawa kapal nelayan Malay yang tertangkap basah berada di perairan Indonesia, singkat cerita akhirnya ketiga petugas Patroli laut KKP ini diTUKAR (walaupun kata di tukar ini dibantah oleh Menlu) dengan 7 nelayan Malay.
Mungkin penulis dan semua pembaca merasa gerah dengan sikap Malay terhadap negara ini, mulai dari kasus pulau Sipadan-Ligitan, Ambalat, Batik, lagu Rasa Sayange, TKI / W yang di lecehkan dan masih banyak lagi kasus yang dibuat oleh Malay tetapi sikap negara ini pun hanya adem ayem saja dan tidak ada tindakan tegas dari negara terutama Presiden atau Menteri Luar Negeri.
Keadaan ini sangat kontras sekali dengan kondisi ketika jaman pemerintahan Ir. Soekarno dimana pada saat itu Malay berulah kepada negara ini, Presiden Soekarno pun langsung lantang marah dan mencoba membangkitkan patriotisme rakyat membuat negara malay kalang kabut tetapi sekarang.
Ketika nama Marty Natalegawa masuk dalam jajaran yang akan menduduki kabinet menteri Indonesia bersatu jilid 2 penulis berharap diplomasi dan hubungan Indonesia terhadap negara-negara luar akan sedikit tegas dan keras jika memang telah mengancam kedaulatan negara ini, kenapa penulis berharap demikian dikarenakan sikap beliau yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk PBB di NewYork, Amerika Serikat membuat perwakilan negara-negara anggota PBB terpengarah dengan sikapnya yang abstain dengan catatan ketika Dewan Keamanan PBB meminta negara-negara anggota PBB untuk mengambil sikap dalam kasus (kalau tidak salah) soal nuklir Iran, tetapi kenyataannya sekarang ini KEMANA suara lantang ketika sidang PBB jika melihat kasus Malay ini ?
Soal Malay bukan maksud untuk menghina atau mencemarkan negara tersebut tetapi kalau dilihat negara Malay ini negara yang tidak punya apa-apa kalau di bandingkan dengan negara kita, maksudnya ? kita bisa lihat Menara kembar Petronas yang pernah menjadi gedung tertinggi nomor sekian di dunia itu SIAPA yang membuat pondasi, mengaduk semennya atau memasang instalasi listrik dan perangkat lainnya didalam sana ? orang Malay sendiri ? BUKAN, tapi orang Indonesia !
Kemudian, SIAPA yang mengaduk semen, SIAPA yang membuat pondasi daripada gedung-gedung, Stadion yang berada di Komplek Pemerintahan Bukit Putra Jalil ? orang Malay sendiri kah ? BUKAN, tapi orang Indonesia ! dari sini saja seharusnya Menlu bisa bertindak tegas dengan cara protes keras kepada Kedutaan Besar Malay dengan cara memanggil Duta Besar mereka kalau tidak bisa juga kiranya Menlu menarik dan menutup KBRI dan KJRI yang ada di Malay beberapa waktu supaya mereka akan berpikir beratus kali jika ingin bermain-main dengan negara ini tetapi kenyataannya ?
Penulis juga agak kurang nyaman jika setiap masalah antara Indonesia-Malay selalu diselesaikan dengan diplomasi atau bercakap-cakap sambil minum teh atau MOU tetapi kenyataannya terus berulah, kita bisa lihat berapa banyak kertas MOU antara Indonesia dengan Malay soal TKI/W tetapi kenyataannya masih banyak TKI/W yang disiksa, gaji tidak dibayar, dituduh membunuh atau mencuri kalau sudah begini MASIH PERLU diplomasi atau ber-MOU ria ?
Lagi pula tanpa negara itu pun kita bisa mandiri kok, buat apa wilayah kita yang luas dan paling luas di dunia tetapi bergantung kepada negara asing, Korea Utara dan negara-negara Afrika saja yang kecil dan lebih rendah GDPnya dari pada negara kita ini bisa mandiri bahkan Afrika Selatan bisa jadi tuan rumah daripada Piala Dunia 2010 sedangkan negara kita ?
Sudah saatnya Menlu bersikap tegas kepada negara-negara yang ingin coba-coba memancing amarah rakyat atau kedaulatan rakyat, para pendiri bangsa ini merumuskan dan memerdekakan negara ini BUKAN untuk di main-mainkan oleh negara lain tetapi menunjukkan kalau negara ini tidak bisa diremehkan begitu saja oleh siapa saja, jadi buat Menlu TUNJUKKAN sikap anda ketika menjabat PTRI lalu di setiap kesempatan apalagi yang mencoba memancing amarah dan kedaulatan rakyat..
Taman Pejambon, 160710 15:10
Rhesza
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar