Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.
Perhelatan sepakbola dunia sudah usai dengan keluarnya Spanyol sebagai Jawaranya Dunia sepakbola sejagat, usai juga hingar-bingar dan telat bangun selama sebulan ini yang sering kita lakukan dan yang ada sekarang adalah sejumlah klub sedang mencoba peruntungan untuk membeli beberapa pemain yang bersinar di Piala Dunia untuk meraih sukses diliga mereka.
Tetapi beberapa minggu ini khususnya pecinta sepakbola Indonesia disuguhkan dengan dua berita yang heboh, kalau satu berita ini sebenarnya sudah lama di munculkan tetapi hilang dan sekarang coba dimunculkan lagi yaitu soal adanya pemanggilan pemain asing yang memiliki darah Indonesia untuk datang dan membantu PSSI agar berprestasi, kemudian satu lagi tentang adanya berita dimana PSSI tengah bernegosiasi dengan pelatih Timnas Turki yang juga pernah melatih tim Serie A, Fatih Terim agar bisa melatih Timnas Indonesia dan kalau ini sukses maka target yang diberikan PSSI kepada Fatih Terim adalah Indonesia main di Piala Dunia 2018.
Penulis saat ini hanya ingin membahas soal proyek naturalisasi yang dicanangkan oleh PSSI kalau soal Fatih Terim mungkin setelah tulisan ini kali yah…proyek naturalisasi ini bukan proyek mimpi PSSI yang pertama kali dalam rangka meningkatkan prestasi sepakbola Indonesia di pentas dunia tetapi dari semua proyek-proyek mimpi itu tidak ada satu pun yang berprestasi.
Kita mungkin masih ingat dengan proyek Garuda, Baretti, Primavera pada tahun 1990-an dimana sejumlah pemain usia dini di kirim oleh PSSI ke Italia dan beberapa ditampung klub liga Italia untuk menimba ilmu dan skill yang ada di Italia sana, alumni dari proyek ini pun sekarang kita kenal sebagai pemain top atau mungkin sekarang sebagai pelatih seperti, Bima Sakti, Kurniawan DJ, Aji Santoso, Yeyen Tumiwa, (alm) Eri Erianto, dan masih banyak lagi. Kemudian pada era tahun 2000-an hingga sekarang kita mengenal proyek TC Belanda yang dipersiapkan untuk menghadapi Asean Games pada tahun 2008 dan juga Pra Piala Dunia 2010, dan yang sekarang lagi aktif adalah proyek Uruguay dimana belasan pemain usia 19 tahun kebawah dikirim ke Uruguay untuk menempa ilmu kompetisi dimana Indonesia membuat semacam “klub” yang bergabung dalam kompetisi liga Uruguay beberapa pemain ini perkuat Indonesia dalam ajang Pra Piala Asia U-19 lewat ajang ini kita bisa kenal dengan yang namanya Syamsir Alam.
Pertanyaannya sekarang adalah dari proyek Garuda, Baretti, Primavera, TC Belanda hingga Uruguay ini adakah prestasi internasional yang diperoleh minimal Juara Asia ? atau paling tidak kita bisa masuk dan sejajar dengan Jepang, Korea dan China sebagai unggulan pertama ketika adanya pengundian Group, adakah ? ternyata TIDAK a.k.a NOL BESAR, semua proyek itu TIDAK menghasilkan apa-apa bagi negara khususnya PSSI dan masyarakat pecinta sepakbola Indonesia yang ada hanya malu ketika tahun 1998 dimana hanya karena takut ketemu dengan Vietnam akhirnya Timnas Indonesia melakukan permainan kotor ketika bermain dengan Timnas Thailand walaupun akhirnya Timnas Vietnam yang menang Piala Tiger (sekarang bernama AFF Cup) akibat permainan kotor ini juga membuat Ketua Umum PSSI kala itu Ir. Azwar Anas harus mundur dari kursi PSSI-01.
Kembali soal rencana naturalisasi, ada beberapa pertanyaan yang ingin penulis tanyakan kepada para penguasa bola nasional ini yaitu pertama, sudah yakin jika program naturalisasi ini bisa membuat Indonesia sukses bahkan juara di tingkat internasional mulai dari Asia hingga (mungkin) Juara Dunia, karena faktanya kita bisa lihat Portugal dengan Deco, warga Brazil yang akhirnya naturalisasi menjadi warga Portugal sampai detik ini belum bisa membawa Portugal berprestasi, Cuma klub saja yang ia bisa kasih prestasi di Barcelona dan Chelsea, kemudian di Jepang ada Alex naturalisasi dari Brazil yang berposisi sebagai Bek sampai sekarang Alex belum bisa memberikan yang terbaik untuk Timnas Jepang, atau skuad daripada Tim Kangguru Australia yang rata-rata adalah bukan warga asli australia melainkan imigran-imigran sampai sekarang pun belum bisa memberikan yang terbaik baik Timnas walaupun di tingkat klub juga masih belum menyakinkan.
Kedua, apakah PSSI bisa menjamin mereka BENAR-BENAR TULUS DARI NURANI membela Timnas sementara kita tahu mereka ingin membela karena (mungkin) di negara mereka tinggal tidak pernah dilirik oleh pelatih timnas negaranya dan juga mau berkomunikasi dan bekerjasama dengan para staff Timnas dan juga pemain lokal ? jangan sampai karena mereka dibutuhkan maka mereka dulu diprioritaskan dahulu daripada para pemain lokal.
Kalau isu ini ditanya kepada penulis, maka penulis akan tegas dan terang-terangan menolak keras usaha daripada PSSI ini kenapa ? Pertama, ini hanya akal-akalan dan gejala Stroke saja di kalangan sepakbola kita karena tidak tahu harus bagaimana lagi agar sepakbola Indonesia bisa dikenal dunia, kedua penulis tidak yakin dengan sikap daripada para pemain yang dipanggil oleh PSSI karena memiliki darah Indonesia tulus membela Timnas Merah Putih kenapa penulis bilang begitu ?
Alasannya begini karena mereka dalam melaksanakan kegiatan timnas pasti terbentu dengan status kewarganegaraan dengan apa yang dianut negara ini, kita tahu bahwa Republik Indonesia belum bisa mengakui adanya dua kewarganegaraan dan ini sudah terjadi di kalangan pesebakbola londo itu ketika ditemui jurnalis.
Terbukti dimana salahsatu pemain yang diundang ke Indonesia, Alessandro Trabucco dimana ketika wartawan menanyakan apakah ia mau membela Timnas Indonesia tetapi pasport Italianya harus berganti dengan pasport lambang Garuda, dengan spontan ia mengatakan bahwa ia sangat ingin membela Timnas Indonesia tetapi ia juga tidak mau kehilangan status pasport Italia dari sini saja sudah jelas apa yang mereka cari itu baru satu pemain bagaimana dengan yang lain ?
Penulis melihat sepertinya para pejabat PSSI ini ingin mencoba apa yang dilakukan Singapura dengan anggapan kalau Singapura bisa kenapa Indonesia tidak bisa dalam hal bagi-bagi naturalisasi bagi atlet China demi menaikkan popularitas olahraga di Singapura, Singapura jelas mereka kurang SDM kemudian geografisnya pun hasil curian pasir dari kepulauan Indonesia yang dekat dengan mereka jadi sangat wajar mereka mengobral kewarganegaraan, sedang kita ? geografis segede gaban, SDM banyak tersebar dari Sabang Merauke dari Miangas hingga Rote masak untuk menentukan 23 pemain saja susahnya minta ampun sampai harus mengadakan sayembara siapa yang mau main untuk Timnas Indonesia !
Lagi pula apakah PSSI bisa membiayai hidup para londo-londo ini kalau memang jadi memakai jasa mereka selama tinggal di Jakarta ? kita tahu lah bagaimana kehidupan pemain sepakbola dunia terutama belahan Eropa yang penuh glamour, dana dari mana PSSI untuk membiayai misalnya membayarkan apartemen mereka yang kategori mewah, mobil dan pernak-pernik lainnya yang mereka minta dengan (mungkin) sedikit ancaman kalau tidak terpenuhi jangan harap bisa main bagus bahkan memberikan prestasi untuk Timnas Indonesia termasuk biaya visa dan tiket pesawat mereka jika memang mereka tidak mau menggunakan pasport Garuda sementara untuk bayar bulanan dan kontrak Pelatih Alfred Riedl saja PSSI NGEMIS kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia agar bisa membantu dalam membayar bulanan dan kontrak sang pelatih
Apakah para pejabat PSSI ini TIDAK SADAR dengan kebijakan ini membuat sakit hati bahkan melecehkan daripada adik-adik kita yang sedari dini sudah ingin bercita-cita berlatih sepakbola di SSB atau klub dengan SATU TUJUAN dan CITA-CITA untuk mengenakan seragam Timnas Merah Putih dengan lambang Garuda di dada dan main di GBK Std HARUS PUPUS dengan kebijakan PSSI yang mengimpor Londo-londo ini
Tetapi yang terpenting dan menjadi pertanyaan dari ini semua adalah apakah mereka MEMILIKI sifat nasionalisme kebangsaan Indonesia ? karena kita tahu mereka hanya memiliki darah Indonesia tetapi apakah dengan darah Indonesia ini mereka tahu tentang geografis Indonesia, kebudayaan dan sejarah Indonesia ? percuma saja mereka bermain untuk Timnas tetapi tidak tahu apa itu Indonesia bahkan dalam berbicara pun tidak menggunakan bahasa Indonesia benar tidak ?
Kita bisa lihat bagaimana dengan pemain naturalisasi yang ada di Jerman seperti Mesut Oezil asal Turki, Sami Khaidera asal Tunisia apa yang melatarbelakangi mereka padahal darah mereka BUKAN darah Jerman, tetapi NASIONALISME mereka terhadap negara yang mereka tinggal dari kecil hingga saat ini walaupun naturalisasi itu baru didapatnya beberapa tahun belakangan ini tetapi kembali lagi rasa NASIONALISME itu yang tertanam dalam nurani sedangkan para pemain yang di panggil PSSI itu ?!
Kiranya para pejabat PSSI ini memikirkan kembali terhadap sikapnya percuma saja heboh memanggil para pemain yang memiliki darah Indonesia tetapi nyatanya bukan prestasi yang didapat tetapi malah diskriminasi potensi yang ada bisa menghancurkan daripada masa depan sepakbola di negara ini…
GBK Stadion
Rhesza
Pendapat Pribadi
Perhelatan sepakbola dunia sudah usai dengan keluarnya Spanyol sebagai Jawaranya Dunia sepakbola sejagat, usai juga hingar-bingar dan telat bangun selama sebulan ini yang sering kita lakukan dan yang ada sekarang adalah sejumlah klub sedang mencoba peruntungan untuk membeli beberapa pemain yang bersinar di Piala Dunia untuk meraih sukses diliga mereka.
Tetapi beberapa minggu ini khususnya pecinta sepakbola Indonesia disuguhkan dengan dua berita yang heboh, kalau satu berita ini sebenarnya sudah lama di munculkan tetapi hilang dan sekarang coba dimunculkan lagi yaitu soal adanya pemanggilan pemain asing yang memiliki darah Indonesia untuk datang dan membantu PSSI agar berprestasi, kemudian satu lagi tentang adanya berita dimana PSSI tengah bernegosiasi dengan pelatih Timnas Turki yang juga pernah melatih tim Serie A, Fatih Terim agar bisa melatih Timnas Indonesia dan kalau ini sukses maka target yang diberikan PSSI kepada Fatih Terim adalah Indonesia main di Piala Dunia 2018.
Penulis saat ini hanya ingin membahas soal proyek naturalisasi yang dicanangkan oleh PSSI kalau soal Fatih Terim mungkin setelah tulisan ini kali yah…proyek naturalisasi ini bukan proyek mimpi PSSI yang pertama kali dalam rangka meningkatkan prestasi sepakbola Indonesia di pentas dunia tetapi dari semua proyek-proyek mimpi itu tidak ada satu pun yang berprestasi.
Kita mungkin masih ingat dengan proyek Garuda, Baretti, Primavera pada tahun 1990-an dimana sejumlah pemain usia dini di kirim oleh PSSI ke Italia dan beberapa ditampung klub liga Italia untuk menimba ilmu dan skill yang ada di Italia sana, alumni dari proyek ini pun sekarang kita kenal sebagai pemain top atau mungkin sekarang sebagai pelatih seperti, Bima Sakti, Kurniawan DJ, Aji Santoso, Yeyen Tumiwa, (alm) Eri Erianto, dan masih banyak lagi. Kemudian pada era tahun 2000-an hingga sekarang kita mengenal proyek TC Belanda yang dipersiapkan untuk menghadapi Asean Games pada tahun 2008 dan juga Pra Piala Dunia 2010, dan yang sekarang lagi aktif adalah proyek Uruguay dimana belasan pemain usia 19 tahun kebawah dikirim ke Uruguay untuk menempa ilmu kompetisi dimana Indonesia membuat semacam “klub” yang bergabung dalam kompetisi liga Uruguay beberapa pemain ini perkuat Indonesia dalam ajang Pra Piala Asia U-19 lewat ajang ini kita bisa kenal dengan yang namanya Syamsir Alam.
Pertanyaannya sekarang adalah dari proyek Garuda, Baretti, Primavera, TC Belanda hingga Uruguay ini adakah prestasi internasional yang diperoleh minimal Juara Asia ? atau paling tidak kita bisa masuk dan sejajar dengan Jepang, Korea dan China sebagai unggulan pertama ketika adanya pengundian Group, adakah ? ternyata TIDAK a.k.a NOL BESAR, semua proyek itu TIDAK menghasilkan apa-apa bagi negara khususnya PSSI dan masyarakat pecinta sepakbola Indonesia yang ada hanya malu ketika tahun 1998 dimana hanya karena takut ketemu dengan Vietnam akhirnya Timnas Indonesia melakukan permainan kotor ketika bermain dengan Timnas Thailand walaupun akhirnya Timnas Vietnam yang menang Piala Tiger (sekarang bernama AFF Cup) akibat permainan kotor ini juga membuat Ketua Umum PSSI kala itu Ir. Azwar Anas harus mundur dari kursi PSSI-01.
Kembali soal rencana naturalisasi, ada beberapa pertanyaan yang ingin penulis tanyakan kepada para penguasa bola nasional ini yaitu pertama, sudah yakin jika program naturalisasi ini bisa membuat Indonesia sukses bahkan juara di tingkat internasional mulai dari Asia hingga (mungkin) Juara Dunia, karena faktanya kita bisa lihat Portugal dengan Deco, warga Brazil yang akhirnya naturalisasi menjadi warga Portugal sampai detik ini belum bisa membawa Portugal berprestasi, Cuma klub saja yang ia bisa kasih prestasi di Barcelona dan Chelsea, kemudian di Jepang ada Alex naturalisasi dari Brazil yang berposisi sebagai Bek sampai sekarang Alex belum bisa memberikan yang terbaik untuk Timnas Jepang, atau skuad daripada Tim Kangguru Australia yang rata-rata adalah bukan warga asli australia melainkan imigran-imigran sampai sekarang pun belum bisa memberikan yang terbaik baik Timnas walaupun di tingkat klub juga masih belum menyakinkan.
Kedua, apakah PSSI bisa menjamin mereka BENAR-BENAR TULUS DARI NURANI membela Timnas sementara kita tahu mereka ingin membela karena (mungkin) di negara mereka tinggal tidak pernah dilirik oleh pelatih timnas negaranya dan juga mau berkomunikasi dan bekerjasama dengan para staff Timnas dan juga pemain lokal ? jangan sampai karena mereka dibutuhkan maka mereka dulu diprioritaskan dahulu daripada para pemain lokal.
Kalau isu ini ditanya kepada penulis, maka penulis akan tegas dan terang-terangan menolak keras usaha daripada PSSI ini kenapa ? Pertama, ini hanya akal-akalan dan gejala Stroke saja di kalangan sepakbola kita karena tidak tahu harus bagaimana lagi agar sepakbola Indonesia bisa dikenal dunia, kedua penulis tidak yakin dengan sikap daripada para pemain yang dipanggil oleh PSSI karena memiliki darah Indonesia tulus membela Timnas Merah Putih kenapa penulis bilang begitu ?
Alasannya begini karena mereka dalam melaksanakan kegiatan timnas pasti terbentu dengan status kewarganegaraan dengan apa yang dianut negara ini, kita tahu bahwa Republik Indonesia belum bisa mengakui adanya dua kewarganegaraan dan ini sudah terjadi di kalangan pesebakbola londo itu ketika ditemui jurnalis.
Terbukti dimana salahsatu pemain yang diundang ke Indonesia, Alessandro Trabucco dimana ketika wartawan menanyakan apakah ia mau membela Timnas Indonesia tetapi pasport Italianya harus berganti dengan pasport lambang Garuda, dengan spontan ia mengatakan bahwa ia sangat ingin membela Timnas Indonesia tetapi ia juga tidak mau kehilangan status pasport Italia dari sini saja sudah jelas apa yang mereka cari itu baru satu pemain bagaimana dengan yang lain ?
Penulis melihat sepertinya para pejabat PSSI ini ingin mencoba apa yang dilakukan Singapura dengan anggapan kalau Singapura bisa kenapa Indonesia tidak bisa dalam hal bagi-bagi naturalisasi bagi atlet China demi menaikkan popularitas olahraga di Singapura, Singapura jelas mereka kurang SDM kemudian geografisnya pun hasil curian pasir dari kepulauan Indonesia yang dekat dengan mereka jadi sangat wajar mereka mengobral kewarganegaraan, sedang kita ? geografis segede gaban, SDM banyak tersebar dari Sabang Merauke dari Miangas hingga Rote masak untuk menentukan 23 pemain saja susahnya minta ampun sampai harus mengadakan sayembara siapa yang mau main untuk Timnas Indonesia !
Lagi pula apakah PSSI bisa membiayai hidup para londo-londo ini kalau memang jadi memakai jasa mereka selama tinggal di Jakarta ? kita tahu lah bagaimana kehidupan pemain sepakbola dunia terutama belahan Eropa yang penuh glamour, dana dari mana PSSI untuk membiayai misalnya membayarkan apartemen mereka yang kategori mewah, mobil dan pernak-pernik lainnya yang mereka minta dengan (mungkin) sedikit ancaman kalau tidak terpenuhi jangan harap bisa main bagus bahkan memberikan prestasi untuk Timnas Indonesia termasuk biaya visa dan tiket pesawat mereka jika memang mereka tidak mau menggunakan pasport Garuda sementara untuk bayar bulanan dan kontrak Pelatih Alfred Riedl saja PSSI NGEMIS kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia agar bisa membantu dalam membayar bulanan dan kontrak sang pelatih
Apakah para pejabat PSSI ini TIDAK SADAR dengan kebijakan ini membuat sakit hati bahkan melecehkan daripada adik-adik kita yang sedari dini sudah ingin bercita-cita berlatih sepakbola di SSB atau klub dengan SATU TUJUAN dan CITA-CITA untuk mengenakan seragam Timnas Merah Putih dengan lambang Garuda di dada dan main di GBK Std HARUS PUPUS dengan kebijakan PSSI yang mengimpor Londo-londo ini
Tetapi yang terpenting dan menjadi pertanyaan dari ini semua adalah apakah mereka MEMILIKI sifat nasionalisme kebangsaan Indonesia ? karena kita tahu mereka hanya memiliki darah Indonesia tetapi apakah dengan darah Indonesia ini mereka tahu tentang geografis Indonesia, kebudayaan dan sejarah Indonesia ? percuma saja mereka bermain untuk Timnas tetapi tidak tahu apa itu Indonesia bahkan dalam berbicara pun tidak menggunakan bahasa Indonesia benar tidak ?
Kita bisa lihat bagaimana dengan pemain naturalisasi yang ada di Jerman seperti Mesut Oezil asal Turki, Sami Khaidera asal Tunisia apa yang melatarbelakangi mereka padahal darah mereka BUKAN darah Jerman, tetapi NASIONALISME mereka terhadap negara yang mereka tinggal dari kecil hingga saat ini walaupun naturalisasi itu baru didapatnya beberapa tahun belakangan ini tetapi kembali lagi rasa NASIONALISME itu yang tertanam dalam nurani sedangkan para pemain yang di panggil PSSI itu ?!
Kiranya para pejabat PSSI ini memikirkan kembali terhadap sikapnya percuma saja heboh memanggil para pemain yang memiliki darah Indonesia tetapi nyatanya bukan prestasi yang didapat tetapi malah diskriminasi potensi yang ada bisa menghancurkan daripada masa depan sepakbola di negara ini…
GBK Stadion
Rhesza
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar