Rabu, 27 Agustus 2008 bertempat di Gedung Mahkamah Konstitusi sedang berlangsung pertemuan antar sesama mantan aktivis yang pada tahun 1998 mengkudeta dinasti Cendana untuk mundur dan tahun itulah Indonesia dimata dunia telah melakukan semacam Reformasi Demokrasi lewat aksi yang dilakukan oleh kalangan Aktivis 98 ini.
Mungkin karena bosan atau lain hal, sebagian para aktivis ini setahun setelah reformasi memilih jalur Senayan untuk memperbaiki negara ini yang sudah hancur, tetapi kenyataannya apa ? suara mereka ibarat iklan sebuah mobil bertenaga diesel Nyaris tak terdengar begitu juga aktivis 98 yang masuk pada periode 2004-2009 nasibnya sama dengan kawan mereka terdahulu.
Ehh..pesta demokrasi tahun 2009 yang tidak menghitung bulan, makin banyak aktivis 98 yang masuk ke Senayan, salahsatunya ada pembesar dan perintis dari sebuah organisasi aktivis yang terkenal dengan jiwa frontal dan berkobar menyuarakan pembubaran sebuah partai bonekanya dinasti Cendana dan memahkamah rakyatkan sang dinasti Cendana, malah masuk Senayan lewat partai politik yang jargonnya mengusung rakyat jelata.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, ada apa dengan para aktivis’98 ini masuk ke Senayan terutama aktivis yang satu ini, padahal sepengetahuan RKM kalau tidak salah tokoh aktivis ini pernah menyindir temannya yang satu organisasi ini bahkan mengdaftar hitamkan dua rekannya karena masuk partai yang mereka larang tetapi kenyataannya masuk juga ini orang.
Sah-sah saja seorang aktivis masuk ke Senayan walaupun agak aneh dan janggal, karena kita tahu bagaimana pola aktivis yang pekerjaannya tidak kenal yang namanya tepat waktu dan hanya satu tempat.
Tapi pertanyaannya sekarang adalah, sejauh mana peran dari para aktivis ini terutama satu orang ini yang background pergerakannya selalu masuk dalam buku pengawasan intel tiap wilayah kepolisian di Indonesia jika masuk dan duduk di DPR secara kita bisa lihat bagaimana teman-teman mereka yang sudah duduk di Senayan mulai dari tahun 1999 hingga 2004, ternyata apa ? tidak ada tuch suara mereka yang lantang bahkan kontroversi melawan pemerintah dalam hal kebijakan untuk rakyat, kemana suara lantang anda wahai para aktivis yang masuk Senayan mulai periode 1999-2005 dan 2004-2009 ketika anda di Jalan one by one ketika berhadapan adu argumen dengan komandan keamanan lapangan yang mengamankan mereka berdemo pada saat sang aktivis ini menjadi anggota rapat mulai dari komisi hingga paripurna yang penulis dengar, apakah ini juga akan sama dengan aktivis yang sekarang mengantri untuk masuk dan merasa aura demokrasi di Senayan yang jelas-jelas semu belaka dan penuh kebohongan serta kemunafikan ?
Memang kita akui bahwa tanpa angkatan 98 ini, negara ini tidak akan menjadi negara seperti ini bebas dari kungkungan pemerintahan dinasti yang tidak tahu diri, serta para pejabat yang lulusan universitas yang kalau orang Indonesia bilang bagus tetapi belum tentu di negara asalnya walaupun nyatanya masih saja banyak orang lulusan pegang jabatan strategis. Tetapi begitu Reformasi sampai detik ini negara ini belum juga menunjukkan arti dari kata Reformasi itu sendiri secara nyata ?
Memang disatu sisi tanpa partai apalah arti dari pemikiran kita, karena negara kita baru bisa meraba yang namanya independen atau jalur netral seperti yang digunakan dalam pemilihan kepala daerah tetapi belum sampai ke arah anggota dewan secara perseorangan sehingga bisa dimaklumi kalau sebelum masuk ke Senayan para tokoh-tokoh aktivis yang selalu lantang bersuara hingga hilang suaranya setelah masuk Senayan malah diam seribu bahasa dan menganut diam adalah emas, tapi itulah yang ada sekarang ini.
Wahai para Aktivis, gunakanlah pemikiran anda yang selama anda andalkan di jalan ketika anda berkoar-koar atas nama rakyat jelata dan miskin di rumah rakyat, jangan Cuma bisa cuap-cuap saja di jalan begitu masuk rumah rakyat seperti orang bego tapi terima uang berlimpah tanpa melihat nasib rakyat jelata. Nasib 220 juta rakyat Indonesia berada di pundak dan tanganmu demi negara yang maju, kami tunggu suara lantang dan keras anda di rumah rakyat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar