Selasa, 02 September 2008

Kalah..Kok Bisa Juara Turnament ya..

Judul itu penulis ambil ketika sedang membaca sebuah tabloid olahraga dimana Tim Nasional sepakbola Indonesia A juara Piala Kemerdekaan padahal secara fakta di lapangan Timnas kita tertinggal 0-1 dari Tim Libya U-23, apa yang menyebabkan Timnas kita menang ?


Ternyata Timnas Libya U-23 walk out karena pelatih mereka tidak mendapatkan perlindungan dari panitia, dikarenakan adanya aksi pemukulan yang dilakukan oleh Pelatih Kiper Timnas Indonesia, ini menurut penjelasan dari sang Pelatih Libya U-23 yang mengatakan bahwa lensa kacamatanya pecah karena pemukulan itu, sehingga sang Pelatih Libya U-23 melapor ke Federasinya dan waktu itu juga Federasi Sepak Bola Libya memutuskan tidak melanjutkan pertandingan karena tidak ada jaminan keamanan dari pihak Indonesia selaku panitia.


Inikah bentuk tidak sportif dari insan sepakbola nasional disaat ketinggalan pertandingan langsung melakukan aksi yang tidak simpati ? kita bisa lihat bagaimana kondisi sepakbola kita terutama di ajang liga dimana setiap klub yang menjadi tuan rumah pasti menang dan diberi keuntungan oleh wasit ketimbang tim tamu, pantas saja kalau ini menular sampai ke Timnas seperti apa yang terjadi di ajang Pertamina Independece Cup 2008 kemarin.

Seharusnya PSSI harus berkaca dan menurunkan komdis untuk menyelidiki ini, karena ini bisa presden buruk kalau Federasi Sepak Bola Libya melaporkan kasus ini kepada Komisi Disiplin FIFA, dan tidak menutup kemungkinan sanksi tidak boleh berlaga di semua ajang internasioanl hingga periode tertentu, apakah sepakbola kita seperti macan kertas saja, jago kandang tapi ga bisa kemana-mana karena sanksi.


Tapi kalau menurut RKM memang sudah harus begini kali biar semua pengurus PSSI sadar akan tugasnya dan berjiwa satria untuk mundur dari kursinya, ada benarnya kalau Federasi Sepak Bola Libya melaporkan ke FIFA biar Indonesia terutama PSSI kena sanksi karena menurut RKM ada dua sisi kalau kita kena sanksi dari FIFA, yang pertama secara kualitas kita akan tertinggal jauh tetapi disatu sisi dengan adanya larangan bertanding dari FIFA di setiap kalender FIFA setidaknya kita semua bisa intropeksi terutama pengurus PSSI sekarang karena FIFA sebenarnya sudah tidak percaya dengan struktur organisasi yang dipimpin oleh pesakitan, tetapi karena keras kepala, muka penjilat dan kepala batunya para pengurus yang ada membuat kompetisi dan aura sepakbola kita semakin tidak jelas arahnya. Betul tidak ?


Apakah Federasi Sepakbola Libya mau melaporkan insiden final Pertamnia Independence Cup 2008 ke FIFA dan merekomendasikan Indonesia untuk di hukum tidak boleh bertanding di ajang internasional yang masuk kalender FIFA, atau di biarkan begitu saja dengan diselesaikan secara kekeluargaan seperti apa yang selalu digunakan oleh rakyat Indonesia yang sampai tidak pernah maju karena paham ini ? kita lihat saja kelanjutannya.

Tidak ada komentar: