Pertama-tama mohon maaf kepada institusi Polri di Papua kalau membaca tulisan ini merasa terhina tetapi inilah yang ada dan tidak dibuat, murni ungkapan pedih dari seorang RKM.Inilah model Polisi kita kalau pusing mikirin gaji yang tidak seberapa dengan pengorbanan sehingga begitu ada tawaran yang menggiurkan kewajiban dijadikan nomor sekian dan itulah yang terjadi di Papua.
Kenapa Papua, ini ada kaitannya dengan berita yang beredar di jaringan mailing list dan mungkin lewat mulut ke mulut dimana beberapa wartawan diintimidasi dan dihambat kerja sebagai jurnalis oleh satuan elite kepolisian yang ternyata mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tenaga keamanan perusahaan kapitalis tambang milik Amerika Serikat.
Kejadian ini berkaitan dengan peristiwa Bom yang meledak di bandara udara Timika yang tidak lain milik Perusahaan Tambang ini, posisi wartawan menurut RKM sudah sesuai dengan kaidah jurnalis bahkan seperti orang awam yang tidak tahu apa-apa mereka hanya menunggu hasil dari penyidikan itu, yang jadi masalah adalah arogansi dari staff keamanan perusahaan itu ketika melihat sekelompok wartawan yang sedang mengambil gambar di komplek satuan elite kepolisian untuk kebutuhan berita, dan menanyakan kepada komandan tinggi dari satuan elite itu, dan najisnya sang komandan itu lantas menarik kerah dari jurnalis salahsatu stasiun teve swasta pertama di Indonesia, setelah memberitahu bahwa sang jurnalis telah mendapatkan ijin, sang komandan langsung pergi tetapi tiba-tiba anak buahnya dengan pakaian perang lengkap berikut jaket antipeluru menarik kerah baju dan menggiring beberapa jurnalis yang terlihat oleh sang staff keamanan perusahaan tambang itu kedalam ruangan, singkat cerita mereka ditanyai dan diperiksa bahkan kamera dan kaset diamankan oleh mereka, dan parahnya adalah ucapan daripada seorang prajurit yang mengatakan bahwa jurnalis ini bisa saja ditembak dan dilaporkan dalam berita acara sebagai gerakan pengacau keamanan-GPK OPM, ini konyol sekali tindakan dari aparat satuan elite ini
Ini bukan sekali saja jurnalis yang bertugas di Papua mendapatkan intimidasi ternyata sudah beberapa kali, bahkan Kepala Polisi mulai dari Polisi Daerah (POLDA) hingga Polisi Sektor (POLSEK) tidak bisa membedakan yang mana namanya keadilan malah justru pernah menjuluki jurnalis ini ketika meliput berita tawuran kampung dengan kata MALING !! inikah Polisi kita yang sudah dibutakan hanya karena kesejahteraan mereka kurang, sehingga akhirnya merelakan kewajiban dia yang sudah diatur dalam sumpah profesi mereka.
Kita tidak usah heranlah dengan keberadaan perusahaan kapitalis tambang asal Amerika ini yang jelas-jelas sudah memperkosa secara asal-asalan isi perut bumi Papua yang seharusnya menjadi hak warga Papua, sehingga banyak warga Papua yang menderita karena ulah ini.
Memang kalau dilihat rakyat Papua ini sebenarnya bisa maju, tetapi karena mereka malas dan berpikiran toch hasil yang ada saat ini bisa digunakan hingga beberapa generasi sehingga model seperti ini membuka celah bagi perusahaan tambang kapitalis ini untuk memperluas usahanya ya dengan cara membujuk rakyat Papua dengan minuman keras dan tentunya lady escort yang memang sangat digemari oleh rakyat Papua untuk menyerahkan sebagian tanahnya untuk diperkosa oleh perusahaan ini supaya meraup untuk lebih banyak dan jadinya seperti ini.
RKM pernah membaca sebuah buku dimana ditulis bahwa peredaran uang haram dikalangan keamanan di Papua sangat kuat dan besar, karena banyak tangan dan pengaruh yang berperan dimana sebagian besar adalah kalangan jenderal baik Jenderal Polisi dan Jenderal Tentara yang ada di Jakarta, lewat upeti-upeti sehingga tidak heranlah banyak kasus illegal loging atau kasus lain yang tidak terselesaikan hingga vonis karena ya itu banyaknya jenderal dan purnawirawan yang bermain sehingga para aparat yang dibawah tidak berani memegang karena segan dan berada dibawah sekali jenjangnya, ibarat junior-senior dimana senior selalu benar dan tidak pernah salah sedikitpun.
Sudah saatnya Polisi di Papua bersikap atau kata – kata proklamator kita adalah saatnya BERDIKARI-BERdiri Kaki sendiRI tanpa ada lagi upeti-upeti dari siapa pun, ini menjadi tugas dan tantangan bagi KAPOLRI baik yang lama maupun yang baru nanti setelah di lantik oleh RI 1, jangan Cuma bisa berantas judi doank seperti yang dilakukan oleh KAPOLRI sekarang,tetapi harus bisa mereformasi aparatnya terutama yang menjadi tenaga security perusahaan besar yang berpengaruhi, kalau dulu kita kenal Sumatera Utara sebagai lab percobaan bagi perwira Polisi yang ingin sukses meniti karier karena banyaknya bandar judi yang menjilat supaya usahanya tidak di grebek terus ternyata harus diubah ke Papua, beranikah calon pengganti TriBrata 1 menghadapi ini semua terutama yang di Papua, termasuk memenjarakan Seniornya termasuk jika diantaranya Mantan Kapolri ?
Ini juga berlaku bagi pemerintah pusat, karena bagaimanapun ini salah Jakarta ketika jaman dinasti Cendana mempersilakan perusahaan kapitalis ini berkembang hingga saat ini dan tidak menutup kemungkinan banyak juga pejabat yang mendapatkan hasil dari keuntungan ini, sudah saatnya Pemerintah bersikap seperti yang dilakukan Presiden-Presiden di Amerika Latin dan Iran yang mengnasionalisasi perusahaan asing untuk dikelola oleh negara demi kepentingan rakyat yang menderita, tetapi hingga sekarang para pejabat kita sepertinya terbuai dengan apa yang diberikan perusahaan tersebut mulai dari yang ringan kunjungan wisata hingga mungkin jatah lady escort setiap bulan dari berbagai negara, mungkin seperti skandal yang baru-baru ini terbongkar di Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat direktorat perminyakan dimana setiap transaksi atau tender ada upetinya mulai dari ajakan makan malam hingga ajakan sex party antara PNS kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat dengan para sekretaris dan pimpinan perusahaan itu jika menangkan tender fiktif, apakah ini ada di negara kita juga ? wa’a hualam hanya para pejabat ini dan Tuhan yang tahu.
Sampai kapan jurnalis kita terutama di Papua dalam melaksanakan tugasnya selalu di intimidasi oleh pihak keamanan, dan sampai kapan Polisi kita dijadikan sapi perahan perusahaan tambang kapitalis demi nominal rupiah yang melebihi kesejahteraan mereka sebagai Polisi, sehingga rela harga diri mereka sebagai Polisi rendah bahkan diinjak-injak oleh perusahaan tambang kapitalis itu. Kita tidak tahu hanya Tuhanlah yang tahu !
Lebih baik menikmati hasil jerih payah sendiri walaupun sedikit, daripada jerih payah itu didapat dengan cara menjual harga diri dan institusi serta menyengsarakan rakyat kecil !!!
160908
Polkam-01
Kenapa Papua, ini ada kaitannya dengan berita yang beredar di jaringan mailing list dan mungkin lewat mulut ke mulut dimana beberapa wartawan diintimidasi dan dihambat kerja sebagai jurnalis oleh satuan elite kepolisian yang ternyata mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tenaga keamanan perusahaan kapitalis tambang milik Amerika Serikat.
Kejadian ini berkaitan dengan peristiwa Bom yang meledak di bandara udara Timika yang tidak lain milik Perusahaan Tambang ini, posisi wartawan menurut RKM sudah sesuai dengan kaidah jurnalis bahkan seperti orang awam yang tidak tahu apa-apa mereka hanya menunggu hasil dari penyidikan itu, yang jadi masalah adalah arogansi dari staff keamanan perusahaan itu ketika melihat sekelompok wartawan yang sedang mengambil gambar di komplek satuan elite kepolisian untuk kebutuhan berita, dan menanyakan kepada komandan tinggi dari satuan elite itu, dan najisnya sang komandan itu lantas menarik kerah dari jurnalis salahsatu stasiun teve swasta pertama di Indonesia, setelah memberitahu bahwa sang jurnalis telah mendapatkan ijin, sang komandan langsung pergi tetapi tiba-tiba anak buahnya dengan pakaian perang lengkap berikut jaket antipeluru menarik kerah baju dan menggiring beberapa jurnalis yang terlihat oleh sang staff keamanan perusahaan tambang itu kedalam ruangan, singkat cerita mereka ditanyai dan diperiksa bahkan kamera dan kaset diamankan oleh mereka, dan parahnya adalah ucapan daripada seorang prajurit yang mengatakan bahwa jurnalis ini bisa saja ditembak dan dilaporkan dalam berita acara sebagai gerakan pengacau keamanan-GPK OPM, ini konyol sekali tindakan dari aparat satuan elite ini
Kau taunya cari berita aja, Kalau kami tembak kalian di sini ( markas Brimob Papua edt)
kami bilang GPK bisa
Ini bukan sekali saja jurnalis yang bertugas di Papua mendapatkan intimidasi ternyata sudah beberapa kali, bahkan Kepala Polisi mulai dari Polisi Daerah (POLDA) hingga Polisi Sektor (POLSEK) tidak bisa membedakan yang mana namanya keadilan malah justru pernah menjuluki jurnalis ini ketika meliput berita tawuran kampung dengan kata MALING !! inikah Polisi kita yang sudah dibutakan hanya karena kesejahteraan mereka kurang, sehingga akhirnya merelakan kewajiban dia yang sudah diatur dalam sumpah profesi mereka.
Kita tidak usah heranlah dengan keberadaan perusahaan kapitalis tambang asal Amerika ini yang jelas-jelas sudah memperkosa secara asal-asalan isi perut bumi Papua yang seharusnya menjadi hak warga Papua, sehingga banyak warga Papua yang menderita karena ulah ini.
Memang kalau dilihat rakyat Papua ini sebenarnya bisa maju, tetapi karena mereka malas dan berpikiran toch hasil yang ada saat ini bisa digunakan hingga beberapa generasi sehingga model seperti ini membuka celah bagi perusahaan tambang kapitalis ini untuk memperluas usahanya ya dengan cara membujuk rakyat Papua dengan minuman keras dan tentunya lady escort yang memang sangat digemari oleh rakyat Papua untuk menyerahkan sebagian tanahnya untuk diperkosa oleh perusahaan ini supaya meraup untuk lebih banyak dan jadinya seperti ini.
RKM pernah membaca sebuah buku dimana ditulis bahwa peredaran uang haram dikalangan keamanan di Papua sangat kuat dan besar, karena banyak tangan dan pengaruh yang berperan dimana sebagian besar adalah kalangan jenderal baik Jenderal Polisi dan Jenderal Tentara yang ada di Jakarta, lewat upeti-upeti sehingga tidak heranlah banyak kasus illegal loging atau kasus lain yang tidak terselesaikan hingga vonis karena ya itu banyaknya jenderal dan purnawirawan yang bermain sehingga para aparat yang dibawah tidak berani memegang karena segan dan berada dibawah sekali jenjangnya, ibarat junior-senior dimana senior selalu benar dan tidak pernah salah sedikitpun.
Sudah saatnya Polisi di Papua bersikap atau kata – kata proklamator kita adalah saatnya BERDIKARI-BERdiri Kaki sendiRI tanpa ada lagi upeti-upeti dari siapa pun, ini menjadi tugas dan tantangan bagi KAPOLRI baik yang lama maupun yang baru nanti setelah di lantik oleh RI 1, jangan Cuma bisa berantas judi doank seperti yang dilakukan oleh KAPOLRI sekarang,tetapi harus bisa mereformasi aparatnya terutama yang menjadi tenaga security perusahaan besar yang berpengaruhi, kalau dulu kita kenal Sumatera Utara sebagai lab percobaan bagi perwira Polisi yang ingin sukses meniti karier karena banyaknya bandar judi yang menjilat supaya usahanya tidak di grebek terus ternyata harus diubah ke Papua, beranikah calon pengganti TriBrata 1 menghadapi ini semua terutama yang di Papua, termasuk memenjarakan Seniornya termasuk jika diantaranya Mantan Kapolri ?
Ini juga berlaku bagi pemerintah pusat, karena bagaimanapun ini salah Jakarta ketika jaman dinasti Cendana mempersilakan perusahaan kapitalis ini berkembang hingga saat ini dan tidak menutup kemungkinan banyak juga pejabat yang mendapatkan hasil dari keuntungan ini, sudah saatnya Pemerintah bersikap seperti yang dilakukan Presiden-Presiden di Amerika Latin dan Iran yang mengnasionalisasi perusahaan asing untuk dikelola oleh negara demi kepentingan rakyat yang menderita, tetapi hingga sekarang para pejabat kita sepertinya terbuai dengan apa yang diberikan perusahaan tersebut mulai dari yang ringan kunjungan wisata hingga mungkin jatah lady escort setiap bulan dari berbagai negara, mungkin seperti skandal yang baru-baru ini terbongkar di Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat direktorat perminyakan dimana setiap transaksi atau tender ada upetinya mulai dari ajakan makan malam hingga ajakan sex party antara PNS kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat dengan para sekretaris dan pimpinan perusahaan itu jika menangkan tender fiktif, apakah ini ada di negara kita juga ? wa’a hualam hanya para pejabat ini dan Tuhan yang tahu.
Sampai kapan jurnalis kita terutama di Papua dalam melaksanakan tugasnya selalu di intimidasi oleh pihak keamanan, dan sampai kapan Polisi kita dijadikan sapi perahan perusahaan tambang kapitalis demi nominal rupiah yang melebihi kesejahteraan mereka sebagai Polisi, sehingga rela harga diri mereka sebagai Polisi rendah bahkan diinjak-injak oleh perusahaan tambang kapitalis itu. Kita tidak tahu hanya Tuhanlah yang tahu !
Lebih baik menikmati hasil jerih payah sendiri walaupun sedikit, daripada jerih payah itu didapat dengan cara menjual harga diri dan institusi serta menyengsarakan rakyat kecil !!!
160908
Polkam-01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar