Rabu, 09 Juni 2010

Indonesia Bangun Rumah Sakit di Gaza dengan Dana 20M, Hepeng dari mana ?

Menjadi suatu rutinitas bagi penulis sebelum menulis yaitu mengajukan permintaan maaf jika dalam penulisan ini terdapat kata-kata yang membuat sebagian pembaca merasa terpojokkan atau marah atau terkesan penulis menista, semua ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak ada maksud untuk memojokkan apalagi untuk menghina atau menista suatu kelompok, sekali lagi mohon maaf..

Ada yang menarik ketika penulis sedang menyaksikan tayangan berita sore salah satu stasiun televisi dimana pada posisi bawah ada tulisan yang bergerak (baca: running teks) tertulis bahwa pemerintah Republik Indonesia akan membangun Rumah Sakit di Jalur Gaza Timur-Tengah dengan biaya sekitar Rp. 20M, ada dua hal yang penulis terlintas di kepala yaitu pertama, suatu kebanggaan bagi Indonesia bisa membantu negara dan mungkin ini bantuan secara fisik kedua (maaf kalau salah) setelah Masjid Soeharto di Sarajevo, Bosnia dan rumah sakit ini di Gaza, yang kedua adalah dana dari mana yang akan di ambil untuk membiayai pembangunan rumah sakit tersebut ?

Bukan maksud penulis keberatan atau proses tetapi alangkah baiknya pemerintah memikirkan lagi, boleh saja membangun rumah sakit toch itu ibadah dan apresiasi rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Rote terhadap warga yang tinggal di Jalur Gaza karena harus jauh ke pusat kota jika terjadi sesuatu, tetapi bukankah uang itu lebih berguna untuk kebutuhan dalam negeri.

Kita tahu bagaimana dengan kondisi negara ini, berapa banyak anak-anak yang menderita busung lapar dan gizi buruk, berapa banyak keluarga yang harus mengkonsumsi nasi aking atau beras raskin yang baunya tidak sedap setiap harinya, berapa banyak pelajar yang harus terbagi konsentrasinya karena sekolahnya tidak lebih dari kandang kambing dan masih lebih bagusan Pos Polisi Bunderan HI, berapa banyak penderita HIV-AIDS yang terlunta-lunta dalam mencari obar penawar rasa sakit mereka ARV yang cukup langka dan mahal jika ada, berapa banyak rumah sakit di daerah yang kekurangan fasilitas penunjang khususnya untuk ibu hamil dan penyakit dalam misalnya sarana rontgen atau yang lainnya, apakah ini diperhatikan negara sebelum berucap bahwa Indonesia akan mendirikan rumah sakit di jalur Gaza ?

Alangkah baiknya uang Rp. 20M itu digunakan untuk kebutuhan yang penulis uraikan di atas tadi, toch masih banyak permasalahan di negara ini yang harus diperhatikan seksama memang menciptakan perdamaian dunia salah satunya membangun rumah sakit masuk dalam pembukaan UUD 1945, tetapi bukankah dalam UUD 1945 itu juga terdapat kewajiban negara terhadap rakyatnya seperti mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterahkan bangsa dan lainnya, lantas apa kata dunia (mungkin PBB dan organisasi dunia lainnya) jika pembangunan rumah sakit ini jadi dan selesai tiba-tiba ada berita bahwa disalah satu daerah di Indonesia mengalami gizi buruk massal seperti yang terjadi di salah satu wilayah di pedalaman Papua dan terekspos oleh media-media internasional dengan bukti-bukti otentik adakah para pejabat di negara ini menjelaskannya ketika wartawan internasional bertanya ?

Kita nantikan saja apakah dana Rp. 20M itu digunakan terlebih dahulu untuk kebutuhan masyarakat yang masih terpasung dan terjajah dalam gizi buruk, busung lapar, nasi aking, para penderita HIV-AIDS yang masih mencari obat ARV dengan harga murah atau tetap berpendirian pembangunan itu supaya negara kita di kenal dunia karena kedermawanannya walaupun kedermawanan itu tidak bisa menutup apa yang terjadi di negara ini…

Gambir, 300510 17:00

Rhesza
Pendapat Pribadi

1 komentar:

susu bayi mengatakan...

20 milyar?
banyak banget ya..
itu buat bangun rumah sikit doang?
ketauan buat rakyat miskin di indonesia.