Minggu, 21 Maret 2010

Susahnya Menjinakkan Jak Mania (part 2)

Seperti biasa penulis menghaturkan permintaan maaf jika dalam penulisan ini membuat para pembaca geram, atau ada pihak-pihak yang merasa terpojokkan atau tersinggung atas tulisan ini sekali lagi saya haturkan minta maaf, tulisan ini adalah bersifat pribadi dan berdasarkan apa yang penulis lihat, dengar dan baca.

Lagi-lagi suporter berbuat ulah, setelah awal tahun kita disuguhkan aksi para Bonek dengan bangga dan arogannya masuk wilayah Jawa Barat dari daerah mereka dengan tindakan brutal kali ini suporter Ibu Kota yaitu Jakarta atau kita biasa dengan Jak Mania, dimana disaat para pemeluk Hindu sedang khusuk menjalankan ibadah Nyepi PSSI terutama PT.Liga Indonesia menggelar pertandingan antara Persija melawan Persipura di Gelora Bung Karno Senayan-Jakarta

Para Jak Mania ini tertangkap tangan oleh aparat Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) membawa puluhan senjata tajam seperti klewang, samurai, ikat pinggang berkepala gir motor, hingga lintingan ganja siap pakai ketika aparat sedang melaksanakan pengamanan sekitar Jalan Gatot Subroto depan Kantor Polda, walaupun tidak separah dengan tindakan para bonek tetapi cukup heran dan kaget untuk apa ikat pinggang berkepala gir motor, samurai hingga lintingan ganja dibawah ke area stadion ?

Inilah potret sepakbola Indonesia yang semakin lama semakin hancur dan tidak tahu arah kedepannya berbeda dengan sepakbola-sepakbola negara luar yang mana semakin lama semakin maju seperti contohnya Kroasia dimana federasinya lahir tahun 1992 tetapi pada tahun 1998 bisa menduduki juara tiga Piala Dunia 1998 di Perancis

Apa yang dilakukan oleh kelompok Jak Mania ini bukan sekali dua kali tetapi berulang kali bahkan sebelum kejadian ini setidaknya penulis pernah mencatat dua kali mereka melakukan tindakan anarkis dan mengganggu ketertiban serta kenyaman masyarakat dimana melakukan aksi tawuran dengan warga disertai pengurasakan sebuah bus kota.

Yang penulis heran adalah setiap para Jak Mania atau Bobotoh atau Bonek berulah kemudian di tindak oleh aparat selalu dikatakan dalam release mereka para “pejabat” fans klub ini bahwa mereka yang berbuat ulah adalah OKNUM atau SIMPATISAN luar tetapi tidak ada tindakan nyata dari fans klub yang misalnya mendokumentasikan para simpatisan yang bermasalah agar dikemudian hari para oknum ini tidak diperkenankan untuk mengikuti segala kegiatan Persija.

Dan satu lagi penulis agak bingung dengan pemberian ijin keamanan dan pertandingan oleh Polda dan PT. Liga Indonesia, kita semua tahu bahwa hari besar keagamanan di Indonesia semua kegiatan ditiadakan bahkan demo pun pada hari besar agama dilarang, KENAPA ketika Nyepi PT. Liga Indonesia membuat jadwal pertandingan dan juga Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) memberi ijin keamanan dan keramaian, tetapi ketika, Puasa, Lebaran dan Natal semua kompetisi diLIBURKAN apakah ini diskriminasi dan pelecehan karena tidak menghormati ke-khusukkan ibadah daripada (mungkin) diantara para pemain sepakbola yang bermain di ISL merayakan !

Penulis agak ragu dengan keterangan dari salah satu pengurus ketika berdialog dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia yang difasilitasi oleh salahsatu televisi mengatakan bahwa sebelum berangkat ke stadion setiap koordinator wilayah memeriksa para anggotanya apakah ada yang membawa senjata tajam atau tidak, pertanyaannya adalah kalau memang sebelum berangkat semua anggota sudah memeriksa kenapa bisa Polisi menemukan senjata tajam dan lintingan ganja di dalam tas dan bus kota yang dinaiki para suporter ?

Sebenarnya ada beberapa cara untuk menekan tindakan anarkis ini yang selalu dikatakan sebagai oknum padahal mereka ini ada juga anggota resmi, seperti yang terjadi di Semarang dimana ada pengurus fans klub yang ternyata sebagai aktor intelektual dari kasus penyerangan dan penganiayaan dari sebuah fans klub.

Pertama, PSSI selaku otoritas yang mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan sepakbola harus tegas memberikan sanksi setinggi-tingginya kepada klub termasuk didalamnya organisasi fans klubnya serta mengganggeng pihak Kepolisian jika didalamnya terkait dengan pasal-pasal yang merugikan masyarakat yang benar-benar ingin menonton pertandingan sepak bola, seperti kasus Jak Mania dimana Polisi menemukan beberapa senjata api dan narkoba.
Kedua, dari internal sendiri klub dan fans klub tersebut secara fair dan ksatria meminta maaf dan mengakui apa yang dilakukan oleh suporter mereka yang menurut mereka bukan hak mereka dan selalu mengatakan bahwa yang melakukan itu adalah oknum atau suporter liar

Ketiga, masih terkait dengan saran nomor dua yaitu masalah internal terutama para pengurus suporter ini agar segera membenahi management administrasinya kenapa penulis mengatakn itu walaupun pengurus mengatakan total pendukung liar mereka lebih daripada anggota resmi tetapi kalau dilihat kejadian kemarin penulis yakin didalam tersebut ada anggota resmi, bagaimana caranya supaya tidak terjadi seperti kemarin yaitu, para pengurus mendata ulang kembali dengan seleksi ketat berapa banyak suporter yang resmi, membuat kartu anggota yang sifatnya berregister atau online, kemudian membuat barang-barang atau merchandise yang berkaitan dengan klub misalnya syal, baju, topi lebih diperketat dalam hal pendistribusian dan di data.

Semoga masyarakat serta pencinta sepakbola Indonesia datang dan pulang dari stadion beserta keluarga dengan hati cerita bukan menyaksikan tayangan yang tak pantas dan hanya orang-orang yang TIDAK PUNYA OTAK untuk melakukan itu.


Pintu XI, GBK Stadium 160310

Gie Gustan
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: