Minggu, 14 Maret 2010

Turunkan Nurdin Halid dan Nugroho Besoes SEKARANG !!!

Mungkin bulan ini adalah bulan paling kejam bagi beberapa pejabat dilingkungan sepakbola Indonesia walaupun isu ini sudah berkembang dari mulai akhir tahun tetapi mungkin dengan adanya ancaman ini membuat para pejabat ini berpikir dengan nurani bukan dengan egonya.


Mungkin beberapa dari para pembaca sudah tahu akan isu ini, penulis tidak akan membahasnya karena sudah banyak yang nulis tetapi penulis hanya menulis berdasarkan pendapat pribadi, kita tahu sejak perjalanan sosialisasi Piala Dunia 2010 dengan mendatangkan Piala Dunia ke Jakarta isu akan ketidakpuasan PSSI dalam kerjanya dan keras kepalanya para jajarannya ingin menggelar Piala Dunia 2018 atau 2022 di Jakarta sudah ada bahkan Presiden Republik Indonesia kita buat tidak suka dengan prestasi PSSI melebihi orang impoten.


Keinginan Presiden Indonesia agar sepakbola Indonesia kembali berprestasi ketika jaman Bung Karno dan Dinasti Cendana mulai berasap dimana ketika menerima panitia nasional Hari Pers Nasional yang dipimpin oleh Ketua PWI, dalam perbincangan tersebut selain meminta kesediaan Presiden untuk hadir dan membuka acara Hari Pers Nasional yang didakan di Palembang-Sumatera Selatan, Presiden meminta Ketua PWI dan jajarannya untuk membuat semacam pertemuan yang diberi label Kongres Sepakbola Nasional alasan Presiden meminta PWI agar dibuatkan Kongres ini karena Presiden prihatin dengan sepakbola Indonesia yang prestasinya tidak kunjung datang.

Begitu ketua PWI memberikan pernyataan pers terkait pertemuan dengan Presiden yang didalamnya ada ide untuk membuat Kongres, sontak para pengurus PSSI yaitu duet maut mereka sang Ketua Umum, Nurdin Halid dan Sekretaris Jenderal PSSI, Nugraha Besoes panik dan mengatakan ide yang terlontar dari Presiden tidak bisa dilaksanakan kalaupun dilaksanakan maka Indonesia akan di skorsing atau dihukum oleh FIFA karena negara ikut campur akan urusan federasi sepakbola.


Menurut penulis, ide dan permintaan pak beye ketika menerima pengurus dan panitia Hari Pers Nasional PWI ada benarnya, kenapa penulis bilang begitu ? sejak organisasi yang paling tua diantara semua organisasi olahraga di Indonesia yang mengurus sepakbola dipegang oleh duet maut PSSI, NH dan NB ini tidak ada prestasi yang bisa dibanggakan walaupun bagi duet maut ini PSSI ada prestasi yaitu menang di Turnament Piala Kemerdekaan, tetapi bagi penulis dan juga rakyat Indonesia prestasi juara di Turnament Piala Kemerdekaan itu bukanlah prestasi kenapa ? pertama, turnament itu PSSI yang gelar, yang kedua Timnas menang dan memegang Piala itu tidak dalam semangat fair play baik didalam lapangan maupun diluar lapangan karena terbukti ketika turun minum salahsatu official kita mencoba melakukan provokasi dan tindakan menganiaya kecil sehingga seluruh tim Libya mengundurkan diri berdasarkan rapat kecil antara official mereka di Jakarta dengan Pengurus PSSI-nya Libya walaupun sampai detik ini tidak ada ujung dari masalah ini siapa yang menganiaya pelatih timnas U-23 Libya !


Seharusnya para pengurus ini berkaca dan merenung dengan apa yang mereka lakukan selama ini demi sepakbola Indonesia, kita bisa lihat bagaimana sepakbola kita yang dulu jelas-jelas selalu ditakuti kini malah jadi ayam sayur setiap pertandingan semua orang sudah pesimis duluan walaupun jiwa nasionalisme itu selalu tinggi, tetapi percuma saja kalau nasionalisme tinggi dan dibarengi dengan prestasi maka hasilnya nol besar benar tidak ?


Kita bisa lihat bagaimana kegagalan sepakbola kita di tangan PSSI seperti gagal di ASIAN GAMES Doha-Qatar dengan skor cukup telak padahal tim ini berlatih di Belanda dengan pelatih Timnas Belanda U-23 yang setelah kejadian ini berhasil membawa Belanda juara Piala Eropa U-23, kemudian gagal lagi di dua SEA GAMES Thailand dan Laos dengan di pecundangi serta diajarkan bagaimana cara mengolah bola yang baik dan benar oleh Myanmar dan Laos, kemudian gagal dalam kualifikasi Piala Asia U-19 kalah bersaing dengan Jepang dan Australia walaupun tampil gemiliang ketika melawan Taiwan tetapi tetap saja tidak lolos, kemudian timnas senior yang untuk pertama kalinya dalam gelaran Piala Asia dengan menelan kekalahan tiga kali dan empat kali seri, itu baru “prestasi” PSSI di tangan sang Ketum bagaimana dengan “prestasi” klub ?


Ternyata tidak jauh berbeda dengan timnas dimana klub-klub yang bermain di Indonesian Super League masih berlabel jago kandang ini terbukti partai kemarin dimana klub Indonesia Persipura ketika di ajang ISL selalu garang dan ditakuti ternyata ketika bertandang ke kandang klub China malah seperti menonton tayangan video games Winning Eleven dengan skor cukup telak 9-0 klub-klub ISL belum bisa menandingi kejayaan Persib Bandung tahun 1994 yang bisa masuk ke babak kedua Piala Champion Asia sebelum dikalahkan kalau tidak salah dengan Royal Thai Force FC klub Thailand.


Itu baru “prestasi” sepakbola kita, lalu bagaimana “prestasi” dari perorang yang menduduki organisasi itu ? ternyata tidak jauh berbeda dengan prestasi timnas dan klub, kita bisa lihat berapa kali sang ketum “check-in – check-out” hotel prodeo bahkan beberapa minggu yang lalu ada sebuah organisasi yang melaporkan sang ketum dengan dakwaan yang tidak jauh berbeda dengan yang dulu-dulu, itu baru ketum sedangkan anak buah juga 11-12 dengan beliau setidaknya sudah ada dua-tiga orang yang harus pindahan kehidupan di hotel prodeo dengan kasus korupsi dan satu lagi yang lebih parah yaitu dakwaan penganiayaan dengan disertai pembunuhan terhadap istri tercinta.

Kemudian dalam hal penyusunan AD/ART PSSI, tidak sesuai dengan ketentuan AD/ART yang dikeluarkan oleh FIFA (baca: Statuta) dimana dengan pedenya mereka mengatakan bahwa statuta itu sudah berdasarkan statuta FIFA dan disetujui oleh FIFA padahal jelas-jelas mereka salah menerjemahkan bahkan mengurangi beberapa kata termasuk diantaranya pasal yang mengatakan bahwa TIDAK BOLEH ada catatan kriminal seseorang dalam organisasi sepakbola.


Jadi pertanyaan penulis kepada sekelompok orang yang mencoba akan menghalang-halangi bahkan berencana memboikot acara Kongres Sepakbola Nasional, ini “prestasi” yang anda banggakan kawan ? asal anda tahu kawan, kalau anda terus-terusan mempertahankan “prestasi” ini maka sepakbola kita tidak akan maju, bagaimana mungkin kita dengan percaya diri menyatakan tahun 2018 atau 2022 akan menjadi tuan rumah semetara ketika di tanya oleh FIFA, Anda siapa ? percaya diri sekali anda mencalonkan diri sebagai tuan rumah, sementara liga anda tidak beres, federasi anda berisikan orang-orang yang tidak sesuai dengan statuta kami serta berlabel kriminal apalagi peringkat anda itu tidak masuk 100 besar rangking kami ? jawaban anda ke FIFA apa ?! kemudian apakah anda tidak malu dengan aksi Hendri Mulyadi yang masuk lapangan ketika Timnas melawan Oman disorot jurnalis asing yang akibatnya PSSI di denda US$ 10,000 kemudian hari terus berlanjut atau intervensi Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Kapolda Jateng) yang selalu memantau pertandingan yang berlangsung di wilayah Jawa Tengah dan sempat memesankan kamar di hotel prodeo untuk dua pemain Persis Solo dan Gresik United serta memeriksa wasit dan perangkat pertandingan ketika PSIS melawan Mitra Kukar atau PSIS melawan PPSM.


Seharusnya kita belajar dari Australia dan Kuwait, kenapa kita harus belajar dari mereka? Australia dan Kuwait adalah dua negara yang pernah di hukum atau di skorsing oleh FIFA karena keterlibatan pemerintah dalam federasi mereka, Australia dihukum karena pemerintah Australia curiga dengan penggunaan dana operasional liga yang tidak jelas, akhirnya pemerintah Australia membentuk tim independe untuk menginvestigasi organisasi sepakbola mereka, dan menghukum orang-orang yang terlibat, begitu juga di Kuwait dimana pemerintah mereka kalau tidak salah tidak mengakui kepengurusan organisasi sepakbola negara mereka, akibat dari keterlibatan negara dalam federasi sepakbola negaranya ditentang FIFA dan dihukum, tetapi apa yang terjadi dampak dari penghukuman FIFA terhadap dua negara ini ? prestasi yang gemilang kita bisa lihat Kuwait bisa lolos ke putaran final Piala Asia dengan mengalahkan Indonesia di kandang dan tandang mereka, sedangkan Australia lolos ke putaran final Piala Asia dengan mengalahkan (lagi) Indonesia dan tentunya yang sangat prestisius adalah bermain di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, sedangkan kita ?


Saran penulis kepada para kelompok yang mencoba memasang badan bagi PSSI dalam menghadang rencana pemerintah untuk membuat Kongres Sepakbola Nasional, sudahlah lebih baik kita duduk bersama, satu pikiran bagaimana caranya membangkitkan persepakbolaan kita yang dulu jaman bung Karno dan dinasti cendana berjaya dan ditakuti hidup kembali walaupun kita harus dihukum oleh FIFA daripada bertahan seperti ini tetapi tidak ada prestasi yang ada malah berita yang negatif terus, apakah ini yang anda mau ?


Penulis sebagai penikmat dan pecinta sepakbola Indonesia 100% mendukung kegiatan yang diusulkan oleh Presiden Republik Indonesia toch tujuannya ini positif mengangkat kembali sepakbola Indonesia seperti sedia kala.


Apakah Kongres ini akan berjalan dengan mulus atau di hadang oleh sekelompok orang yang mencoba pasang badan untuk menggagalkan kongres ini atau kita di hukum oleh FIFA karena intervensi pemerintah tetapi dengan dihukumnya FIFA membuat sepakbola kita menjadi lebih kuat dan ternama kembali seperti dahulu kala…semoga saja !


Bubarkan PSSI sekarang juga…Hukum Ketum, Sekjend dan semua orang yang di PSSI untuk tidak berada dalam lingkungan sepakbola Indonesia hingga akhir hayat mereka !!



Pintu IX GBK 100310 18:00

Gie Gustan

Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: