Minggu, 21 Maret 2010

Jujur itu lebih terhormat daripada Keras Kepala Bung !


Entah sengaja atau kebetulan ketika sedang membereskan gudang, tiba-tiba penulis menemukan sejumlah artikel tentang PSSI dari sebuah koran karena menemukan arikel tersebut sejenak penulis membaca kembali artikel tersebut.

Artikel pertama adalah tentang berita MUNDURnya kandidat Ketua Umum PSSI periode 2003-2007, Evert Erenst Mangindaan atau yang kita kenal sebagai E.E. Mangindaan (sekarang menjabat Menteri Negara Pendayagunaan Aparat Negara-Meneg PAN) alasan beliau MUNDUR dari kandidat Ketum PSSI karena ia tidak mau terlibat dalam pemilihan ketua umum organisasi olahraga yang diwarnai dengan ketidakjujuran. Padahal ketika itu sosok E.E.Mangindaan sangat diharapkan kontribusinya ketimbang tiga kompetitornya yaitu Jacob Nua Wea, Sumaryoto dan Nurdin Halid.



“ Saya mundur karena ada kandidat yang memakai uang untuk
mendapatkan suara. Kemenangan dengan cara-cara tidak jujur seperti ini tidak akan direstui Tuhan “


E.E. Mangindaan.


Akhirnya Nurdin Halid terpilih menjadi Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia-PSSI menggantikan Agum Gumelar, dan lewat sebuah kongres yang cukup kontroversi pada tahun 2007 di Makassar, Sulawesi Selatan Nurdin kembali memperpanjang masa kerjanya sampai pada tahun 2011.

Kemudian jauh sebelum E.E. Mangindaan mundur sebagai kandidat ketum PSSI, seorang Azwar Anas, kala itu menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) pada kabinet Pembangunan VI MEMILIH MUNDUR jabatan Ketua Umum Persatuan Sepabbola Indonesia-PSSI pasca memalukan dan menjijikannya permainan Timnas di arena Piala Tiger 1998 dimana memainkan “sepak bola gajah” untuk menghindari tuan rumah Vietnam pada partai semifinal dan klimaksnya adalah pemain belakang Mursyid Effendi melakukan dengan sengaja dan tidak pantas dikatakan sebagai pemain bola professional gol bunuh diri agar kalah dari Thailand walaupun akhirnya tetapi tuan rumah Vietnam yang keluar sebagai juara !

Memang pada saat Azwar Anas memimpin PSSI dunia persepabolaan Indonesia mengalami masa suram yang sesuramnya dimana kompetisi sepakbola atau dulu dikenal sebagai Liga Indonesia IV di hentikan karena situasi politik yang sangat-sangat parah. Pertunjukan Mursyid Effendi inilah yang menjadi puncak akan merosotnya sepakbola (mungkin) hingga saat ini, namun sama seperti E.E.Mangindaan, Azwar Anas dengan sikap jantan dan ksatria mundur dari kursi Ketum PSSI dan mengantarkan seoarang Agum Gumelar sebagai penerusnya.



“ Bapak harus mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI, karena kalian dianggap mempermalukan bangsa. Bapak yang beranggung jawab atas semua ini

“ Azwar Anas, Ketum PSSI ketika menyambut Timnas Piala Tiger 1998


Dari dua artikel dan sikap dua tokoh ini jika membanding dengan situasi PSSI sekarang sangat beda jauh, kita bisa lihat bagaimana sepakbola kita sangat kritis dimana tidak ada prestasi yang membanggakan seperti kita lihat bagaimana Indonesia untuk pertama kali tidak lolos ke hajatan paling tinggi kompetisi sepakbola Asia, kemudian di lecehkan oleh negara yang selama ini kita ajarkan cara bermain sepakbola, Laos dan Myanmar itu skala Timnas lalu bagaimana dengan klub, ternyata tidak jauh beda dimana terakhir Klub asal Papua, Persipura dimana jika bertanding di kompetisi ISL, garangnya tiada ampun tetapi ketika berhadapan dengan klub China justru para pemain persipura ini ibarat main game Winning Eleven dengan skor cukup telak 9-0, begitu juga dengan saudara mudanya Persiwa Wamena yang kalah dengan klub yang boleh dibilang kualitasnya sangat jauh dibawah Persiwa ibarat gunung dan jurang walaupun ada satu klub yang mampu berbicara tetapi lawan yang dihadapi adalah klub Malaysia masih satu regional !

Itu baru Timnas dan klub bagaimana dengan perilaku para personel dan pejabat PSSI kita, ternyata sama saja ini terlihat sepanjang tahun 2007 sampai 2009, organisasi paling tua di kalangan organisasi olahraga di Indonesia sibuk merekayasa pedoman dasar (statuta) yang dikeluarkan oleh FIFA kenapa di rekayasa agar posisi ketua umum tidak bisa digoyang kesana kemari, hal ini terbukti dengan beberapa isi pedoman dasar yang mengenai pasal kriminal yang mengatur persyaratan anggota komisi eksekutif termasuk didalamnya Ketua Umum PSSI

Kita tahu dalam statuta standar FIFA yang mengatur prasyarat anggota, dalam kalimat itu tertulis “ They..must not have been previously found guilty of criminal offense” oleh PSSI tiga kata dalam statuta “have been previously” dihapus sehingga dalam statuta versi PSSI adalah “ They..must not found guilty of a criminal offense” sudah begitu mungkin dasar para pengurus ini antara paham atau tidak akan Bahasa Inggris tiga kalimat terakhir masih saja di pelintir dalam bahasa menjadi “ Tidak sedang dinyatakan bersalah atas tindakan kriminal pada saat kongres” karena “ide kreatif” ini Nurdin yang pernah dipesankan hotel prodeo karena tersangkut kasus korupsi bisa leha-leha hingga saat ini !

Kalau soal kejujuran sepertinya para pengurus PSSI saat ini sepertinya sudah tidak ada urat jujurnya dimana dengan percaya dirinya bahwa PSSI dengan yakin mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 atau 2022 dengan menggandeng seorang konsultan hebat asal Swiss untuk merealisasi mimpi-mimpi sang ketua, walaupun pertanyaan sekarang DANA dari mana untuk proses pencalonan itu, dan ternyata apa yang ditanyakan mungkin sebagian orang dan pecinta sepakbola Indonesia soal dana terbukti dimana bak petir di siang bolong PSSI disurati oleh seorang pengacara dimana isinya PSSI diadukan ke Court of Abritation of Sport (CAS) karena NGUTANG bayar konsultan sebesar US $ 258,160 atau sekitar Rp. 2,3 Milyar !!

Kita tidak bisa mengharapkan para personel PSSI ini seperti apa yang dilakukan oleh Azwar Anas atau E.E. Mangindaan dengan kejujuran dan kata hati, mungkin hanya kemarahan Tuhan lewat pecinta sepakbola Indonesia yang bisa membuka mata hati para personel PSSI ini yang semakin hari semakin menyusut karena banyaknya yang tinggal di Hotel Prodeo mulai dari kasus nyopet uang rakyat hingga pembunuhan tingkat satu.

Ya Tuhan SAMPAI KAPAN Engkau tunjukkan kemarahanMU kepada para pejabat PSSI ini supaya mereka sadar bahwa kami BUTUH Prestasi nyata BUKAN Mimpi disiang bolong !

Pintu XI GBK Std, 160310 15:00

Rhesza Ivan
Pendapat Pribadi

1 komentar:

quinie mengatakan...

hm... mudah2an PSSI lebih baik di kedepannya.
makasih ya kunjungannya