Seperti biasa penulis menghaturkan permintaan maaf jika dalam tulisan ini kurang berkenan dengan pihak-pihak terkait dan apapun tulisan ini adalah bersifat pendapat pribadi daripada penulis sesuai dengan nurani penulis ketika melihat suatu kejadian, sekali lagi penulis minta maaf..
Akhirnya pengembaraan seorang staff Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Republik Indonesia berakhir juga dengan kepulangan beliau ke Indonesia oleh tim Satuan Tugas Anti Mafia Hukum dan juga tim Independen yang dibentuk oleh Kepolisian Republik Indonesia.
Penulis tidak akan menjelaskan kronologi tersebut karena itu sudah ada pihak-pihak yang berkepentingan untuk membedahnya, tetapi menurut pandangan penulis ada yang janggal dari kepulangan sang penimbun pajak ke Indonesia.
Kenapa penulis bilang ada keanehan dengan kembalinya sang penimbun pajak ini setidaknya ada beberapa hal yang ganjil menurut penulis berdasarkan kronologis-kronologis yang beredar yaitu pertama, kok bisa secara kebetulan satuan tugas anti mafia ini tahu bahwa sang buron ini sedang makan malam disebuah food court di Singapura ? padahal kita tahu satgas ini beberapa hari belakang sedang “tour” ke lembaga-lembaga yang terindikasikan dengan kasus ini tiba-tiba ada berita kalau dua orang ini telah menemukan sang buron dan lagi yang aneh kok bisa mengenali beliau secara photo yang beredar sekarang ini adalah photo lama!
Kedua, kita tahu bahwa Indonesia dan Singapura tidak mempunyai perjanjian diplomatik dalam hal ekstradisi karena faktor inilah banyak drakula-drakula Rupiah yang kabur dari Indonesia ke Singapura dan sampai sekarang hidup berleha-leha disana tanpa bisa disentuh oleh aparat Indonesia, tetapi kenapa giliran Gayus semua hal itu bisa lancar seperti ibarat keluar masuk rumah orang ? yang menjadi pertanyaan apakah Kedutaan Besar Singapura untuk Indonesia dan juga Pemerintah Singapura terutama pihak Imigrasi Bandara TAHU dengan kegiatan daripada aparat Indonesia ini mulai dari masuk Singapura, mencari, menangkap dan membawa pulang kembali atau keluar dari Singapura walaupun kabarnya Kedutaan Besar Republik Indonesia membantu dengan mengeluarkan surat laksana pasport karena paspor Gayus yang diblokir oleh Imigrasi Indonesia? lalu penulis penasaran dengan isi visa dan pasport serta pertanyaan yang dilontarkan petugas Kedutaan Singapura dan otoritas imigrasi Bandara Changi terhadap kedatangan tim satgas anti mafia dan beberapa perwira tinggi Mabes Polri, karena menurut pemikiran penulis yang namanya perwira tinggi mulai dari Brigadir Jenderal hingga Jenderal itu kalau disamakan dengan birokrat itu hampir sama dan setara dengan Walikota bahkan Menteri dengan kategori VIP dan perlu pengawalan dan pengawasan !
Ketiga, masih soal urusan nomor dua diatas kalau memang model operandinya seperti itu dengan cara mungkin (maaf) dengan kunjungan biasa misalkan bisnis atau liburan tetapi begitu di dalam negara Singapura bekerja mencari Gayus, dapat dan dibawa pulang ke Jakarta kenapa drakula-drakula Rupiah yang jumlah hisapan Rupiahnya lebih besar daripada Gayus seperti Maria Pauline, Nursalim, Anggoro dan masih banyak lain susah sekali ditangkap hingga saat ini apakah ini bentuk diskriminasi atau tebang pilih ?
Keempat, penulis melihat proses Gayus ini di Singapura sampai ke Jakarta ibarat menonton sinetron striping yang setiap hari kita tonton di hampir semua televisi di negara ini dan bisa ditebak arah akhir dari sinetron itu, dimana cepat sekali Gayus ditangkap, tanggal 24 Maret Malam Gayus berangkat bersama istri dan anak dari bandara Soekarno-Hatta ke Singapura dengan paspor resmi atau aspal, kemudian sang isteri sudah mengajukan surat cuti sakit kepada pimpinannya satu hari sebelum berangkat dengan isi surat keterangan cuti bahwa beliau cuti sakit dari tanggal 25 hingga 30 Maret, Gayus ditangkap tanggal 30 Maret Malam dan diterbangkan ke Jakarta tanggal 31 Maret 2009 dari bandara Changi, apakah ini sudah disetting dengan asumsi sang sutradara adalah satgas Anti mafia, kemudian artis penjahatnya adalah Gayus dan Isteri kemudian pemain jagoannya adalah tim independent Polisi ?!
Inilah yang masih harus dipertanyakan dan dijelaskan walaupun apa yang dilakukan oleh tim Satgas dan Kepolisian patut di aspresiasikan tetapi alangkah lebih elegant kalau semua drakula-drakula penghisap Rupiah ini ditangkap, dibawa pulang dan diadili di Indonesia bukan Cuma sekedar sensasi atau mencoba “menghibur” rakyat Indonesia yang butuh kepastian soal keadilan dalam hukum yang sekarang ini sangat mahal harganya, benar tidak ?!
Terminal 2F SoeTta, 300310 15:20
Gie Gustan-Rhesza Ivan
Pendapat Pribadi
Akhirnya pengembaraan seorang staff Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Republik Indonesia berakhir juga dengan kepulangan beliau ke Indonesia oleh tim Satuan Tugas Anti Mafia Hukum dan juga tim Independen yang dibentuk oleh Kepolisian Republik Indonesia.
Penulis tidak akan menjelaskan kronologi tersebut karena itu sudah ada pihak-pihak yang berkepentingan untuk membedahnya, tetapi menurut pandangan penulis ada yang janggal dari kepulangan sang penimbun pajak ke Indonesia.
Kenapa penulis bilang ada keanehan dengan kembalinya sang penimbun pajak ini setidaknya ada beberapa hal yang ganjil menurut penulis berdasarkan kronologis-kronologis yang beredar yaitu pertama, kok bisa secara kebetulan satuan tugas anti mafia ini tahu bahwa sang buron ini sedang makan malam disebuah food court di Singapura ? padahal kita tahu satgas ini beberapa hari belakang sedang “tour” ke lembaga-lembaga yang terindikasikan dengan kasus ini tiba-tiba ada berita kalau dua orang ini telah menemukan sang buron dan lagi yang aneh kok bisa mengenali beliau secara photo yang beredar sekarang ini adalah photo lama!
Kedua, kita tahu bahwa Indonesia dan Singapura tidak mempunyai perjanjian diplomatik dalam hal ekstradisi karena faktor inilah banyak drakula-drakula Rupiah yang kabur dari Indonesia ke Singapura dan sampai sekarang hidup berleha-leha disana tanpa bisa disentuh oleh aparat Indonesia, tetapi kenapa giliran Gayus semua hal itu bisa lancar seperti ibarat keluar masuk rumah orang ? yang menjadi pertanyaan apakah Kedutaan Besar Singapura untuk Indonesia dan juga Pemerintah Singapura terutama pihak Imigrasi Bandara TAHU dengan kegiatan daripada aparat Indonesia ini mulai dari masuk Singapura, mencari, menangkap dan membawa pulang kembali atau keluar dari Singapura walaupun kabarnya Kedutaan Besar Republik Indonesia membantu dengan mengeluarkan surat laksana pasport karena paspor Gayus yang diblokir oleh Imigrasi Indonesia? lalu penulis penasaran dengan isi visa dan pasport serta pertanyaan yang dilontarkan petugas Kedutaan Singapura dan otoritas imigrasi Bandara Changi terhadap kedatangan tim satgas anti mafia dan beberapa perwira tinggi Mabes Polri, karena menurut pemikiran penulis yang namanya perwira tinggi mulai dari Brigadir Jenderal hingga Jenderal itu kalau disamakan dengan birokrat itu hampir sama dan setara dengan Walikota bahkan Menteri dengan kategori VIP dan perlu pengawalan dan pengawasan !
Ketiga, masih soal urusan nomor dua diatas kalau memang model operandinya seperti itu dengan cara mungkin (maaf) dengan kunjungan biasa misalkan bisnis atau liburan tetapi begitu di dalam negara Singapura bekerja mencari Gayus, dapat dan dibawa pulang ke Jakarta kenapa drakula-drakula Rupiah yang jumlah hisapan Rupiahnya lebih besar daripada Gayus seperti Maria Pauline, Nursalim, Anggoro dan masih banyak lain susah sekali ditangkap hingga saat ini apakah ini bentuk diskriminasi atau tebang pilih ?
Keempat, penulis melihat proses Gayus ini di Singapura sampai ke Jakarta ibarat menonton sinetron striping yang setiap hari kita tonton di hampir semua televisi di negara ini dan bisa ditebak arah akhir dari sinetron itu, dimana cepat sekali Gayus ditangkap, tanggal 24 Maret Malam Gayus berangkat bersama istri dan anak dari bandara Soekarno-Hatta ke Singapura dengan paspor resmi atau aspal, kemudian sang isteri sudah mengajukan surat cuti sakit kepada pimpinannya satu hari sebelum berangkat dengan isi surat keterangan cuti bahwa beliau cuti sakit dari tanggal 25 hingga 30 Maret, Gayus ditangkap tanggal 30 Maret Malam dan diterbangkan ke Jakarta tanggal 31 Maret 2009 dari bandara Changi, apakah ini sudah disetting dengan asumsi sang sutradara adalah satgas Anti mafia, kemudian artis penjahatnya adalah Gayus dan Isteri kemudian pemain jagoannya adalah tim independent Polisi ?!
Inilah yang masih harus dipertanyakan dan dijelaskan walaupun apa yang dilakukan oleh tim Satgas dan Kepolisian patut di aspresiasikan tetapi alangkah lebih elegant kalau semua drakula-drakula penghisap Rupiah ini ditangkap, dibawa pulang dan diadili di Indonesia bukan Cuma sekedar sensasi atau mencoba “menghibur” rakyat Indonesia yang butuh kepastian soal keadilan dalam hukum yang sekarang ini sangat mahal harganya, benar tidak ?!
Terminal 2F SoeTta, 300310 15:20
Gie Gustan-Rhesza Ivan
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar