Rabu, 21 April 2010

Masih Adakah Perwira Polri Yang Jujur dan Tegas Seperti Jenderal Hoegeng ?


Mungkin tahun akhir tahun 2009 hingga saat ini adalah tahun buruk bagi institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia karena hampir tiap hari selalu ada saja pemberitaan yang keluar dari institusi ini entah itu salah tangkap, penyuapan seperti yang terjadi sekarang ini.



Penulis tidak akan membeberkan secara detail karena itu sudah ada orang yang akan membeberkannya penulis hanya menjelaskan apa yang penulis lihat, rasakan dan menuangkannya secara nurani, dan mohon maaf kalau dalam penulisan ini membuat sebagian orang merasa terpojokkan tetapi itu adanya dan penulis hanya bisa mengucapkan MAAF



Seperti kita tahu bahwa institusi korps baju cokelat sedang diuji oleh publik banyak kejadian yang melibatkan mereka yang terungkap oleh media seperti kasus Makelar kasus yang ditiupkan oleh kolega mereka sendiri, atau kasus salah tangkap atau penjebakkan terhadap dua rakyat miskin dengan tuduhan penyimpanan narkoba, atau penyuapan yang terjadi di Kuningan-Jawa Barat dan Jakarta Pusat.



Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, sudah begini parahkah para prajurit kepolisian kita sehingga tidak ada lagi prajurit kepolisian yang jujur dan bekerja sesuai dengan amanat dan ideologi mereka yaitu melayani dan melindungi seperti yang tercantum dalam sisi pintu mobil patroli yang mereka kendarai ?



Mungkin andai saja Jenderal Hoegeng Imam Santoso masih hidup dan segar bugar saat ini akan marah besar dengan kelakuan daripada junior atau cucu beliau di Kepolisian dengan gampangnya memeras rakyat yang membutuhkan keadilan dan kebenaran harus merogoh kocek atau dijadikan bantalan mereka agar mereka di mata masyarakat kerja benar padahal itu semua palsu.



Anda mungkin yang sudah tahu siapa Jenderal Hoegeng Imam Santoso akan berpikir sama dengan penulis tetapi yang belum tahu pasti akan bertanya siapa itu Jenderal Hoegeng Imam Santoso, yap namanya Jenderal Hoegeng Imam Santoso adalah mantan Kapolri beliau selama berkarier di Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki rekam jejak yang sangat bagus dan patut dicontoh dimana ketika dinas pertamanya di luar Pulau Jawa yaitu di Medan-Sumatera Utara sudah membuat heboh satu Medan bahkan satu Indonesia dimana kita tahu jaman dahulu (mungkin) sampai sekarang medan itu dikuasai oleh taipan-taipan “cingtailah ploduk-ploduk endonesa” dan polisi disana bisa dikuasai atau istilah polisi “86” tetapi oleh Hoegeng mitos “86” dan dikuasai oleh taipan terbantahkan dimana ketika beliau tiba di sana menolak diantar oleh orang-orang daripada Taipan tersebut, kemudian dengan lantang dan berani serta tegas mengeluarkan isi perabotan rumah tangga mulai dari sofa, kulkas dan lainnya keluar rumahnya dan ditaruh begitu saja di pinggir jalan padahal disana tidak ada satu polisi pun yang berani seperti beliau ! dan beliau berani mundur karena tidak mau diintervensi dalam menangani perkara dimana melibatkan salahsatu putera penguasa negara ini kemudian juga menolak dinas sebagai duta besar untuk Kerajaan Belgia dengan alasan bukan keahlian dia dalam diplomasi dan juga hobi dengan minum koktail dan yang patut dicontoh adalah hidup yang sangat sederahana hingga akhir hayatnya bahkan mobil terakhir itu adalah sumbangan dari seluruh Kapolda Indonesia karena jasa-jasa beliau.



Seharusnya para perwira polisi saat ini bisa dan wajib mencontoh dengan pola hidup dari pada sang mantan dan mungkin pendiri daripada Kepolisian Jenderal Hoegeng ini yaitu HIDUP SEDERHANA bukannya hidup yang tidak jauh seperti centeng pasar yang berlindung dibalik baju kebesaran berwarna cokelat dan badge tri brata, dan juga para petinggi Kepolisian dalam hal ini Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia-KAPOLRI harus tegas dan keras serta adil, jika memang ada perwira tinggi melakukan kesalahan segera tindak sebutkan nama langsung proses kalau memang di pecat, UPACARAkan di depan semua jajaran Kepolisian dilapangan terbuka ! jangan Cuma pangkat Bhayangkara Satu hingga Brigadir jika bersalah, langsung disebut nama dan proses pemecatannya di-UPACARA-kan dari baju dinas ke baju batik di lapangan terbuka, sementara para pejabat tinggi mulai dari tingkat Ajun Komisaris hingga Jenderal HANYA di MUTASI NON JOB setelah kasusnya hilang dari otak warga langsung dipromosikan posisi yang satu-dua tingkat lebih tinggi dari posisi ketika bermasalah ! kalau seperti ini bagaimana rakyat bisa mengandalkan polisi !


Sudah saatnya Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk bukan saja REFORMASI yang selama ini selalu diagung-agungkan kepada masyarat tetapi lebih tinggi yaitu REVOLUSI !! OMONG KOSONG REFORMASI KALAU MASIH ADA PERILAKU JAMAN DINASTI CENDANA DITERAPKAN SAAT INI !!!


Trujonojoyo, 100410 14:10

Gie Gustan

Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: