Rabu, 07 April 2010

Menantikan Aksi Hendri Mulyadi Jilid 2

Kongres Sepakbola Nasional yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono untuk memperbaiki citra dan prestasi sepakbola Indonesia akhirnya terlaksana dan telah selesai diselenggarakan dengan menghasilkan 7 rekomendasi yang diberi naman rekomendasi Malang, tetapi apakah itu akan dilaksanakan oleh PSSI ?

Mungkin kalau pertandingan sepakbola Kongres ini ibarat PSSI melawan rakyat dimana pada kongres ini PSSI menang telak atas KSN dimana rekomendasi yang dibuat sebenarnya ada delapan butir tetapi satu butir itu ditolak dengan keras dan mentah oleh para pengurus PSSI lewat sang Ketum yaitu Nurdin Halid dimana point terakhir atau point delapan dari rekomendasi itu adalah pembentukan Dewan Sepakbola Nasional.

Menurut penulis apa yang dilakukan oleh PWI ini ibarat dua sisi mata uang, dimana satu sisi KSN ini adalah representative atau kepanjangan tangan daripada rakyat yang mana sudah MUAK dengan pengurus PSSI yang sekarang yang BISAnya hanya TONG KOSONG NYARING BUNYInya dimana hanya janji-janji saja tetapi tidak ada hasil prestasi yang mereka janjikan, tetapi disisi lain dimana yang motor dari KSN adalah negara dalam hal ini ide dari Presiden Republik Indonesia dimana sesuai dengan ketentuan yang berlaku di FIFA dimana negara tidak boleh mencampuri urusan daripada federasi sepakbola di negaranya, walaupun dikemudian hari FIFA mendukung kegiatan ini.

Memang apa yang terlihat ini sudah penulis bayangkan dari mulai ketika gaung ini akan dilaksanakan dimana sejumlah pengikut sang ketum mencoba melakukan pekerjaan kotor dan hina dengan cara mengirimkan sms berantai dan berjamaah kepada semua manager dan insan klub yang ada di Indonesia agar “mulut” mereka tidak terlalu lantang dan sedikit beberapa ancaman sehingga membuat acara ini sepertinya layaknya silaturahmi lebaran dimana hanya berkumpul, ketawa-ketiwi, minum dan makan tetapi gaungnya tidak ada dan itu terbukti !

Kita sudah tahu bagaimana (maaf) BUSUKnya kinerja daripada sang ketua umum seperti bagaimana Timnas kita dengan mudah seperti membuang kotoran diujung kuku oleh “anak kemarin sore”’ Laos dan Myanmar di ajang penyisihan group SEA GAMES 2009 di Laos, kemudian Timnas U-19 yang dua tahun “ngelmu” di negaranya Diergo Forlan, Uruguay kalah telak dan diajarkan bagaimana cara bermain sepakbola oleh Jepang dan Australia walaupun ketika melawan Taiwan dan Hongkong sangat menawan tetapi tetap saja intinya tidak lolos putaran final Piala Asia U-19, yang lebih tragis adalah Tim senior kita yang rata-rata bergaji dan bonus yang Wah !! tidak bisa membawa Indonesia masuk dalam putaran final Piala Asia untuk pertama kalinya sejak hajatan Piala Asia digelar dan tiket itu mau tidak mau harus diberikan kepada Australia.

Itu catatan ke-PECUNDANG-an daripada Timnas Indonesia, lalu bagaimana dengan klubnya ? ternyata tidak jauh berbeda atau BETI- BEda TIpis dimana dua klub asal tanah Papua yang terlihat garang di kompetisi Indonesian Super League ternyata hanya isapan jempol belaka dimana gawang Persipuran harus bombardir dengan total 17 gol oleh klub China dan Jepang serta hanya memasukkan dua gol, sementara Persiwa harus merelakan gawangnya dirusak dengan total 9 gol dan hanya memasukkan 5 gol dari klub Hongkong dan Maladewa yang boleh dibilang bukan level kita baik timnas maupun klub tapi itulah kenyataannya, dari semua itu kita mungkin bisa sedikit tersenyum walaupun kecut dimana klub Sriwijaya FC bisa menyelamatkan muka sepakbola walaupun lawannya adalah tetangga sendiri !

Penulis berpikir, APAKAH INI yang dibanggakan oleh sang ketum ketika ditanya apa prestasi yang sudah dibuat oleh PSSI ditangannya, memang sich ada catatan prestasi yang ditorehkan oleh Timnas tetapi apakah ini bisa dibilang prestasi yang fair play seperti yang diagungkan FIFA selama ini, dimana memang kita juara Piala Kemerdekaan tetapi kemenangan itu bukan hasil kerja keras dan nurani daripada pasukan timnas kita TETAPI dengan CARA-CARA PENGECUT dimana salah satu official timnas melakukan penganiayaan dan intimidasi terhadap pelatih timnas U-23 Libya yang mengakibatkan cidera fisik, karena merasa menjadi korban dan terancam akhirnya atas permintaan langsung daripada Federasi sepakbola Libya agar tidak bertanding, akibat permintaan ini akhirnya Indonesia dinyatakan juara !

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah hasil rekomendasi daripada Kongres Sepakbola Nasional ini akan di jalankan oleh PSSI dengan benar atau hanya bertahan tiga bulan setelah itu kembali berulah ? penulis sendiri sebagai penikmat sepakbola agak ragu dengan sikap manis daripada para pengurus PSSI terutama Ketumnya yang tidak pernah berkaca akan “dosa”nya untuk sepakbola nasional.
Menurut penulis beberapa cara bagaimana para pengurus PSSI ini agak gerah dan akhirnya menyerah walaupun pendangan penulis ini agak provokator tetapi provokator diperlukan asal positif dan yang penulis tulis ini adalah positif demi prestasi sepakbola Indonesia adalah

pertama, anda pasti kenal dengan Hendri Mulyadi bukan, pemuda asal Cikarang yang sempat membuat heboh satu Indonesia dengan kecerdikannya masuk lapangan tanpa disangka oleh siapa pun dan membawa bola sampai ke arah gawang Oman walaupun ditangkap oleh Kiper Oman, akibat dari aksi Hendri Mulyadi ini PSSI di denda USD 10,000 oleh AFC, kenapa kita tidak mencontoh seperti Hendri Mulyadi dimana setiap pertandingan baik ISL, Piala Indonesia atau ajang Timnas dalam pertandingan Internasional walaupun konsekuensinya adalah (mungkin) ditahan kepolisian tetapi dengan kejadian ini pihak otoritas sepakbola Internasional seperti FIFA, AFC akan berpikir dan mengkritik keras PSSI agar membenahi sistem keamanan dalam lapangan kalau tidak bisa yah PSSI di denda lagi dan mungkin di skors dari ajang internasional.

Kedua, ini lebih kepada tindakan aparat kiranya para kepala polisi di Indonesia mengikut contoh sikap daripada Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Tengah Irjen Pol. Alex Bambang Riatmodjo dimana setiap pertandingan di wilayah hukum Polda Jawa Tengah selalu di awasinya dan jika menemukan inidasi mencurigakan dan tidak fair play maka tak segan-segan sang Kapolda meminta anak buahnya untuk mengamankan pihak-pihak tertentu, dan ini sudah dilakukan dua kali bahkan ada dua pemain yang harus diinapkan di hotel Prodeo dan lagi-lagi PSSI tidak bisa berbuat apa-apa dan lebih “takut” terbukti tidak ada “suara” daripada sang ketum terhadap aksi sang Kapolda !

Ketiga adalah ini lebih kepada sikap daripada suporter apakah kita mau prestasi atau hanya sebagai macan kertas doank? Kalau mau prestasi salahsatunya adalah KOSONGKAN bangku penonton setiap ada pertandingan dan hanya memasang spanduk yang proaktif di dalam stadion dan klub pun harus mendukung, karena selama ini penulis melihat klub hanya berorientasi hanya kepada BISNIS tanpa memikirkan prestasi baik klubnya maupun nama Indonesia di ajang internasional jadi penulis boleh donk mengatakan bahwa BIANG dari mandulnya prestasi sepakbola kita adalah klub itu sendiri !

Jadi yang kita butuhkan adalah prestasi yang secara NYATA di depan mata kita ATAU MIMPI-MIMPI indah yang di lontarkan oleh sang Ketum walaupun hasilnya NOL, dan ini sudah terbukti dimana beliau mengatakan ada blue print program kerja dimana ada program Indonesia 2020 tetapi nyatanya program kerja beliau tahap I dari 2003-2007 TIDAK ADA ! MAKA APAKAH AKAN ADA HENDRI-HENDRI YANG MUNCUL DI DALAM LAPANGAN UNTUK MEMBANTU TIMNAS INDONESIA KETIKA BERTANDING DI SUGBK atau KAPOLDA-KAPOLDA YANG SELALU MENGAWASI DAN SIAP MEMESANKAN HOTEL PRODEO BAGI PEMAIN DAN OFFICIAL SERTA PERANGKAT PERTANDINGAN ? KITA NANTIKAN SAJA !!!!

SATU HATI, SATU KATA, SATUNYA TEKAD DAN PERBUATAN TURUNKAN dan ENYAHKAN NURDIN HALID, NUGRAHA BESOES DAN KRONI-KRONI DARI DUNIA SEPAK BOLA INDONESIA YANG HANYA MEMENTINGKAN KEPENTINGAN MEREKA BUKAN PRESTASI !!!


SUGBK, 070410 18:00
Rhesza
Pendapat Pribadi

1 komentar:

Muhammad Choirul A. mengatakan...

kalo ini saya stuju..