Rabu, 21 April 2010

IFA, Dagelan Baru PSSI


Kalau kita bertanya kepada para penikmat sepakbola Indonesia ketika mencetuskan nama PSSI maka bisa pasti dikatakan obrolan itu tidak akan henti hanya 1-2 jam bahkan bisa berhari-hari apalagi disaat PSSI usia ke 80 tahun, kita tahu yang kalau manusia berusia 80 tahun maka secara fisik sudah renta tetapi kalau pengalaman soal hidup banyak sudah banyak tetapi kalau menurut penulis 80 secara manusia dan secara organisasi seperti PSSI, menurut penulis bisa 80 tahun usianya tetapi pola pikir manusia yang mengembangkannya hampir sama dengan usia ABG !!

Kenapa penulis berkata demikian, kita bisa lihat dimana-mana semakin tua organisasi semakin banyak prestasi dan pialanya tetapi TIDAK untuk PSSI, sudah berapa piala yang ada di kantor PSSI komplek Gelora Bung Karno-Senayan, Jakarta sejak tahun 1997 ? sepanjang PSSI sudah berapa kali kita masuk final bahkan juara Piala Dunia ? kalau Piala Asia ? Piala ASEAN ? penulis jamin semua agak geleng kepala ketika ditanya ini, tetapi kalau pertanyaan ini dialamatkan kepada Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia-PSSI maka jawaban itu terlotar hanya satu ketika pertanyaan sudah berapa piala yang ada di Kantor PSSI sejak tahun 1997 ? jawabnya SATU BUAH yaitu PIALA KEMERDEKAAN tahun 2008 dimana dengan BANGGAnya Timnas kita menggondol juara setelah KALAH WO 3-0 atas Timnas U-23 Libya tapi menurut penulis itu bukan juara dengan semangat fair play !

Kita sudah tahu berapa kali PSSI membuat kebijakan agar timnas kita kokoh dan disegani dengan cara mengirimkan pemain-pemain (yang katanya) berpotensial ke luar negeri, mungkin ketika musim tahun 90-an anda akrab dengan nama Baretti, Primavera dengan alumnus-alumnus seperti Bima Sakti, Kurniawan DJ, Kurnia Sandi, bahkan Kurnia Sandi pernah masuk dalam skuad resmi Sampdoria ketika bermain di Serie A kompetisi kalau tidak salah 1994/95 sebagai kiper ketiga dan hanya beberapa bulan saja tidak satu musim penuh..

Kemudian memasuki era millenium kita mengenal sosok seperti Bambang Pamungkas, Firman Utina, Ponaryo Astaman sampai pada era Syamsir Alam yang kini bermain di liga Uruguay tetapi pertanyaannya adalah dari semua program-program PSSI adakah membuahkan hasil bagi prestasi Indonesia di dunia internasional ?

Jawabnya TIDAK ADA ! kenapa tidak ada karena, PSSI kita tidak pernah belajar dari masa lalu akan program yang mereka lakukan, memang kita tidak boleh melihat kebelakang tetapi sangat perlu kalau kita melihat kedepan tetapi tidak ada hasil sementara tempo dulu kita berprestasi bahkan sangat ditakuti oleh negara-negara yang nota bene kuat sepakbolanya seperti Rusia, Jepang, tetapi sekarang Timnas kita SEPERTI YANG ADA di video game Winning Eleven benar tidak ?

Kita bisa lihat Baretti, Primavera, U-23 Belanda, U-19 Uruguay hasilnya mana ? memang jaman Baretti dan Primavera sangat eksplosif dan memuaskan dalam semua turnament tetapi itu hanya sampai tahun 1997 selanjutnya ? kemudian U-23 Belanda yang dipersiapkan untuk ASIAN GAMES DOHA dan Pra Piala Dunia hasilnya ? seperti permainan Winning Eleven, kemudian U-19 Uruguay yang dipersiapkan untuk melapis dan menggantikan Timnas Senior era Bepe dkk hasilnya ? memang mempesona ketika melawan HongKong dan China Taipe tetapi itu baru berkembang setelah di-WINNING ELEVEN-kan oleh Jepang dan Australia dan di liganya juga tidak terlalu bagus walaupun kemarin-kemarin sempat dapat pujian dari media lokal sana tetapi kembali lagi hasil nyata dengan adanya Piala atau title juara ada ?

Sekarang tanpa merasa berdosa akan kesalahan-kesalahan yang telah dibuat memutuskan membuat Indonesian Football Academy-IFA dengan bekerjasama dengan team pemandu bakat (scout) dari klub Inggris Manchester United dimana kabarnya akademi ini akan diisi oleh pemain-pemain yang rekomen langsung oleh pemandu bakat ketika melihat aksi-aksi mereka di SSB, kurikulumnya pun berbasis akademi MU termasuk dalam hal gizi dan pola makan. Semua biaya digratiskan termasuk dalam hal sekolah, kabarnya jika selesai akademi akan disalurkan dan direkomen ke klub-klub Eropa ?

Dari pemaparannya sich bagus tetapi ada beberapa pertanyaan soal IFA ini, pertama, kalau memang para siswa akademi ini hasil dari pantauan para pemandu dari SSB, memangnya PSSI pernah membuat kompetisi misal liga khusus SSB ? kedua, kabarnya akademi ini gratis dan dibebankan kepada PSSI, dananya dari mana ? bukankah kemarin ada rumor kalau PSSI NGEMIS kepada pemerintah lewat Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga serta Komite Olahraga Nasional Indonesia-KONI untuk membantu membayar gaji dan fasilitas daripada Pelatih Timnas Indonesia yang baru kalau jadi yaitu Albert Riedl yang pernah menangani Timnas Vietnam, kemudian kalau memang ada dana untuk membuat akademi ini kenapa juga dana itu dipakai untuk keperluan Timnas senior menambah pengalaman para pemain seperti pertandingan persahabatan, benar tidak ?

Ketiga, soal adanya rekomendasi dari pemandu bakat jika ada klub yang akan menggunakan jasa pemain Indonesia yang telah selesai ikut akademi, yakin ? kita tidak perlu malu bukankah negara kita selalu berada diurutan sekian dalam hal TRAVEL WARNING dari Kementerian-kementerian Luar Negeri dari negara-negara 5 benua, kemudian memangnya dengan mudah para pemain ini mendapatkan ijin kerja dari Kementerian Tenaga Kerja Inggris atau mungkin seluruh Eropa, penulis saja pernah mendapatkan info kalau ada beberapa negara khususnya Inggris sangat susah sekali mengeluarkan ijin kerja untuk bekerja di negara itu termasuk untuk sepakbola, kalau tidak salah pemain terbaik Piala Asia 2007 asal Irak pernah dilirik oleh salahsatu klub EPL kandas karena tidak mendapat ijin kerja dan juga karena asal negaranya yang bergejolak sehingga agak diragukan, itu baru Irak bagaimana dengan negara kita ?

Menurut penulis akademi ini akan bernasib sama dengan U19 Uruguay, U23 Belanda, Baretti, dan Primavera karena ya itu dibuat, dibentuk yang tidak lebih seperti membuat mie instan, seharusnya yang diperhatikan oleh PSSI adalah, benahi sistem kompetisi kalau bisa semua yang berkaitan dengan sepakbola dan masuk dalam keanggotaan PSSI dibentuk kompetisi atau liga, seperti Liga Futsal, Liga SSB dan jangan terpaku hanya jika ada sponsor maka kompetisi dijalankan begitu tidak ada sponsor maka kompetisi diistirahatkan dulu sampai ada sponsor lagi, kenapa sepakbola kita tidak ada yang beres karena itu selalu bergantung yang namanya sponsor walaupun kita tidak munafik hari gini tanpa sponsor maka semua acara tidak akan berjalan sempurna tetapi ada kok kompetisi yang tidak ada sponsor besar tetap jalan !

Seperti kompetisi Indonesian Basketball League dan Libama serta Kobanita dan kobatama dimana mereka TIDAK ADA sponsor besar sejak dua tahun lalu tetapi mereka BISA JALAN karena apa, tekad mereka untuk memajukan basket Indonesia padahal mereka adalah boleh dibilang olahraga kelas dua, sementara sepakbola olahraga rakyat HARUS NGEMIS bak GEMBEL kepada para taipan-taipan sponsor begitu tidak ada sponsor langsung bak kebakaran jenggot, seharusnya PSSI belajar dari IBL dan PBSI bagaimana mereka menjalankan kompetisi tanpa sponsor yang besar seperti kompetisi PSSI yang bersponsor besar ! benar tidak ?

Apakah Indonesia Football Academy ini yang bekerjasama dengan pemandu bakat MU akan suskses dan bisa membawa dampak positif bagi Timnas Indonesia dalam memperbaiki rangking FIFA serta mendapatkan titel juara entah itu di regional Asia atau Dunia, atau nasibnya sama dengan Baretti, Primavera, U19 Uruguay, U-23 Belanda ?

Ingat !! Gelaran Piala Dunia umurnya hampir sama dengan PSSI, SEHARUSnya kita sudah bisa mendapatkan gelar itu MASAK KALAH sama KROASIA yang PSSI-nya lahir tahun 1992, tahun 1998 sudah bisa mengukir nama PSSI-nya dalam sejarah perhelatan Piala Dunia sebagai Juara Ketiga, SEMENTARA KITA hanya JUARA sebagai penonton dan jurnalis yang setiap Piala Dunia selalu ikut !!!!

GBK Senayan, 210410 14:50

Rhesza
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: