Presiden dari mana pun di dunia ini pasti sangat diharapkan kehadirannya secara langsung oleh rakyatnya jika di negaranya sedang terjadi suatu bencana. Seperti yang terjadi baru-baru ini di negara kita dan juga di Cile sebagai bentuk dukungan moril.
Di media televisi yang disiarkan secara langsung hampir bersamaan, jelas terlihat suatu perbedaan yang mencolok di dalam prosedur penanganan bencana, khususnya pada penampilan pakaian antara Presiden RI dan Presiden Cile.
Presiden Sebastian Pinera terlihat sangat kasual dan sangat merakyat dengan menembus batas, sementara penampilan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan pejabat di Wasior, Papua Barat, terlihat sangat kaku dengan setelan baju safarinya meski telah dilengkapi rompi.
Apalagi, selalu tidak ketinggalan didampingi dengan dua ajudan yang berpakaian dinas lengkap, semakin menambah kekakuan mengingat daerah tersebut sedang porak-poranda dengan lumpur yang masih tergenang di mana-mana.
Seharusnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, rombongan, dan pejabatnya bisa menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi. Bila Presiden tidak memakai setelan formal, rombongan pejabat pasti akan menyesuaikan.
JIMMY A TURANGAN Kaveling DKI B 17, Duren Sawit, Jakarta (KOMPAS, 31 Oktober 2010)
Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagaian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf
Tulisan di atas adalah sebuah surat pembaca yang dikirimkan seorang warga yang (mungkin) prihatin dan kurang sedap di pandang ketika melihat berita tentang kunjungan Beye ke lokasi bencana Tsunami Mentawai yang menurut pembaca tersebut tidak sesuai dengan keadaan baik itu sang pemimpin maupun yang sekitar.
Apa yang di tulis oleh warga tersebut ke media cetak tidak salah dan harus diperhatikan oleh semua orang termasuk pemimpin kita kalau atau sedang berkunjung ke suatu tempat agar di lihat apakah layak atau tidak dalam hal ini cara berpakaian. Kenapa penulis mengatakan itu kita bisa lihat banyak pejabat kita seperti “salah kostum” ketika menghadiri sebuah acara yang tentunya tidak formal seperti contoh banyak pejabat kita yang mengenakan pakaian safari ketika berkunjung ke tempat bencana seperti banjir atau Tsunami Mentawai seperti kunjungan beye ke Mentawai beberapa hari lalu.
Memang tidak salah apa yang digunakan oleh pemimpin di negara ini tetapi kiranya para pemimpin juga harus punya nurani dengan apa yang mereka datangi, bukan maksud menggurui para pejabat negara ini dan juga bukan pakar fashion tetapi menurut penulis alangkah elegannya para pejabat ini ketika mengunjungi sebuah tempat bencana seperti korban banjir, gempa dan lainnya kiranya berpakaian yang lebih sederhana misalnya berpakaian kaus berleher (polo shirt) dengan celana training dan sepatu casual atau kanvas sehingga terkesan para pejabat ini merasakan apa yang dirasakan oleh korban bukan seperti yang kita lihat selama ini dimana para pejabat kita datang ke lokasi bencana dengan pakaian safari lengkap begitu juga dengan ajudannya yang berpakaian dinas lengkap dengan pangkat seperti layaknya sedang berada di barak militer kalau seperti ini apakah masih ada empati daripada pejabat ini dimata rakyat yang menjadi korban ketika melihat para pejabat ini datang dengan pakaian yang tidak menunjukkan rasa empati seperti juragan melihat jonggoasnya atau orang sangat kaya melihat rakyat jelata benar tidak ?!
Terkait dengan beye kiranya masalah ini sudah yang kesekian kalinya warga atau rakyat menjerit tentang perilaku daripada pemimpin ini kita mungkin masih ingat dengan kasus iring-iringan beliau dan rombongan sirkusnya yang membuat seorang gadis kecil mengalami trauma berat ( (http://m.detik.com/read/2010/07/16/164634/1400929/10/surat-lengkap-jeritan-warga-cibubur--pak-sby-mohon-tinggal-di-istana- ) yang katanya akan ditelaah lagi dalam jumlah iring-iringan tetapi nyatanya tidak (http://politik.kompasiana.com/2010/09/25/juru-bibir-istana-pembohong/)
Atau sikap beye yang menitikkan air mata ketika memberikan pidato pada sebuah acara yang berkaitan dengan agraria tetapi peran pemerintah sampai hari ini pun tidak ada perhatiannya sama sekali terhadap petani entah itu melindungi petani daripada para tenggulak atau memberikan akses harga yang murah dan efisien kepada petani misalnya harga pupuk
Atau sikap dingin seperti ketakutan beye terkait soal Malingsia dimana rakyat sudah siap angkat senjata untuk berperang karena kasus penahanan tiga aparat patroli Kementerian Kelautan oleh patroli laut Kepolisian Diraja Malingsia, alasan beye berbicara seperti itu karena memperhatikan nasib TKW padahal kita tahu bagaimana nasib TKI/W kita di sana mulai dari gaji tidak di bayar hingga di perkosa berkali-kali tetapi nyatanya tidak ada peran pemerintah bahkan tindakan keras Pemerintah kita misalnya menarik Dubes RI dan memulangkan seluruh staff Kedutaan Malaysia di Jakarta sebagai bentuk protes kita terhadap negara Malaysia yang tidak menghargai HAM daripada pekerja yang berlaku di internasional atau organisasis internasional bidang pekerja misalnya ILO
Menurut penulis sudah cukuplah presiden kita berdiri dan bekerja dengan topeng, kita tahu seorang pemimpin itu harus rela berkorban demi jiwa raga untuk rakyat termasuk terjun langsung ke areal yang menjadi tempat tinggal rakyat yang menjadi korban bukannya malah tidur di Kapal Perang atau dimana yang lebih empuk daripada melihat dan merasakan penderitaan rakyat bukan seperti yang dilakukan oleh pemimpin negara ini yang dibutuhkan rakyat sekarang adalah empat nurani daripada para pemimpin bukan sikap jaga imej dari pemimpin itu kemudian disiarkan oleh media kalau pemimpin kita berempati padahal nyatanya ? seperti yang terjadi di Wasior beberapa waktu lalu…
Sampai kapan Beye akan terus bertahan dengan imej, sikap dingin serta ragu dan topengnya selama memimpin negara ini yang sudah hampir 6 tahun ini sementara pemimpin negara lain sudah maju 3 langkah dalam hal melayani , membuka mata serta mendengar apa yang rakyat minta demi negaranya seperti yang dilakukan oleh Sebastian Pinera dari Chile yang rela menunggu dan bermalam di tempat ke-33 penambang terdampar di dasar bumi hanya untuk memastikan bahwa ke-33 warganya selamat hingga muncul ke permukaan bumi serta jika ada pekerjaan hanya menyempatkan waktu sekitar dua jam di Ibukota negara selebihnya di tempat kejadian dan akhir dari penantiannya tercapai dimana ke-33 penambang selamat dan hidup ketika ditarik ke permukaan bumi dan dunia pun memuji Presiden Pinera setinggi langit karena mau berkorban demi rakyat yang sudah mempercayakan dirinya untuk memimpin negara ini sedangkan pemimpin kita ?
Thamrin, 011110 17:28
Rhesza
Pendapat Pribadi
Tulisan di atas adalah sebuah surat pembaca yang dikirimkan seorang warga yang (mungkin) prihatin dan kurang sedap di pandang ketika melihat berita tentang kunjungan Beye ke lokasi bencana Tsunami Mentawai yang menurut pembaca tersebut tidak sesuai dengan keadaan baik itu sang pemimpin maupun yang sekitar.
Apa yang di tulis oleh warga tersebut ke media cetak tidak salah dan harus diperhatikan oleh semua orang termasuk pemimpin kita kalau atau sedang berkunjung ke suatu tempat agar di lihat apakah layak atau tidak dalam hal ini cara berpakaian. Kenapa penulis mengatakan itu kita bisa lihat banyak pejabat kita seperti “salah kostum” ketika menghadiri sebuah acara yang tentunya tidak formal seperti contoh banyak pejabat kita yang mengenakan pakaian safari ketika berkunjung ke tempat bencana seperti banjir atau Tsunami Mentawai seperti kunjungan beye ke Mentawai beberapa hari lalu.
Memang tidak salah apa yang digunakan oleh pemimpin di negara ini tetapi kiranya para pemimpin juga harus punya nurani dengan apa yang mereka datangi, bukan maksud menggurui para pejabat negara ini dan juga bukan pakar fashion tetapi menurut penulis alangkah elegannya para pejabat ini ketika mengunjungi sebuah tempat bencana seperti korban banjir, gempa dan lainnya kiranya berpakaian yang lebih sederhana misalnya berpakaian kaus berleher (polo shirt) dengan celana training dan sepatu casual atau kanvas sehingga terkesan para pejabat ini merasakan apa yang dirasakan oleh korban bukan seperti yang kita lihat selama ini dimana para pejabat kita datang ke lokasi bencana dengan pakaian safari lengkap begitu juga dengan ajudannya yang berpakaian dinas lengkap dengan pangkat seperti layaknya sedang berada di barak militer kalau seperti ini apakah masih ada empati daripada pejabat ini dimata rakyat yang menjadi korban ketika melihat para pejabat ini datang dengan pakaian yang tidak menunjukkan rasa empati seperti juragan melihat jonggoasnya atau orang sangat kaya melihat rakyat jelata benar tidak ?!
Terkait dengan beye kiranya masalah ini sudah yang kesekian kalinya warga atau rakyat menjerit tentang perilaku daripada pemimpin ini kita mungkin masih ingat dengan kasus iring-iringan beliau dan rombongan sirkusnya yang membuat seorang gadis kecil mengalami trauma berat ( (http://m.detik.com/read/2010/07/16/164634/1400929/10/surat-lengkap-jeritan-warga-cibubur--pak-sby-mohon-tinggal-di-istana- ) yang katanya akan ditelaah lagi dalam jumlah iring-iringan tetapi nyatanya tidak (http://politik.kompasiana.com/2010/09/25/juru-bibir-istana-pembohong/)
Atau sikap beye yang menitikkan air mata ketika memberikan pidato pada sebuah acara yang berkaitan dengan agraria tetapi peran pemerintah sampai hari ini pun tidak ada perhatiannya sama sekali terhadap petani entah itu melindungi petani daripada para tenggulak atau memberikan akses harga yang murah dan efisien kepada petani misalnya harga pupuk
Atau sikap dingin seperti ketakutan beye terkait soal Malingsia dimana rakyat sudah siap angkat senjata untuk berperang karena kasus penahanan tiga aparat patroli Kementerian Kelautan oleh patroli laut Kepolisian Diraja Malingsia, alasan beye berbicara seperti itu karena memperhatikan nasib TKW padahal kita tahu bagaimana nasib TKI/W kita di sana mulai dari gaji tidak di bayar hingga di perkosa berkali-kali tetapi nyatanya tidak ada peran pemerintah bahkan tindakan keras Pemerintah kita misalnya menarik Dubes RI dan memulangkan seluruh staff Kedutaan Malaysia di Jakarta sebagai bentuk protes kita terhadap negara Malaysia yang tidak menghargai HAM daripada pekerja yang berlaku di internasional atau organisasis internasional bidang pekerja misalnya ILO
Menurut penulis sudah cukuplah presiden kita berdiri dan bekerja dengan topeng, kita tahu seorang pemimpin itu harus rela berkorban demi jiwa raga untuk rakyat termasuk terjun langsung ke areal yang menjadi tempat tinggal rakyat yang menjadi korban bukannya malah tidur di Kapal Perang atau dimana yang lebih empuk daripada melihat dan merasakan penderitaan rakyat bukan seperti yang dilakukan oleh pemimpin negara ini yang dibutuhkan rakyat sekarang adalah empat nurani daripada para pemimpin bukan sikap jaga imej dari pemimpin itu kemudian disiarkan oleh media kalau pemimpin kita berempati padahal nyatanya ? seperti yang terjadi di Wasior beberapa waktu lalu…
Sampai kapan Beye akan terus bertahan dengan imej, sikap dingin serta ragu dan topengnya selama memimpin negara ini yang sudah hampir 6 tahun ini sementara pemimpin negara lain sudah maju 3 langkah dalam hal melayani , membuka mata serta mendengar apa yang rakyat minta demi negaranya seperti yang dilakukan oleh Sebastian Pinera dari Chile yang rela menunggu dan bermalam di tempat ke-33 penambang terdampar di dasar bumi hanya untuk memastikan bahwa ke-33 warganya selamat hingga muncul ke permukaan bumi serta jika ada pekerjaan hanya menyempatkan waktu sekitar dua jam di Ibukota negara selebihnya di tempat kejadian dan akhir dari penantiannya tercapai dimana ke-33 penambang selamat dan hidup ketika ditarik ke permukaan bumi dan dunia pun memuji Presiden Pinera setinggi langit karena mau berkorban demi rakyat yang sudah mempercayakan dirinya untuk memimpin negara ini sedangkan pemimpin kita ?
Thamrin, 011110 17:28
Rhesza
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar