Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagaian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf
Tidak disangka bak petir di siang bolong walaupun kejadian ini sudah menjadi santapan sehari-hari bagi penikmat sepakbola Indonesia dan kejadian ini terjadi kampung halaman daripada ketua umum PSSI yaitu Makassar. Setidaknya dalam seminggu kota Makassar khususnya sekitar Stadion Andi Matalatta, Matoangin-Makassar penuh dengan kebencian.
Kejadian pertama dimana adanya perselisihan sepele antara aparat kepolisian dengan aparat TNI dimana kabarnya aparat kepolisian yang mencoba masuk ke dalam stadion untuk menjaga keamanan penonton dan stadion dilarang masuk tetapi pada saat bersamaan aparat TNI dengan leluasa masuk ke dalam stadion, akibat dari kejadian ini maka terjadi kericuhan kecil antara aparat Kepolisian dengan TNI dan ditambah dengan ulah suporter daripada klub PSM Makassar yang tidak masuk untuk menyaksikan PSM kontra Persiwa Wamena.
Dan pada hari sabtu kericuhan terjadi kembali di stadion Andi Matalatta dan kali ini berada di dalam stadion dimana saat itu pertandingan antara PSM kontra Semen Padang yang mana Semen Padang unggul 1-0, dan puncak dari kerusuhan massa ini terjadi ketika wasit yang memimpin tidak memberikan penalti kepada PSM karena adanya insiden handsball terhadap pemain Semen Padang di kotak penalty Semen Padang akibatnya ratusan massa berhampuran masuk ke tengah lapangan untuk mencari wasit untuk mempertanyakan soal itu selain itu juga banyak massa yang melemparkan mercon dan membakar papan iklan yang ada di pinggir lapangan.
Akibat dari kerusuhan sabtu malam kemarin baik PSSI maupun PT. Badan Liga Indonesia belum mengeluarkan pernyataan sepatah kata pun tentang kasus ini, dan kasus ini selang 4 hari menjelang pentas akbar sepakbolanya Asia Tenggara atau Piala AFF yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno-Senayan.
Melihat peristiwa ini menurut penulis sangat disayangkan walaupun apa yang dilakukan oleh para suporter tersebut adalah bukti akumulasi kemarahan mereka melihat sistem sepak bola kita yang semakin hari semakin tidak jelas terutama dalam hal prestasi kita bisa lihat sudah dua periode Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid dan kawan-kawan tetapi sampai saat ini BELUM DAN TIDAK ADA satu pun gelar juara di raih.
Begitu juga ketika pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia beserta Komite Olahraga Nasional Indonesia-KONI mencoba memfasilitasi aspirasi daripada penikmat sepakbola Indonesia dengan menggelar Kongres Sepakbola Nasional dan menghasilkan sebuah kesepakatan bulat yang diberi nama 7 rekomendasi Kongres Sepakbola Nasional dimana satu dari tujuh rekomendasi itu adalah PSSI segera melakukan reformasi dan restrukturisasi atas dasar usul, saran, dan kritik masyarakat tetapi nyatanya ? pembentukan kongres sepakbola nasional itu pun di tentang keras oleh semua pengurus PSSI dan hasil dari rekomendasi kongres pun sampai penulis menuliskan ini belum ada jawaban dalam bentuk nyata.
Pertanyaan sekarang adalah MAU SAMPAI KAPAN sepak bola kita seperti ini, penuh dengan kemunafikan, kebohongan publik, politik jual-beli skor pertandingan dan hukuman pemain ? Dan juga banyak tuntutan dari kelompok suporter agar adanya gerakan revolusi PSSI tetapi nyatanya ? ada segelintir orang saja yang menyuarakan itu tetapi ketika kasus Makassar ini timbul banyak suporter yang menyayangkan lantas revolusi PSSI yang bagaimana supaya prestasi sepak bola kita meningkat ?
Bukan maksud penulis UNTUK MENJADI provokator tetapi mungkin saran penulis bisa dijadikan refleksikan bagi semua orang MENGAKU pecinta sepakbola nasional demi prestasi dan harga diri bangsa ini JANGAN CUMA BISA teriak REVOLUSI PSSI tetapi NATO-Ngomong Asal TANPA OTAK tetapi tidak dilanjutkan dengan bukti nyata, kita bisa lihat BERAPA KALI Jak-Mania protes ke PSSI untuk di reformasi atau revolusi tetapi nyatanya ? atau BERAPA KALI timnas kita bertanding dan berapa kali bentangan spanduk “ REVOLUSI PSSI “ atau “ TURUNKAN NURDIN HALID “ terpantau kamera televisi yang menyiarkan Timnas bertanding apakah ada efeknya ? TIDAK ADA kawan !!! yang di butuhkan sekarang adalah TINDAKAN NYATA yang nantinya berbuah hukuman, karena dengan hukuman dari badan Internasional lah seperti FIFA yang BISA membuat REVOLUSI itu terjadi. Karena MAU BERAPA KALI suporter bola Indonesia berdemo, teriak-teriak Reformasi dan Revolusi PSSI sampai putus pita suara atau berapa puluh meter kain di bentangkan sampai menutupi stadion GBK dan stadion di Indonesia dengan tulisan “REVOLUSI PSSI “ atau “TURUNKAN NURDIN HALID” TANPA HUKUMAN dari FIFA atau AFC maka itu AKAN SIA-SIA kawan !!!
Mungkin REVOLUSI ITU BARU TIMBUL ketika timnas kita bertanding dan puluhan suporter MASUK KE DALAM stadion seperti yang terjadi di Makassar atau seperti tindakan Hendri Mulyadi ketika Timnas melawan Oman maka perhitungan penulis ini DILAKUKAN pada tanggal 1 Desember 2010 adalah pertandingan pembukaan Piala Suzuki AFF antara Indonesia melawan Malaysia pastinya banyak tamu penting yang datang seperti Ketua AFC, Ketua AFF, Ketua PSSI dan juga beberapa pejabat organisasi olahraga di Indonesia dan tentunya penonton pecinta sepakbola Indonesia, ketika ada kesalahan wasit dan itu fatal apa yang harusnya menjadi hak dari timnas misalnya penalty tidak diberikan maka timbulkanlah apa yang terjadi di Makassar kemarin di dalam stadion GBK !
Kenapa penulis menyarankan seperti itu, sekali lagi BUKAN MAKSUD untuk sebagai provokator mungkin apa yang terjadi di Makassar ini bisa diulangi kembali di GBK Stadion pada tanggal 1 Desember karena mungkin dengan begitu kia bisa menunjukkan kepada para petinggi-petinggi sepakbola dunia khususnya AFF dan AFC atau mungkin FIFA lewat tayangan saluran televisi kabel misalnya Star Sport atau ESPN Sport kalau beginilah kelakuan suporter Indonesia dan kondisi geografis sepakbola Indonesia yang penuh dengan kemarahan dan arogansi yang tidak lebih dari gerombolan penjahat di bawah kepemimpinan seorang Nurdin Halid yang ternyata juga lebih daripada seorang penjahat !
Secara otomatis pasti Indonesia kena hukuman larangan bertanding di kompetisi luar negeri bukan ? nah dengan hukuman ini penulis dan masyarakat pecinta sepakbola Indonesia BERHARAP DAN SANGAT kiranya Presiden Republik Indonesia dengan kekuasaannya PERINTAHKAN Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia untuk mengambil alih atau istilah kerennya KUDETA terhadap PSSI dan semua perangkatnya dan juga PERINTAHKAN KPK, PPATK, BPK untuk masuk dan mengusut pembukuan daripada PSSI dan perangkatnya !
Selama hukuman dari AFC atau FIFA belum di cabut kiranya juga para Pengurus klub dan PSSI daerah DENGAN NURANI-nya juga bekerja KALAU MEMANG ingin sepakbola Indonesia maju karena selama ini menurut penulis banyak Klub dan PSSI daerah yang penulis boleh bilang (maaf) POLITIK JILAT PANTAT dimana ketika ketum berdongeng dengan konsep Timnas dan sepakbola nasional para pengurus klub dan Pengda PSSI hanya manggut-manggut saja tanda setuju, dan hasil dari manggut-manggut itulah yang membuat sepakbola kita tidak jelas benar tidak ?! menurut penulis hanya PERSEBAYA saja yang BISA BERONTAK dari kusutnya PSSI walau akhirnya PSSI selalu menghambat laju Persebaya jika sukses dalam liga sementara yang lainnya maaf (acungi jempol kebawah) !!
Mau SAMPAI KAPAN sepakbola kita hanya dipenuhi dengan berita-berita kerusuhan antar suporter, kerusuhan antar pemain pemusatan latihan timnas, pembentukan tim usia dini di luar negeri tanpa adanya prestasi yang menjanjikan dari apa yang dikembangkan di otak para pengurus ? hanya waktu dan kitanya sebagai penikmat sepakbola nasional yang bisa membuat itu kalau perlu dengan darah untuk menggeser dan kalau perlu mengusir dari Indonesia dan mencoretnya sebagai WNI terhadap orang-orang yang tidak becus mengurus sepakbola Indonesia dan bisanya NATO-Ngomong Asal TANPA OTAK dan hobi POLITIK JILAT PANTAT baik itu di PSSI maupun di Pengda dan Klub !!!
GBK Std, 281110 16:35
Rhesza
Pendapat Pribadi
Tidak disangka bak petir di siang bolong walaupun kejadian ini sudah menjadi santapan sehari-hari bagi penikmat sepakbola Indonesia dan kejadian ini terjadi kampung halaman daripada ketua umum PSSI yaitu Makassar. Setidaknya dalam seminggu kota Makassar khususnya sekitar Stadion Andi Matalatta, Matoangin-Makassar penuh dengan kebencian.
Kejadian pertama dimana adanya perselisihan sepele antara aparat kepolisian dengan aparat TNI dimana kabarnya aparat kepolisian yang mencoba masuk ke dalam stadion untuk menjaga keamanan penonton dan stadion dilarang masuk tetapi pada saat bersamaan aparat TNI dengan leluasa masuk ke dalam stadion, akibat dari kejadian ini maka terjadi kericuhan kecil antara aparat Kepolisian dengan TNI dan ditambah dengan ulah suporter daripada klub PSM Makassar yang tidak masuk untuk menyaksikan PSM kontra Persiwa Wamena.
Dan pada hari sabtu kericuhan terjadi kembali di stadion Andi Matalatta dan kali ini berada di dalam stadion dimana saat itu pertandingan antara PSM kontra Semen Padang yang mana Semen Padang unggul 1-0, dan puncak dari kerusuhan massa ini terjadi ketika wasit yang memimpin tidak memberikan penalti kepada PSM karena adanya insiden handsball terhadap pemain Semen Padang di kotak penalty Semen Padang akibatnya ratusan massa berhampuran masuk ke tengah lapangan untuk mencari wasit untuk mempertanyakan soal itu selain itu juga banyak massa yang melemparkan mercon dan membakar papan iklan yang ada di pinggir lapangan.
Akibat dari kerusuhan sabtu malam kemarin baik PSSI maupun PT. Badan Liga Indonesia belum mengeluarkan pernyataan sepatah kata pun tentang kasus ini, dan kasus ini selang 4 hari menjelang pentas akbar sepakbolanya Asia Tenggara atau Piala AFF yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno-Senayan.
Melihat peristiwa ini menurut penulis sangat disayangkan walaupun apa yang dilakukan oleh para suporter tersebut adalah bukti akumulasi kemarahan mereka melihat sistem sepak bola kita yang semakin hari semakin tidak jelas terutama dalam hal prestasi kita bisa lihat sudah dua periode Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid dan kawan-kawan tetapi sampai saat ini BELUM DAN TIDAK ADA satu pun gelar juara di raih.
Begitu juga ketika pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia beserta Komite Olahraga Nasional Indonesia-KONI mencoba memfasilitasi aspirasi daripada penikmat sepakbola Indonesia dengan menggelar Kongres Sepakbola Nasional dan menghasilkan sebuah kesepakatan bulat yang diberi nama 7 rekomendasi Kongres Sepakbola Nasional dimana satu dari tujuh rekomendasi itu adalah PSSI segera melakukan reformasi dan restrukturisasi atas dasar usul, saran, dan kritik masyarakat tetapi nyatanya ? pembentukan kongres sepakbola nasional itu pun di tentang keras oleh semua pengurus PSSI dan hasil dari rekomendasi kongres pun sampai penulis menuliskan ini belum ada jawaban dalam bentuk nyata.
Pertanyaan sekarang adalah MAU SAMPAI KAPAN sepak bola kita seperti ini, penuh dengan kemunafikan, kebohongan publik, politik jual-beli skor pertandingan dan hukuman pemain ? Dan juga banyak tuntutan dari kelompok suporter agar adanya gerakan revolusi PSSI tetapi nyatanya ? ada segelintir orang saja yang menyuarakan itu tetapi ketika kasus Makassar ini timbul banyak suporter yang menyayangkan lantas revolusi PSSI yang bagaimana supaya prestasi sepak bola kita meningkat ?
Bukan maksud penulis UNTUK MENJADI provokator tetapi mungkin saran penulis bisa dijadikan refleksikan bagi semua orang MENGAKU pecinta sepakbola nasional demi prestasi dan harga diri bangsa ini JANGAN CUMA BISA teriak REVOLUSI PSSI tetapi NATO-Ngomong Asal TANPA OTAK tetapi tidak dilanjutkan dengan bukti nyata, kita bisa lihat BERAPA KALI Jak-Mania protes ke PSSI untuk di reformasi atau revolusi tetapi nyatanya ? atau BERAPA KALI timnas kita bertanding dan berapa kali bentangan spanduk “ REVOLUSI PSSI “ atau “ TURUNKAN NURDIN HALID “ terpantau kamera televisi yang menyiarkan Timnas bertanding apakah ada efeknya ? TIDAK ADA kawan !!! yang di butuhkan sekarang adalah TINDAKAN NYATA yang nantinya berbuah hukuman, karena dengan hukuman dari badan Internasional lah seperti FIFA yang BISA membuat REVOLUSI itu terjadi. Karena MAU BERAPA KALI suporter bola Indonesia berdemo, teriak-teriak Reformasi dan Revolusi PSSI sampai putus pita suara atau berapa puluh meter kain di bentangkan sampai menutupi stadion GBK dan stadion di Indonesia dengan tulisan “REVOLUSI PSSI “ atau “TURUNKAN NURDIN HALID” TANPA HUKUMAN dari FIFA atau AFC maka itu AKAN SIA-SIA kawan !!!
Mungkin REVOLUSI ITU BARU TIMBUL ketika timnas kita bertanding dan puluhan suporter MASUK KE DALAM stadion seperti yang terjadi di Makassar atau seperti tindakan Hendri Mulyadi ketika Timnas melawan Oman maka perhitungan penulis ini DILAKUKAN pada tanggal 1 Desember 2010 adalah pertandingan pembukaan Piala Suzuki AFF antara Indonesia melawan Malaysia pastinya banyak tamu penting yang datang seperti Ketua AFC, Ketua AFF, Ketua PSSI dan juga beberapa pejabat organisasi olahraga di Indonesia dan tentunya penonton pecinta sepakbola Indonesia, ketika ada kesalahan wasit dan itu fatal apa yang harusnya menjadi hak dari timnas misalnya penalty tidak diberikan maka timbulkanlah apa yang terjadi di Makassar kemarin di dalam stadion GBK !
Kenapa penulis menyarankan seperti itu, sekali lagi BUKAN MAKSUD untuk sebagai provokator mungkin apa yang terjadi di Makassar ini bisa diulangi kembali di GBK Stadion pada tanggal 1 Desember karena mungkin dengan begitu kia bisa menunjukkan kepada para petinggi-petinggi sepakbola dunia khususnya AFF dan AFC atau mungkin FIFA lewat tayangan saluran televisi kabel misalnya Star Sport atau ESPN Sport kalau beginilah kelakuan suporter Indonesia dan kondisi geografis sepakbola Indonesia yang penuh dengan kemarahan dan arogansi yang tidak lebih dari gerombolan penjahat di bawah kepemimpinan seorang Nurdin Halid yang ternyata juga lebih daripada seorang penjahat !
Secara otomatis pasti Indonesia kena hukuman larangan bertanding di kompetisi luar negeri bukan ? nah dengan hukuman ini penulis dan masyarakat pecinta sepakbola Indonesia BERHARAP DAN SANGAT kiranya Presiden Republik Indonesia dengan kekuasaannya PERINTAHKAN Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia untuk mengambil alih atau istilah kerennya KUDETA terhadap PSSI dan semua perangkatnya dan juga PERINTAHKAN KPK, PPATK, BPK untuk masuk dan mengusut pembukuan daripada PSSI dan perangkatnya !
Selama hukuman dari AFC atau FIFA belum di cabut kiranya juga para Pengurus klub dan PSSI daerah DENGAN NURANI-nya juga bekerja KALAU MEMANG ingin sepakbola Indonesia maju karena selama ini menurut penulis banyak Klub dan PSSI daerah yang penulis boleh bilang (maaf) POLITIK JILAT PANTAT dimana ketika ketum berdongeng dengan konsep Timnas dan sepakbola nasional para pengurus klub dan Pengda PSSI hanya manggut-manggut saja tanda setuju, dan hasil dari manggut-manggut itulah yang membuat sepakbola kita tidak jelas benar tidak ?! menurut penulis hanya PERSEBAYA saja yang BISA BERONTAK dari kusutnya PSSI walau akhirnya PSSI selalu menghambat laju Persebaya jika sukses dalam liga sementara yang lainnya maaf (acungi jempol kebawah) !!
Mau SAMPAI KAPAN sepakbola kita hanya dipenuhi dengan berita-berita kerusuhan antar suporter, kerusuhan antar pemain pemusatan latihan timnas, pembentukan tim usia dini di luar negeri tanpa adanya prestasi yang menjanjikan dari apa yang dikembangkan di otak para pengurus ? hanya waktu dan kitanya sebagai penikmat sepakbola nasional yang bisa membuat itu kalau perlu dengan darah untuk menggeser dan kalau perlu mengusir dari Indonesia dan mencoretnya sebagai WNI terhadap orang-orang yang tidak becus mengurus sepakbola Indonesia dan bisanya NATO-Ngomong Asal TANPA OTAK dan hobi POLITIK JILAT PANTAT baik itu di PSSI maupun di Pengda dan Klub !!!
GBK Std, 281110 16:35
Rhesza
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar