Mungkin baru ini sepanjang 63 tahun Indonesia berdiri menjadi negara ada ajang tawuran mahasiswa dalam sehari bisa dua kali dan melibatkan tiga kampus dan satu kampus harus meladeni dua kampus sekaligus sungguh hebat sekali pantas masuk Museum Rekor Indonesia bahkan Guinness Book of Record !!
Iya itu hanya terjadi di kawasan Jl. Diponegoro- Salemba, Jakarta Pusat dimana pada tanggal 14 Oktober 2008 kemarin mulai jam 11.00 hingga malam hari dengan jeda waktu sekitar dua jam, dimulai tawuran mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI-Salemba) dengan mahasiswa YAI kemudian dilanjutkan pada pukul 15.00 antara mahasiswa UKI dengan mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK-Jl.Kimia) efek dari peristiwa ini setidaknya satu mobil yang terparkir di depan kampus YAI rusak parah dan satu mobil patroli dari Polisi Sektor (Polsek) Menteng hancur dan juga ada wartawan televisi yang mengaku dianiaya oleh mahasiswa ketika meliput, Polisi dalam hal ini Kepolisian Metropolitan Jakarta Pusat menetapkan lima mahasiswa UKI sebagai tersangka dengan pasal mengganggu ketertiban umum dimana satu dari lima tersangka dikenakan pasal berlapis.
Kenapa harus UKI ? itulah pertanyaan ketika setiap tahun ada peristiwa tawuran mahasiswa di Salemba dan media selalu menempatkan kata UKI dalam baris pertama. Tulisan ini bukan untuk membela UKI atau menghalalkan mahasiswa UKI untuk bertawuran ria tetapi ada yang salah terutama pemberitaan dan stigma masyarakat terhadap kampus ini.
Siapa yang tidak kenal UKI, memang kampus ini mulai era reformasi hingga sekarang selalu menghiasi pemberitaan karena eksistensi demo mereka dalam mengkritik kinerja pemerintah walaupun sebenarnya kampus inilah yang berhak mendapatkan predikat kampus reformasi karena sebelum terjadinya peristiwa Grogol, pemikiran para mahasiswa kampus ini ditambah dua kampus berlandaskan keagamaan di Jakarta sudah tercipta yang namanya reformasi tetapi kenapa setelah tragedi Mei itu mengakibatkan julukan kampus reformasi bersarang di kampus itu (?), setelah reda itulah baru kalau tidak salah menurut catatan RKM medio tahun 2000 tawuran sudah mulai menjadi makanan empuk di kawasan Salemba yang kata orang jalur internasional (?).
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah semua ini yang salah adalah mahasiswa UKI ? kalau menurut RKM ada satu sisi mahasiswa UKI yang melakukan tetapi ada satu sisi bukan mahasiswa UKI yang mulai, mungkin yang pembaca dan pengunjung blog ini hanya tahu UKI biang tawuran padahal belum tentu.
Sekedar informasi saja, bahwa kalau anda tahu atau sering melintasi Jl. Salemba dimana samping kampus tetangga UKI (tidak perlu penulis tuliskan karena anda tahu sendiri kampus apa itu ?) ada sebuah bangunan dimana sebelum di tembok sekarang ini karena sengketa pada beberapa hari lalu sempat heboh antara Satpol PP Jakarta Pusat dengan salahsatu organisasi mahasiswa beraliansi agama, ada semacam rusun mini atau Flat dimana tinggal beberapa keluarga dan pemuda dari suatu etnis tertentu, dari sinilah tawuran itu mulai karena gesekan dari penghuni itu yang sering mengkompori untuk melakukan tawuran (penulis tidak merekayasa karena penulis bersama staff RKM pernah melakukan investigasi dan pernah melihat sendiri bagaimana mereka berpola dan bertaktik) di tambah lagi adanya unsur bisnis ingin menguasai sebuah lahan untuk meraup Rupiah yang menggunung dalam hitungan menit setiap hari… setiap bulan …bahkan setiap tahun.
RKM juga keberatan dengan pola pendekatan dan penanganan yang dilakukan oleh jajaran Kepolisian Metropolitan Jakarta Pusat dimana tidak netral karena selama terjadi beberapa kali tawuran setiap tahun yang penulis lihat sendiri, kenapa hanya mahasiswa UKI yang di jaga dan bahkan ditangkap, di maki-maki dan dijadikan tersangka seperti sekarang ini, sedangkan lawan tawuran tidak ditangkap bahkan pernah beberapa kali penulis melihat polisi membiarkan lawan tawuran UKI melempar batu bahkan sampai molotov dari dalam kampus mereka tetapi tidak ditangkap bahkan sampai beberapa mahasiswa memprotes kepada komandan lapangan tetapi hanya ditanggapi dengan senyuman pada kejadian itu tepat di depan mata sang komandan lapangan!!, padahal belum tentu yang mulai dari mahasiswa UKI !! apakah isu yang beredar selama ini adanya semacam unsur upeti-upeti yang mengakibatkan UKI selalu disalahkan, apakah karena ada bukti rekaman gambar dari beberapa kamera tersembunyi yang ada di lingkungan kampus tersebut yang dipasang ke arah jalan sehingga polisi mudah melacaknya bahwa yang terekam adalah Mahasiswa UKI sementara kemana Mahasiswa lawan yang mungkin juga terekam, apa hanya karena jumlah mahasiswa UKI sedikit sehingga bisa terdeteksi sementara lawan mereka mahasiswa sejuta umat sehingga tidak bisa dilacak oleh pihak kampus atau karena praktek upeti-upeti itu sehingga ada unsur segan dan tidak enak hati ? Wah !!!
Kalau benar, sangat disayangkan sekali berarti benar kata orang-orang kecil yang sering berdemo bahwa keadilan dan kebenaran di Indonesia sangat mahal harganya dan hanya orang berduitlah yang bisa mengatakan bahwa keadilan dan kebenaran itu ada di Indonesia !
Soal pemberitaan dimedia massa penulis dan RKM agak keberatan, karena seperti media semenjak era reformasi dan tidak adanya Kementerian Penerangan serta tidak perlu lagi ada SIUPP jika ingin mendirikan sebuah media mengakibatkan tidak ada lagi mana berita yang berdasarkan fakta dan analisa serta berita yang hanya isapan jempol doank, apakah karena berdasarkan alfabet nama, UKI selalu berada di depan judul berita kalau ada tawuran atau memang ingin menjatuhkan citra UKI dimata orangtua murid yang akan memasukkan anaknya yang baru lulus SMU ketika memilih perguruan tinggi swasta untuk tidak memasukkan UKI dalam daftar listnya karena prestasi buruknya (?), sangat disayangkan sekali media kalau berpikiran seperti itu padahal belum semua warga tahu akan prestasi positf dari UKI, mereka pernah juara I lomba mobil hemat energi se-Jawa Bali PP yang diadakan oleh sebuah perusahaan otomotif asal negara Eropa dan diikuti oleh semua kampus yang ada diwilayah Jawa-Bali dimana satu liter bensin bisa menempuh sekitar 12-13 kilometer, belum lagi alumni-alumni yang sukses menduduki posisi penting seperti menduduki kursi RI-3 lalu RI-6 itu baru di Pusat Jakarta belum lagi yang menduduki posisi teratas di daerah mulai dari tingkat Gubernur hingga Walikota, tetapi apa yang terekspos oleh media adalah buruknya saja seperti kasus tawuran ini.
Solusi yang terbaik supaya tidak terjadi lagi kasus ini adalah, dari internal kampus harus menyelidiki dan mendengarkan aspirasi dari rekan-rekan mahasiswa siapa tahu karena aspirasi mereka tidak didengar oleh pimpinan kampus sehingga berbuat seperti ini dan juga adanya membentuk semacam kesepakatan antar pimpinan dan juga antar mahasiswa, karena selama ini hanya antar pimpinan saja yang melakukan kesepakatan tapi tidak pernah melibatkan mahasiswa, selain itu juga Polisi juga harus tegas jangan hanya satu pihak yang disidik kalau perlu pemain tawuran yang ada dijalan harus diperiksa bahkan di pesankan kamar mereka di Hotel Prodeo buat apa sekarang para aparat Intelkam Polres Jakarta Pusat dibekali handycam ketika bertugas mengamankan demontrasi dan tawuran, atau fungsi handycam itu hanya merekam satu sisi saja bukan dua sisi atau hanya ingin menggambarkan laporan kerja dari Kapolres Jakarta Pusat kalau Kapolda minta evaluasi kerja dari Pusat-01 ini kalau dilapangan !! dan buat apa fungsi kamera CCTV dikampus itu yang kabarnya langsung termonitor ke Kantor Polres Jakarta Pusat kalau hanya ingin menjebak mahasiswa UKI !!
Akankah UKI lagi selalu disalahkan jika melakukan tawuran serta media mengekspos secara besar-besaran dihalaman desk Metropolitan atau Ibukota, atau Polisi bisa bersifat netral dengan menambah tersangka lagi dari kampus yang menjadi lawan atau malah memang ini menjadi ajang tahunan seperti ajang festival kemang..kita lihat saja
Sekali lagi tulisan ini bukan untuk pembelaan UKI karena selalu merasa dipojokkan tetapi hanya untuk mengingatkan kepada semua pihak bahwa ketika melihat dan menganalisa harus berada dalam koridor NETRAL dan TIDAK BERAT SEBELAH itu saja, mohon maaf kalau dalam tulisan di atas ada beberapa pihak yang merasa mukanya merah atau tersinggung tulisan ini untuk kepentingan kita bersama dengan dasar PERDAMAIAN bukannya Perdamaian dan Perbedaan itu indah seperti spanduk yang sering kita lihat dijalan yang berwarna hijau daun !
141008
Arief Mauliate Ivan
Pernah belajar di UKI
Sedang belajar S3 di Israel
Iya itu hanya terjadi di kawasan Jl. Diponegoro- Salemba, Jakarta Pusat dimana pada tanggal 14 Oktober 2008 kemarin mulai jam 11.00 hingga malam hari dengan jeda waktu sekitar dua jam, dimulai tawuran mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI-Salemba) dengan mahasiswa YAI kemudian dilanjutkan pada pukul 15.00 antara mahasiswa UKI dengan mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK-Jl.Kimia) efek dari peristiwa ini setidaknya satu mobil yang terparkir di depan kampus YAI rusak parah dan satu mobil patroli dari Polisi Sektor (Polsek) Menteng hancur dan juga ada wartawan televisi yang mengaku dianiaya oleh mahasiswa ketika meliput, Polisi dalam hal ini Kepolisian Metropolitan Jakarta Pusat menetapkan lima mahasiswa UKI sebagai tersangka dengan pasal mengganggu ketertiban umum dimana satu dari lima tersangka dikenakan pasal berlapis.
Kenapa harus UKI ? itulah pertanyaan ketika setiap tahun ada peristiwa tawuran mahasiswa di Salemba dan media selalu menempatkan kata UKI dalam baris pertama. Tulisan ini bukan untuk membela UKI atau menghalalkan mahasiswa UKI untuk bertawuran ria tetapi ada yang salah terutama pemberitaan dan stigma masyarakat terhadap kampus ini.
Siapa yang tidak kenal UKI, memang kampus ini mulai era reformasi hingga sekarang selalu menghiasi pemberitaan karena eksistensi demo mereka dalam mengkritik kinerja pemerintah walaupun sebenarnya kampus inilah yang berhak mendapatkan predikat kampus reformasi karena sebelum terjadinya peristiwa Grogol, pemikiran para mahasiswa kampus ini ditambah dua kampus berlandaskan keagamaan di Jakarta sudah tercipta yang namanya reformasi tetapi kenapa setelah tragedi Mei itu mengakibatkan julukan kampus reformasi bersarang di kampus itu (?), setelah reda itulah baru kalau tidak salah menurut catatan RKM medio tahun 2000 tawuran sudah mulai menjadi makanan empuk di kawasan Salemba yang kata orang jalur internasional (?).
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah semua ini yang salah adalah mahasiswa UKI ? kalau menurut RKM ada satu sisi mahasiswa UKI yang melakukan tetapi ada satu sisi bukan mahasiswa UKI yang mulai, mungkin yang pembaca dan pengunjung blog ini hanya tahu UKI biang tawuran padahal belum tentu.
Sekedar informasi saja, bahwa kalau anda tahu atau sering melintasi Jl. Salemba dimana samping kampus tetangga UKI (tidak perlu penulis tuliskan karena anda tahu sendiri kampus apa itu ?) ada sebuah bangunan dimana sebelum di tembok sekarang ini karena sengketa pada beberapa hari lalu sempat heboh antara Satpol PP Jakarta Pusat dengan salahsatu organisasi mahasiswa beraliansi agama, ada semacam rusun mini atau Flat dimana tinggal beberapa keluarga dan pemuda dari suatu etnis tertentu, dari sinilah tawuran itu mulai karena gesekan dari penghuni itu yang sering mengkompori untuk melakukan tawuran (penulis tidak merekayasa karena penulis bersama staff RKM pernah melakukan investigasi dan pernah melihat sendiri bagaimana mereka berpola dan bertaktik) di tambah lagi adanya unsur bisnis ingin menguasai sebuah lahan untuk meraup Rupiah yang menggunung dalam hitungan menit setiap hari… setiap bulan …bahkan setiap tahun.
RKM juga keberatan dengan pola pendekatan dan penanganan yang dilakukan oleh jajaran Kepolisian Metropolitan Jakarta Pusat dimana tidak netral karena selama terjadi beberapa kali tawuran setiap tahun yang penulis lihat sendiri, kenapa hanya mahasiswa UKI yang di jaga dan bahkan ditangkap, di maki-maki dan dijadikan tersangka seperti sekarang ini, sedangkan lawan tawuran tidak ditangkap bahkan pernah beberapa kali penulis melihat polisi membiarkan lawan tawuran UKI melempar batu bahkan sampai molotov dari dalam kampus mereka tetapi tidak ditangkap bahkan sampai beberapa mahasiswa memprotes kepada komandan lapangan tetapi hanya ditanggapi dengan senyuman pada kejadian itu tepat di depan mata sang komandan lapangan!!, padahal belum tentu yang mulai dari mahasiswa UKI !! apakah isu yang beredar selama ini adanya semacam unsur upeti-upeti yang mengakibatkan UKI selalu disalahkan, apakah karena ada bukti rekaman gambar dari beberapa kamera tersembunyi yang ada di lingkungan kampus tersebut yang dipasang ke arah jalan sehingga polisi mudah melacaknya bahwa yang terekam adalah Mahasiswa UKI sementara kemana Mahasiswa lawan yang mungkin juga terekam, apa hanya karena jumlah mahasiswa UKI sedikit sehingga bisa terdeteksi sementara lawan mereka mahasiswa sejuta umat sehingga tidak bisa dilacak oleh pihak kampus atau karena praktek upeti-upeti itu sehingga ada unsur segan dan tidak enak hati ? Wah !!!
Kalau benar, sangat disayangkan sekali berarti benar kata orang-orang kecil yang sering berdemo bahwa keadilan dan kebenaran di Indonesia sangat mahal harganya dan hanya orang berduitlah yang bisa mengatakan bahwa keadilan dan kebenaran itu ada di Indonesia !
Soal pemberitaan dimedia massa penulis dan RKM agak keberatan, karena seperti media semenjak era reformasi dan tidak adanya Kementerian Penerangan serta tidak perlu lagi ada SIUPP jika ingin mendirikan sebuah media mengakibatkan tidak ada lagi mana berita yang berdasarkan fakta dan analisa serta berita yang hanya isapan jempol doank, apakah karena berdasarkan alfabet nama, UKI selalu berada di depan judul berita kalau ada tawuran atau memang ingin menjatuhkan citra UKI dimata orangtua murid yang akan memasukkan anaknya yang baru lulus SMU ketika memilih perguruan tinggi swasta untuk tidak memasukkan UKI dalam daftar listnya karena prestasi buruknya (?), sangat disayangkan sekali media kalau berpikiran seperti itu padahal belum semua warga tahu akan prestasi positf dari UKI, mereka pernah juara I lomba mobil hemat energi se-Jawa Bali PP yang diadakan oleh sebuah perusahaan otomotif asal negara Eropa dan diikuti oleh semua kampus yang ada diwilayah Jawa-Bali dimana satu liter bensin bisa menempuh sekitar 12-13 kilometer, belum lagi alumni-alumni yang sukses menduduki posisi penting seperti menduduki kursi RI-3 lalu RI-6 itu baru di Pusat Jakarta belum lagi yang menduduki posisi teratas di daerah mulai dari tingkat Gubernur hingga Walikota, tetapi apa yang terekspos oleh media adalah buruknya saja seperti kasus tawuran ini.
Solusi yang terbaik supaya tidak terjadi lagi kasus ini adalah, dari internal kampus harus menyelidiki dan mendengarkan aspirasi dari rekan-rekan mahasiswa siapa tahu karena aspirasi mereka tidak didengar oleh pimpinan kampus sehingga berbuat seperti ini dan juga adanya membentuk semacam kesepakatan antar pimpinan dan juga antar mahasiswa, karena selama ini hanya antar pimpinan saja yang melakukan kesepakatan tapi tidak pernah melibatkan mahasiswa, selain itu juga Polisi juga harus tegas jangan hanya satu pihak yang disidik kalau perlu pemain tawuran yang ada dijalan harus diperiksa bahkan di pesankan kamar mereka di Hotel Prodeo buat apa sekarang para aparat Intelkam Polres Jakarta Pusat dibekali handycam ketika bertugas mengamankan demontrasi dan tawuran, atau fungsi handycam itu hanya merekam satu sisi saja bukan dua sisi atau hanya ingin menggambarkan laporan kerja dari Kapolres Jakarta Pusat kalau Kapolda minta evaluasi kerja dari Pusat-01 ini kalau dilapangan !! dan buat apa fungsi kamera CCTV dikampus itu yang kabarnya langsung termonitor ke Kantor Polres Jakarta Pusat kalau hanya ingin menjebak mahasiswa UKI !!
Akankah UKI lagi selalu disalahkan jika melakukan tawuran serta media mengekspos secara besar-besaran dihalaman desk Metropolitan atau Ibukota, atau Polisi bisa bersifat netral dengan menambah tersangka lagi dari kampus yang menjadi lawan atau malah memang ini menjadi ajang tahunan seperti ajang festival kemang..kita lihat saja
Sekali lagi tulisan ini bukan untuk pembelaan UKI karena selalu merasa dipojokkan tetapi hanya untuk mengingatkan kepada semua pihak bahwa ketika melihat dan menganalisa harus berada dalam koridor NETRAL dan TIDAK BERAT SEBELAH itu saja, mohon maaf kalau dalam tulisan di atas ada beberapa pihak yang merasa mukanya merah atau tersinggung tulisan ini untuk kepentingan kita bersama dengan dasar PERDAMAIAN bukannya Perdamaian dan Perbedaan itu indah seperti spanduk yang sering kita lihat dijalan yang berwarna hijau daun !
141008
Arief Mauliate Ivan
Pernah belajar di UKI
Sedang belajar S3 di Israel
--
ps: Gambar berasal dari berbagai sumber, Liputan6.com; detik.com, metrotvnews.com dan google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar