tulisan ini dibuat berkaitan dengan sebuah acara di sebuah stasiun televisi yang mengangkat tentang permasalahan sepakbola Indonesia yang semakin lama semakin tidak jelas bahkan menjijikan jika melihat pembelaan daripada sang ketum yang menolak ketika ditanya apakah akan mundur.
Seperti kita tahu beberapa bulan sejak awal tahun wacana untuk memakzulkan sang ketum PSSI sudah banyak diperbincangkan, alasan pemakzulan ini dikarenakan tidak adanya prestasi yang didapat PSSI baik ditingkat timnas segala usia maupun klub.
Kita lihat bagaimana Timnas kita dengan mudah saja dikalahkan oleh “anak kemarin sore” Laos dan Myanmar di ajang penyisihan group SEA GAMES 2009 di Laos, kemudian Timnas kita U-19 yang dua tahun “ngelmu” di Uruguay kalah telak dan diajarkan bagaimana cara bermain sepakbola oleh Jepang dan Australia walaupun ketika melawan Taiwan dan Hongkong sangat menawan tetapi tetap saja tidak lolos putaran Final Piala Asia U-19, yang lebih tragis adalah Timnas Senior kita dimana untuk pertama kalinya dalam sejarah hajatan Piala Asia tidak lolos dan harus menyerahkan tiket sisa kepada Australia.
Itu catatan kePECUNDANGan daripada Timnas Indonesia, bagaimana dengan klub ? ternyata tidak jauh berbeda dimana dua klub asal tanah Papua yang terlihat garang di kompetisi Indonesian Super League ternyata isapan jempol saja terbukti dimana gawang Persipura harus di bom atom dengan total 14 gol oleh klub China dan Jepang serta hanya memasukkan satu gol, sementara Persiwa harus merelakan gawangnya dirusak dengan total 9 gol dan hanya memasukkan 5 gol dari klub Hongkong dan Maladewa, dari semua itu kita agak sedikit bisa tersenyum walaupun kecut dimana klub Sriwijaya bisa menyelamatkan muka sepakbola Indonesia walaupun lawannya adalah tetangga sendiri !
Penulis berpikir, APAKAH INI yang dibanggakan oleh sang ketum ketika ditanya apa prestasi yang sudah dibuat oleh PSSI ditangannya, memang sich ada catatan prestasi yang ditorehkan oleh Timnas tetapi apakah ini bisa dibilang prestasi yang fair play seperti yang diagungkan FIFA selama ini, dimana memang kita juara Piala Kemerdekaan tetapi kemenangan itu bukan hasil kerja keras dan nurani daripada pasukan timnas kita TETAPI dengan CARA-CARA PENGECUT dimana salah satu official timnas melakukan penganiayaan dan intimidasi terhadap pelatih timnas U-23 Libya yang mengakibatkan cidera fisik, karena merasa menjadi korban dan terancam akhirnya atas permintaan langsung daripada Federasi sepakbola Libya agar tidak bertanding, akibat permintaan ini akhirnya Indonesia dinyatakan juara !
Dalam tayangan tersebut sang ketum selalu menyalahkan pemerintah dan pihak terkait atas gagalnya prestasi sepakbola Indonesia misalnya tidak adanya sarana dan prasaran serta biaya yang kurang, kalau soal ini penulis BERTANYA KEMBALI kepada sang Ketum, pemerintah pasti akan selalu membantu tetapi ANDA SELALU mengatakan kalau pemerintah turut campur nanti akan di skorsing oleh FIFA, hal ini juga anda ungkap kembali ketika Presiden RI melontarkan ide untuk membentuk Kongres Sepakbola Nasional tetapi kenyataannya FIFA MENDUKUNG ide daripada Presiden RI, kalau sudah begini anda masih bertanya dimana keberadaan pemerintah untuk mendukung sepakbola Indonesia !
Soal dana, penulis KURANG YAKIN dengan pernyataan ketum dimana KATANYA KURANG DANA untuk mengadakan kompetisi atau jadwal pertandingan persahabatan internasional untuk Timnas, bukankah PSSI menjadi bagian daripada project GOAL yang dibuat FIFA, kita tahu FIFA membuat program GOAL dimana berisikan bantuan dana, teknis untuk negara-negara berkembang yang dilihat FIFA potensi untuk maju dan itu diberikan ketika Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia 2007, salahsatu penerima dana ini adalah Indonesia, dan dana yang digelontorkan oleh FIFA bukan hanya USD 1 saja tetapi ribuan dollar, kemudian FIFA juga membantu Indonesia untuk merehabilitasi sarana seperti stadion sepakbola yang ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang pada tahun 2004 mengalami Tsunami hebat, yang menjadi pertanyaan DANA ITU KEMANA ?
Kemudian, banyak laporan tentang busuknya organisasi ini misalnya adanya kasus suap, kasus pengaturan skor pertandingan tetapi tidak ada satupun yang diproses oleh PSSI, bahkan PSSI seperti dewa seperti kita lihat bagaimana banyak kasus yang divonis oleh Komisi Disiplin-KomDis PSSI tetapi dimentahkan dengan stempel “grasi” oleh ketum, seperti kita lihat bagaimana kasus pemain asing inisial “CG” yang jelas-jelas melakukan kesalahan secara akumulasi yang tidak pantas dilakukan oleh seorang pemain sepakbola profesional dihukum oleh Komdis dengan hukuman larangan bermain dalam hitungan tahunan, tetapi oleh sang Ketum vonis ini dikurangi bahkan satu bulan kemudian dibebaskan dari hukuman, dengan alasan faktor 2 K- Kasihan dan Keluarga, pantas saja negara kita khususnya sepakbola tidak maju-maju dalam hal penghukuman saja masih bisa di negosiasikan !
Sudah waktunya penulis meminta nurani kepada 108 orang yang memegang peranan penting dalam menentukan kelangsungan hidup sepakbola ini, apakah 108 suara ini dengan nurani menginginkan dan membiarkan sepakbola kita hancur lebur atau mendengarkan dan menjalankan apa yang diminta oleh lebih dari 120 juta penikmat sepakbola Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Mianggas hingga Rote yang menginginkan sepakbola Indonesia maju dan berprestasi.
se-HARUS-nya Ketum dan 108 orang pemegang suara ini MALU dengan Korea Utara dan Selandia Baru, dimana dua negara ini mulai dari geografis yang luasnya masih lebih luas pulau Jawa, kemudian dari segi pendapatan mungkin masih lebih bagus daripada Indonesia BISA LOLOS dan bermain di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, sedangkan kita ? PSSI dari tiap tahun Cuma bisa mengirim dan membantu wartawan Indonesia untuk bisa mendapatkan akreditasi jurnalis untuk bisa meliput !
Ada beberapa hal yang mungkin membuat PSSI berubah yaitu, pertama, meminta ke-108 pemegang suara komite ini dengan nuraninya memikirkan kembali apakah ketum ini yang anda lindungi dengan konsekuensi adalah kekalahan-kekalahan daripada Timnas dan memunculkan Hendri-hendri dari tribun penonton yang masuk kedalam lapangan untuk membantu timnas ketika ketinggalan atau merekomendasikan Ketum PSSI dan pengurusnya untuk mundur dan tidak boleh melakukan kegiatan yang berkaitan dengan sepakbola Indonesia hingga (mungkin) seumur hidup !
Kedua, meminta pihak-pihak terkait misalnya Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Pusat Pengawas dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menyelidiki dana yang keluar masuk dari kas PSSI apakah wajar atau tidak berdasarkan temuan daripada Indonesian Corruption Watch (ICW), karena penulis yakin kalau benar FIFA menggelontorkan dana untuk perkembangan sepakbola Indonesia TIDAK MUNGKIN SAMPAI SEKARANG selalu kalah dan selalu tidak bisa mendapatkan lawan timnas internasional yang sepadan dengan alasan tidak ada dana !
Ketiga, mungkin Kongres Sepakbola Nasional bisa bersikap ekstrem dan frontal dengan cara membuat PSSI tandingan dan tidak mengakui PSSI yang ada sehingga membuat FIFA menghukum Indonesia dan PSSI karena negara turut campur dalam urusan PSSI, karena menurut penulis dengan dihukumnya PSSI tidak boleh mengikuti kegiatan yang dibuat oleh FIFA membuat kita merefleksikan dengan nurani apa yang harus dibenahi di PSSI apakah dengan menghukum ketum dan pengurus tidak boleh melakukan kegiatan yang berbau sepakbola di wilayah Indonesia seumur hidup dan menyerahkan kepada pihak keamanan jika didalamnya terdapat indikasi adanya bentuk perdata dan pidana misalnya korupsi ! atau Pemerintah melalui KONI-COI dan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia menulis surat dan meminta FIFA untuk membebas tugaskan PSSI dari segala kegiatan FIFA dengan alasan-alasan yang saat ini sedang diekspos oleh media dan masyarakat !
Apakah Kongres Sepak bola Nasional bisa membuat PSSI merefleksikan diri dan berkaca secara nurani demi kemajuan sepakbola ke depan atau hanya sebagai ajang seremonial saja tanpa ada hasil akhir yang frontal dan kita hanya bisa mengelus dada melihat dunia sepakbola kita yang sudah tidak murni sepakbola dengan semangat Fair play seperti kita lihat ketika menjelang babak kick-off dimana anak-anak kecil di barisan pertama membawa bendera fair play menuju ke tengah lapangan sebelum tos-tosan koin…
Saatnya para penikmat sepakbola Indonesia yang selalu datang ke stadion sepakbola untuk rapatkan barisan dan SATU SUARA, SATU HATI, SATU SIKAP, SATU TUJUAN YAITU TURUNKAN NURDIN HALID DEMI MAJUNYA SEPAKBOLA INDONESIA !!!!
SUGBK, 240310 21:00
Gie Gustan-Rhesza
Pendapat Pribadi
Seperti kita tahu beberapa bulan sejak awal tahun wacana untuk memakzulkan sang ketum PSSI sudah banyak diperbincangkan, alasan pemakzulan ini dikarenakan tidak adanya prestasi yang didapat PSSI baik ditingkat timnas segala usia maupun klub.
Kita lihat bagaimana Timnas kita dengan mudah saja dikalahkan oleh “anak kemarin sore” Laos dan Myanmar di ajang penyisihan group SEA GAMES 2009 di Laos, kemudian Timnas kita U-19 yang dua tahun “ngelmu” di Uruguay kalah telak dan diajarkan bagaimana cara bermain sepakbola oleh Jepang dan Australia walaupun ketika melawan Taiwan dan Hongkong sangat menawan tetapi tetap saja tidak lolos putaran Final Piala Asia U-19, yang lebih tragis adalah Timnas Senior kita dimana untuk pertama kalinya dalam sejarah hajatan Piala Asia tidak lolos dan harus menyerahkan tiket sisa kepada Australia.
Itu catatan kePECUNDANGan daripada Timnas Indonesia, bagaimana dengan klub ? ternyata tidak jauh berbeda dimana dua klub asal tanah Papua yang terlihat garang di kompetisi Indonesian Super League ternyata isapan jempol saja terbukti dimana gawang Persipura harus di bom atom dengan total 14 gol oleh klub China dan Jepang serta hanya memasukkan satu gol, sementara Persiwa harus merelakan gawangnya dirusak dengan total 9 gol dan hanya memasukkan 5 gol dari klub Hongkong dan Maladewa, dari semua itu kita agak sedikit bisa tersenyum walaupun kecut dimana klub Sriwijaya bisa menyelamatkan muka sepakbola Indonesia walaupun lawannya adalah tetangga sendiri !
Penulis berpikir, APAKAH INI yang dibanggakan oleh sang ketum ketika ditanya apa prestasi yang sudah dibuat oleh PSSI ditangannya, memang sich ada catatan prestasi yang ditorehkan oleh Timnas tetapi apakah ini bisa dibilang prestasi yang fair play seperti yang diagungkan FIFA selama ini, dimana memang kita juara Piala Kemerdekaan tetapi kemenangan itu bukan hasil kerja keras dan nurani daripada pasukan timnas kita TETAPI dengan CARA-CARA PENGECUT dimana salah satu official timnas melakukan penganiayaan dan intimidasi terhadap pelatih timnas U-23 Libya yang mengakibatkan cidera fisik, karena merasa menjadi korban dan terancam akhirnya atas permintaan langsung daripada Federasi sepakbola Libya agar tidak bertanding, akibat permintaan ini akhirnya Indonesia dinyatakan juara !
Dalam tayangan tersebut sang ketum selalu menyalahkan pemerintah dan pihak terkait atas gagalnya prestasi sepakbola Indonesia misalnya tidak adanya sarana dan prasaran serta biaya yang kurang, kalau soal ini penulis BERTANYA KEMBALI kepada sang Ketum, pemerintah pasti akan selalu membantu tetapi ANDA SELALU mengatakan kalau pemerintah turut campur nanti akan di skorsing oleh FIFA, hal ini juga anda ungkap kembali ketika Presiden RI melontarkan ide untuk membentuk Kongres Sepakbola Nasional tetapi kenyataannya FIFA MENDUKUNG ide daripada Presiden RI, kalau sudah begini anda masih bertanya dimana keberadaan pemerintah untuk mendukung sepakbola Indonesia !
Soal dana, penulis KURANG YAKIN dengan pernyataan ketum dimana KATANYA KURANG DANA untuk mengadakan kompetisi atau jadwal pertandingan persahabatan internasional untuk Timnas, bukankah PSSI menjadi bagian daripada project GOAL yang dibuat FIFA, kita tahu FIFA membuat program GOAL dimana berisikan bantuan dana, teknis untuk negara-negara berkembang yang dilihat FIFA potensi untuk maju dan itu diberikan ketika Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia 2007, salahsatu penerima dana ini adalah Indonesia, dan dana yang digelontorkan oleh FIFA bukan hanya USD 1 saja tetapi ribuan dollar, kemudian FIFA juga membantu Indonesia untuk merehabilitasi sarana seperti stadion sepakbola yang ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang pada tahun 2004 mengalami Tsunami hebat, yang menjadi pertanyaan DANA ITU KEMANA ?
Kemudian, banyak laporan tentang busuknya organisasi ini misalnya adanya kasus suap, kasus pengaturan skor pertandingan tetapi tidak ada satupun yang diproses oleh PSSI, bahkan PSSI seperti dewa seperti kita lihat bagaimana banyak kasus yang divonis oleh Komisi Disiplin-KomDis PSSI tetapi dimentahkan dengan stempel “grasi” oleh ketum, seperti kita lihat bagaimana kasus pemain asing inisial “CG” yang jelas-jelas melakukan kesalahan secara akumulasi yang tidak pantas dilakukan oleh seorang pemain sepakbola profesional dihukum oleh Komdis dengan hukuman larangan bermain dalam hitungan tahunan, tetapi oleh sang Ketum vonis ini dikurangi bahkan satu bulan kemudian dibebaskan dari hukuman, dengan alasan faktor 2 K- Kasihan dan Keluarga, pantas saja negara kita khususnya sepakbola tidak maju-maju dalam hal penghukuman saja masih bisa di negosiasikan !
Sudah waktunya penulis meminta nurani kepada 108 orang yang memegang peranan penting dalam menentukan kelangsungan hidup sepakbola ini, apakah 108 suara ini dengan nurani menginginkan dan membiarkan sepakbola kita hancur lebur atau mendengarkan dan menjalankan apa yang diminta oleh lebih dari 120 juta penikmat sepakbola Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Mianggas hingga Rote yang menginginkan sepakbola Indonesia maju dan berprestasi.
se-HARUS-nya Ketum dan 108 orang pemegang suara ini MALU dengan Korea Utara dan Selandia Baru, dimana dua negara ini mulai dari geografis yang luasnya masih lebih luas pulau Jawa, kemudian dari segi pendapatan mungkin masih lebih bagus daripada Indonesia BISA LOLOS dan bermain di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, sedangkan kita ? PSSI dari tiap tahun Cuma bisa mengirim dan membantu wartawan Indonesia untuk bisa mendapatkan akreditasi jurnalis untuk bisa meliput !
Ada beberapa hal yang mungkin membuat PSSI berubah yaitu, pertama, meminta ke-108 pemegang suara komite ini dengan nuraninya memikirkan kembali apakah ketum ini yang anda lindungi dengan konsekuensi adalah kekalahan-kekalahan daripada Timnas dan memunculkan Hendri-hendri dari tribun penonton yang masuk kedalam lapangan untuk membantu timnas ketika ketinggalan atau merekomendasikan Ketum PSSI dan pengurusnya untuk mundur dan tidak boleh melakukan kegiatan yang berkaitan dengan sepakbola Indonesia hingga (mungkin) seumur hidup !
Kedua, meminta pihak-pihak terkait misalnya Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Pusat Pengawas dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menyelidiki dana yang keluar masuk dari kas PSSI apakah wajar atau tidak berdasarkan temuan daripada Indonesian Corruption Watch (ICW), karena penulis yakin kalau benar FIFA menggelontorkan dana untuk perkembangan sepakbola Indonesia TIDAK MUNGKIN SAMPAI SEKARANG selalu kalah dan selalu tidak bisa mendapatkan lawan timnas internasional yang sepadan dengan alasan tidak ada dana !
Ketiga, mungkin Kongres Sepakbola Nasional bisa bersikap ekstrem dan frontal dengan cara membuat PSSI tandingan dan tidak mengakui PSSI yang ada sehingga membuat FIFA menghukum Indonesia dan PSSI karena negara turut campur dalam urusan PSSI, karena menurut penulis dengan dihukumnya PSSI tidak boleh mengikuti kegiatan yang dibuat oleh FIFA membuat kita merefleksikan dengan nurani apa yang harus dibenahi di PSSI apakah dengan menghukum ketum dan pengurus tidak boleh melakukan kegiatan yang berbau sepakbola di wilayah Indonesia seumur hidup dan menyerahkan kepada pihak keamanan jika didalamnya terdapat indikasi adanya bentuk perdata dan pidana misalnya korupsi ! atau Pemerintah melalui KONI-COI dan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia menulis surat dan meminta FIFA untuk membebas tugaskan PSSI dari segala kegiatan FIFA dengan alasan-alasan yang saat ini sedang diekspos oleh media dan masyarakat !
Apakah Kongres Sepak bola Nasional bisa membuat PSSI merefleksikan diri dan berkaca secara nurani demi kemajuan sepakbola ke depan atau hanya sebagai ajang seremonial saja tanpa ada hasil akhir yang frontal dan kita hanya bisa mengelus dada melihat dunia sepakbola kita yang sudah tidak murni sepakbola dengan semangat Fair play seperti kita lihat ketika menjelang babak kick-off dimana anak-anak kecil di barisan pertama membawa bendera fair play menuju ke tengah lapangan sebelum tos-tosan koin…
Saatnya para penikmat sepakbola Indonesia yang selalu datang ke stadion sepakbola untuk rapatkan barisan dan SATU SUARA, SATU HATI, SATU SIKAP, SATU TUJUAN YAITU TURUNKAN NURDIN HALID DEMI MAJUNYA SEPAKBOLA INDONESIA !!!!
SUGBK, 240310 21:00
Gie Gustan-Rhesza
Pendapat Pribadi
2 komentar:
saya waktu itu juga liat acara ini..gemeesss rasanya denger omongan P nurdin. Bela diri terus. Ga ngerasa salah dan ga ngerasa ada yg salah sama sekali.
Baik sekarang begini, menurut saya yang memang harus dibetulkan adalah proses dari pemilihan Ketum itu sendiri, bagaimana standarisasi dari pemilihan ketum itu sendiri, sekarang kalo sudah begini apa sang panelis dalam pemilihan ketum itu sendiri bertanggung jawab, so untuk next election pilih kandidat ketum yang memang benar makan untuk sepakbola, bukan sepakbola untuk makan enak, tidur untuk sepakbola, bukan sepakbola untuk tidur di hotel berbintang, dan pilih kandidat yang memang berkredibilitas sepak bola, maafkan ke-sotoyan saya...terima Kasih..
Posting Komentar