Apa yang terlintas spontan saat kita mendengar sebuah nama yang tidak asing ditelinga kita sebagai masyarakat Indonesia, misalnya Parto atau Nainggolan ? mungkin kita langsung menjawab nama itu adalah fam atau marga dari suku Batak atau Suku Jawa benar tidak ? tetapi apakah yang terlintas spontan ketika nama Nainggolan dan Parto ini diucapkan oleh komentator sepakbola ketika kita sedang menyaksikan siaran langsung liga Eropa ? pasti alis kita akan naik 3 cm bukan ?
Tetapi ini bukan sihir bukan santet tetapi itulah kenyataannya Nainggolan itu adalah Radja Nainggolan seorang anak muda Indonesia yang baru saja dipinjam dengan opsi permain oleh Cagliari klub Serie A dari klub Serie B, Piacenza. mungkin anda perlu membaca sebuah artikel yang penulis kutip dari sebuah situs berita online
Radja memang sempat menjadi buah bibir di Liga Italia saat dikabarkan akan diboyong oleh AS Roma. Namun Cagliari rupanya yang mendapatkan gelandang berusia 21 tahun ini dalam bagian pertukaran dengan Mikhail Sivakov.
Cagliari telah resmi meminjamnya hingga akhir musim namun punya opsi untuk mempermanenkan kontraknya. Radja pun mengaku senang dengan kesepakatan ini dan berharap bisa bermain baik di klub Seri A ini.
Tetapi ini bukan sihir bukan santet tetapi itulah kenyataannya Nainggolan itu adalah Radja Nainggolan seorang anak muda Indonesia yang baru saja dipinjam dengan opsi permain oleh Cagliari klub Serie A dari klub Serie B, Piacenza. mungkin anda perlu membaca sebuah artikel yang penulis kutip dari sebuah situs berita online
Radja memang sempat menjadi buah bibir di Liga Italia saat dikabarkan akan diboyong oleh AS Roma. Namun Cagliari rupanya yang mendapatkan gelandang berusia 21 tahun ini dalam bagian pertukaran dengan Mikhail Sivakov.
Cagliari telah resmi meminjamnya hingga akhir musim namun punya opsi untuk mempermanenkan kontraknya. Radja pun mengaku senang dengan kesepakatan ini dan berharap bisa bermain baik di klub Seri A ini.
“Saya datang ke Cagliari dengan rasa antusias. Target saya ada bertumbuh dan
berkembang di Seri A,” ungkap Radja Nainggolan yang lahir di Antwerp, Belgia,
seperti dilansir Goal.
“Saya dapat bermain di segala posisi di lapangan
tengah. Saya merasa lebih baik di sisi kiri, tapi saya berharap bisa mendapatkan
tempat di dalam tim ini,” harapnya.
Mungkin anda berpikir siapa anak muda
ini,
iya Radja Nainggolan lahir di Belgia tanggal 4 Mei 1988 dengan tinggi 175 cm sang ayah bernama Marianus seorang pengusaha berdarah Batak yang mempunyai usaha di Bali dan ibunya Lizi Bogaerd yang berpasport Belgia, walau berdarah Indonesia tetapi sayang sangat disayang saat ini nama Radja tercantum dalam skuad Belgia U-21, Radja ditarik dari klub Belgia, Germinal Beeschot ke Piacenza, Italia pada tahun 2005, lewat Piacenza kariernya bersinar bahkan sempat menjadi incaran klub-klub top Serie A seperti Fiorentina dan AS Roma sebelum akhirnya memilih dengan Cagliari.
Itu baru pemuda Indonesia berdarah batak yang berlaga di Serie A apakah ada lagi anak Indonesia yang bermain di kompetisi Eropa ? ternyata sangat banyak sekali kita bisa lihat seperti Irfan Bachim, kita tentunya sudah dengar dengan nama ini, yup nama ini muncul ketika berlatih bersama Tim U-23 yang sedang mengadakan Training Center di Belanda untuk persiapan Asian Games Doha walaupun gagal total Timnas U-23 saat ini Irfan bermain di ErrieDivisi Belanda klub Utrecht, memiliki tinggi 178 cm
Kemudian, Donovan Partosubroto, anak Indonesia berusia 18 tahun ini bermain di tingkat junior bersama Ajax Amsterdam dengan posisi sebagai Kiper, Donovan sendiri adalah anak kembar, saudara kembarnya, Vicent Partosubroto saat ini bermain di FC Hoofdorp bermain diposisi sebagai penyerang, lalu ada Philip Adam Cave, sekarang bermain di Newcastle United dengan posisi pemain belakang, Inggris walaupun bernama asing ternyata Philip memiliki darah Indonesia dari sang Ibu dan SANGAT INGIN bermain untuk Indonesia.
Selain nama-nama itu yang memang ada profilnya ternyata di kompetisi Eropa banyak sekali pemain Eropa yang memiliki darah Indonesia dan kebanyakan di liga Belanda dan statusnya adalah pemain Junior seperti Raphael Tuankotta (22, Volendam), Raymon Sosroredjo (18, Vittese), Estefan Pattinasarani (18, AZ Alkmar), Marvin Wagimin (17, VVV Venlo), Tobias Waisapy (19, Feyenoord), kemudian Michael Timisela, Sven Taberima, Christian Sapusepa, Robert Timisela (Ajax Amsterdam), Mathija Marunaya, Gaston Salasiwa (AZ Alkmaar)
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, KENAPA PSSI TIDAK PERNAH melirik mereka, mendatangi mereka satu-satu untuk datang dan bergabung menjadi skuad TimNas Indonesia daripada harus membuat program yang tidak jauh beda dengan cara membuat mie instan ?
Memang kita akui bahwa prinsip negara kita khususnya dalam hal kewargenagaraan tidak mengenal atau HARAM kewarganegaraan ganda, tetapi apakah ke-HARAM-an itu bisa dipinggirkan demi prestasi dan nama harum Indonesia di ajang sepakbola Indonesia ? kita bisa lihat bagaimana prestasi Timnas kita yang tidak jelas lebih banyak kalah dan diajarkan bagaimana cara bermain bola yang baik dan benar oleh lawan ketimbang menang benar tidak ?
Seharusnya kita bangga dan merekrut mereka untuk masuk dalam skuad Merah Putih karena pertama, mereka secara langsung memiliki darah Indonesia masak kita kalah dengan Timnas Perancis dimana timnas mereka isinya adalah para imigran seperti Zidane, Thierry Hendry, atau Florent Mouluda yang berasal dari tanah Afrika.
Sudah saatnya PSSI membentuk sebuah tim untuk memantau para anak bangsa ini dan meminta mereka untuk bermain di Timnas serta tentunya meminta kepada pihak-pihak terkait misalnya Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia untuk membuat semacam disepensasi agar para anak bangsa jika dipanggil dan mau membela Merah Putih tanpa harus melihat soal kewarganegaraan atau birokrasi yang merepotkan, karena ini bukan urusan Politik atau hukum tetapi lebih kepada mengangkat prestasi Indonesia lewat media olahraga.
Atau meminta kepada para klub untuk melirik dan membeli mereka sehingga mereka bisa lebih merasakan atmosfer sepakbola dari tanah leluhurnya tetapi tentunya harus ada sistem kompetisi yang benar bukan asal-asalan percuma saja para pemain darah Indonesia ini niat bermain tetapi begitu melihat kompetisi negara ini yang tidak jelas misalnya sering terjadi tawuran antar pemain atau suporter, wasit berat sebelah dalam mimpin pertandingan membuat sang pemain berpikir dua kali untuk menerima pinangan klub agar bermain di Indonesia.
Apakah sosok Nainggolan-Nainggolan, Parto-Parto, Heitinga-Heitinga yang lain bisa memperkuat skuad Merah Putih untuk mengangkat prestasi Indonesia di ajang internasional bahkan bisa menjuarai Piala Asia dan Piala Dunia secara berturut-turut atau PSSI tetap tidak berubah dengan selalu membuat program timnas yang tidak jauh dengan cara membuat mie instant tanpa ada pembinaan dulu misalnya kompetisi usia dini setiap tahun ? kita lihat saja nanti tetapi penulis bangga dengan adanya pemain Indonesia yang bermain di liga Eropa !
Bunderan HI, 280310 07:00
Rhesza Ivan
Pendapat Pribadi
1 komentar:
Idenya sih oke.....tapi
1. Negara dukung gak utk naturalisasi kyk gini. Yg kyk cristian gonzales aja blon diapprove apalagi yg bhs indonesianya gak lancar
2. Irfan bachdim? Wah.....seleksi persija aja gak masuk gmn mau masuk timnas. Kt sumber org dlm "Irfan bagus tp gak lbh bgs dari bepe bahkan aliyudin,"
3. Pemain2 itu tau gak kalo dah jd wni hak mrk sbg warga euro akan ilang dan urusan ijin kerja org asing akan ribet (inget, indonesia bkn negara terhormat di eropa). Tau kasus nasrat akram yg gak bisa msk manchester city krn irak dianggap gak jelas? Nasrat kunci negeri itu juara asia....lha kita?
4. Jd wni byk susahnya, urusan visa dll misalnya. Turunan2 itu rela gak?
5. Mrk beneran bagus gak? Jgn cm gara2 maen disana jd dianggep bgs. Fyi, adjie massaid jg ada di tim junior ajax, setim ama aaron winter....apa dia jd pemain yg bgs disini? Ngelewatin gw aja gak sanggup gt kok dulu ;-)
Posting Komentar