Senin, 17 November 2008

Bung Tomo diberi Gelar Pahlawan, lalu Tan Malaka Kapan ?








Kita toendjoekkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka…lebih baik kita hantjoer leboer daripada tidak merdeka –

Bung Tomo dalam siaran radio
menyongsong serangan sekutu ke Surabaya, 9 November 1945


Bulan November 2008 ini warga Surabaya boleh berbangga karena tokoh pergerakan serangan pemuda Indonesia kepada kaum penjajahan pada tanggal 10 November 2008 yang dikemudian kita kenal sebagai Hari Pahlawan yaitu Bung Tomo mendapatkan predikat Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan keputusan yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 041/TK/Tahun 2008 tertanggal 6 November 2008 didasarkan pada hasil sidang Badan Pembina Pahlawan Pusat Tahun 2008 dan sidang DewanTanda-tanda Kehormatan RI.

Selain bung Tomo, pemerintah juga menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Natsir, mantan Perdana Menteri RI (1950-1951) pertama dan Abdul Halim, mantan Ketua Umum Persatuan Umat Islam.

Khusus untuk bung Tomo menurut penulis apa yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional adalah
TERLAMBAT!!
Siapa yang tidak tahu dan kenal yang namanya Bung Tomo, hampir semua buku-buku cetak pelajaran sejarah dan Pendidikan Moral Pancasila (sekarang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) selalu memuat photo dengan posisi tangan kanan dan jari telunjuk mengarah ke depan dengan latar belakang labirin dan juga termuat pesan moral kebangsaan bung Tomo untuk membangkitkan semangat pejuang, dan tanggal 10 November setiap tahun kita selalu upacara bendera untuk mengenang jasa-jasa para tentara yang telah berkorban dengan darah mereka agar negara ini bebas dari penjajahan, tetapi KENAPA baru sekarang tahun 2008 di berikan gelar pahlawan itu ?

apakah yang dimakamkan di Taman Makam diseluruh negara ini adalah benar-benar pejuang yang rela berjuang hingga titik darah yang ada didalam tubuhnya habis untuk negara ini atau hanya kebetulan berada di medan perang dan tewas padahal mereka bukan pejuang sekalipun misalnya yang bertugas di dapur umum atau pengantar pesan ?

Penulis agak bingung dengan sistem “penjurian” untuk menetapkan beberapa anak bangsa untuk diberi gelar Pahlawan nasional, karena mungkin pandangan penulis banyak sekali anak bangsa yang benar-benar harus diberikan karena jasa-jasanya dalam memperjuangakan negara ini tidak mendapatkan gelar pahlawan atau terlambat seperti kasus pemberian gelar pahlawan kepada Bung Tomo.

Ada satu hal yang menurut penulis, pemerintah harus memberikan kembali gelar pahlawan nasional yang dahulu sempat tetapi sampai sekarang tidak ada yang memperhatikan bahwa beliau adalah pahlawan, yaitu Tan Malaka, siapa yang tidak kenal dengan tokoh ini.

Tan Malaka, pemuda sumatera yang mampu membuat sejumlah sekutu kalang kabut karena tulisan-tulisan dan pernyatannya yang cukup lantang, beliaulah yang pertama kali membuat konsep negara Indonesia termasuk ideologi dan perangkat negara lainnya, Bukan Soekarno atau para pemuda lainnya walaupun beliau terlambat mengetahui bahwa Indonesia sudah merdeka dari sebuah tempat pengasingan dan koran yang ia baca, dan meninggalnya pun tragis bukan meninggal ditangan tentara sekutu tetapi justru oleh tentara negaranya dalam sebuah penggrebekan, sebelumnya oleh pemerintah Soekarno pernah diberi gelar pahlawan nasional pada tahun 1963, tidak tahu kenapa ketika era Cendana nama beliau hilang dari peredaran termasuk dalam catatan sejarah dibuku-buku sejarah sekolah

Atau mungkin mantan Kapolri Jenderal Hoegoeng yang juga anggota petisi 50, prestasi beliau adalah bersikap jujur dan tanpa kompromi bahkan ketika bertugas di Medan dengan lantangnya mengeluarkan segala perabotan rumahtangga yang telah disediakan oleh tokoh kriminal disana dan ditaruh begitu saja dipinggir jalan depan rumahnya atau memilih mundur karena dalam menangani suatu kasus yang ternyata melibatkan pejabat yang dekat dengan Presiden Soekarno dan adanya intervensi, yang seperti ini harus diberi penghargaan

Penulis setuju dengan film yang menggambarkan tentang makna kemerdekaan dan nasionalisme dimana tokoh ini ketika berkunjung ke Taman Makam mempertanyakan kepada alam dan mungkin Tuhan karena ketika itu tokoh ini mengadahkan kepalanya ke atas, apakah yang dimakamkan di Taman Makam ini adalah benar-benar pejuang yang rela berjuang hingga titik darah yang ada didalam tubuhnya habis untuk negara ini atau hanya kebetulan berada di medan perang dan tewas padahal mereka bukan pejuang sekalipun misalnya yang bertugas di dapur umum atau pengantar pesan ?

Semoga Pemerintah lebih selektif memilih tokoh yang akan dianugerahkan sebagai pahlawan nasional dengan mendengarkan aspirasi dari semua pihak termasuk pengamat sejarah bukan dari badan bentukan yang orang-orangnya bukan memiliki sifat sejarah atau hobi dengan sejarah.

Cikutra, 111108 08:15

RKM-35/RKM-31/RKM-32/Rvanca

1 komentar:

gideon mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.