Senin, 17 November 2008

Gonzales : Kau Yang Memulai Kau Yang Mengakhiri




Anda mungkin berpikir bahwa penulis sedang menyenangi lagu-lagu lama, kalau iya anda ada benar dan tidaknya, judul diatas ini penulis sampaikan kepada seorang pemain yang berprestasinya sangat bagus sekali tetapi dibalik itu ada semacam kisah pilu dan kalau tidak diakhiri bisa jadi berkembang lebih luas.

Anda kenal dengan penyerang dari Klub Indonesian Super League, Persik Kediri, Cristian Gonzales ? ya.. memang beberapa hari belakangan ini nama Gonzales sedang menggema dikalangan penikmat sepakbola nasional dengan tingkah lakunya di lapangan belakangan ini.

Christian Gonzales, diduga memukul pemain belakang PSMS, Erwinsyah Hasibuan ketika partai ISL antara Persik Kediri kontra PSMS dikandang Persik Stadion Brawijaya-Kediri, akibatnya dibagian mata mengalami cedera. Pasca kejadian ini Erwinsyah langsung melaporkan tindakan Gonzales ini ke Polsek Kediri dengan tuduhan pemukulan walaupun sampai saat ini belum ada kejelasan dari kasus ini di Polsek Kediri.

Karena minimnya bukti secara visual yang mendukung untuk menghukum Gonzales, sehingga memberatkan Komisi Disiplin PSSI untuk menentukan hukuman, beda dengan tandemnya di Persik, Budi “Ular Python”Sudarsono yang terekam kamera televisi memukul Erwin dengan hukuman larangan bertanding sebanyak tiga kali dan denda sebanyak Rp. 50 juta, tetapi pihak Budi melakukan banding ke Komisi Banding dan disetujui menjadi hukuman percobaan selama setahun, tetapi denda tetap harus dibayarkan.

Tetapi akhirnya Komdis PSSI mengetukkan palu disiplin kepada Christian Gonzales yaitu MELARANG bermain disemua kompetisi selama SATU TAHUN ! dan denda sebesar Rp.75 Juta dan hukuman ini mulai berlaku tanggal 11 November 2008.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sudah cukupkah hukuman yang diberikan Komdis untuk memberi jera dan membuat takut para pemain sepakbola dalam bertingkahlaku di lapangan atau kurang ?

Kalau menurut penulis apa yang diberikan oleh Komdis terhadap penyerang Persik ini belum seberapa untuk membuat sang penyerang atau pemain berpikir dua kali dilapangan, walaupun dengan hukuman ini kata sang istri sebagai pembunuhan karakter dari karier suaminya, padahal kalau kita lihat rekapan “kriminal” daripada el loco ini sudah banyak sekali.

Penulis mencatat dan menyamakan dengan kumpulan data dari media tentang kelakuan dari Gonzales berkiprah di Indonesia, mulai dari tahun 2004 hingga 2008 setidaknya ada 5 tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh pemain ini bahkan tahun 2008 ada dua kali tindakan.

Tahun 2004, Gonzales tersandung kasus PEMUKULAN terhadap Abu Soleh, Pengurus Pengda PSSI Banten saat PSM bermain imbang 1-1 melawan Persikota Tangerang di Stadion Benteng, 8 Agustus 2004, hukumannya larangan meruput selama SATU MUSIM! Tahun 2006, MENANDUK striker PSIS, Emmanuel de Porras pada menit ke-109 dalam final Liga Djarum Indonesia (LDI) 2006 di Stadion Manahan-Solo, 30 Juli 2006. Dihukum larangan berlaga dalam tiga partai, tapi kemudian diremisi oleh Komisi Banding PSSI. Tahun 2007, Gonzales di Vonis larangan membela Persik dalam tiga pertandingan plus denda Rp. 125 juta karena melakukan tindakan MELUDAHI! Wasit Rahmat Hidayat saat Persik kalah 0-2 dari Pelita Jaya Purwakarta di Stadion, Purnawarman, Kamis, 1 November 2007. Tapi, hukumannya mendapatkan remisi setelah melakukan banding, Christian hanya dihukum satu partai.

Tahun 2008, divonis larangan bermain dalam dua pertandingan dan denda Rp. 25 juta karena dianggap sebagai PEMICU KERIBUTAN antara pemain Persik dengan Persija dalam laga yang berakhir2-2 di Stadion Manahan-Solo, Kamis (17/1). Christian diduga menendang Abanda Herman yang menyebabkan sang pemain mendapatkan lima jahitan dipipinya, dan yang terakhir kemarin ketika Persik kontra PSMS

Penulis ingin memberikan pertanyaan kepada isteri dari Gonzales, yaitu dari tahun 2004 hingga sekarang apakah ini benar-benar pembunuhan karakter, kalau memang semua itu berasal dari Gonzales suami anda sendiri ? memang soal insiden yang terakhir mungkin Gonzales bisa bebas dari dakwaan karena tidak ada bukti visual tapi bagaimanapun rekam visum sudah sangat kuat untuk membawa Gonzales ke tindak pidana. Penulis juga heran dengan alibi pemain yang mengatakan bahwa Gonzales setelah pertandingan langsung menuju ke tribun untuk bertemu keluarga (?) kita tahulah bagaiamana peta situasi lapangan dengan tribun apakah Gonzales mempunyai “ilmu” dengan cepatnya langsung ke tribun, padahal kalau hitung-hitungan jarak lapangan dengan tribun memakan waktu sekitar 5-8 menit untuk berjalan dan itu harus keluar dulu dari lapangan. Dan banyak orang yang melihat kejadian itu, jadi alibi yang aneh menurut penulis yang dilontarkan beliau supaya tidak dihukum berat.

Hukuman yang diberikan kepada Gonzales, mungkin peringatan bagi semua pemain sepakbola jika masih ingin bermain dan memang keahliannya untuk mencari kepulan dapur dari lapangan sepakbola agar menjaga sikap, sebenarnya kalau mau membuat efek jera menurut penulis kiranya Komdis berkerjasama dengan satuan reserse kepolisian se-Indonesia dalam hal penghukuman pemain, jadi misalnya kalau melihat kasus Gonzales atau pemukulan wasit atau pemain, begitu Komdis memberikan hukuman berkas mereka langsung saja dilimpahkan ke Kepolisian dengan pasal penganiaya, kalau mau sepakbola kita benar-benar sepakbola bukan sepakbola ++ seperti yang setiap hari kita lihat.

Dan perlu juga menghukum orang-orang yang mencoba menutup-tupi kejadian atau tidak kooperatif kalau perlu setimpal, seperti kejadian kemarin di Kediri dan juga perlu juga berkasnya masuk ke Kepolisian.

Mestinya kita malu dengan kompetisi di Asia, lihatlah kebangkitan sepakbola Jepang yang dulunya “belajar” dari PSSI ternyata lebih maju, bahkan Gamba Osaka meraih titel sebagai jawaranya Asia di Asian Championship League, sedangkan Indonesia mana ? kompetisi yang katanya Indonesian Super League, tetapi mana SUPERnya ! apakah artian Indonesian Super League itu, Super kekerasan, Super baku hantam inikah ? bukan artian super yang sebenarnya.

Penulis juga ingin mengkritik atas kinerja dari Komdis, dimana ada sedikit diskriminasi dalam kasus ini dengan kasus terakhir, anda tentunya masih ingat dengan kasus pemain asing dari Klub Arema Malang, Emille Mbamba yang divonis selama 5 tahun dilarang merumput disemua kompetisi sepakbola Indonesia dan denda Rp. 50 Juta hanya karena memprotes wasit ketika Arema kontra PKT Bontang (13/9) dan tragisnya pemain ini diputus kontraknya sama klubnya, anda bisa membandingkan mana yang seharusnya dihukum berat mana yang tidak dilihat dari kelakuannya dilapangan !

Jadi Komdis dimasa mendatang harus bisa netral dan tidak berat sebelah dalam memberikan hukuman, kalau dilihat kasus Mbamba dan Gonzales sebenarnya komdis sedikit “pilih kasih” seharusnya tidak dilakukan kalau Komdis ingin menciptakan suasana kompetisi yang bersih betul tidak !

Inikah awal dan terakhir dari sepakbola kita menuju kompetisi yang benar-benar kompetisi yang semestinya dan mampu mengangkat Indonesia sebagai negara yang kuat sepakbolanya seperti Jepang, bukan hanya sebagai “banci pujian” karena setiap timnas main selalu banyak pendukungnya tapi hasilnya ?

Senayan 151108 15:17

Rvanca
LO Manager of RKM

Tidak ada komentar: