"Terimakasih Guru Bangsa!
Terimakasih Pahlawan!
Kami akan melanjutkan
langkah bersama (edit) untuk Indonesia sejahtera !"Maaf sebelumnya kalau ada kata-kata yang penulis edit untuk menghindari suata hal tetapi tidak mengubah pesan dari tulisan iu. Cuplikan diatas mungkin sudah familiar dengan mata dan telinga kita, ya.itu adalah tagline dari iklan suatu partai berbasis agama dalam rangka menyambut hari pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November setiap tahunnya.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan iklan itu karena berkaitan dengan perayaan hari Pahlawan yang masalah adalah adanya cuplikan gambar dari Presiden Soeharto ditambah dengan kata-kata diatas inilah yang membuat sebagian masyarakat gerah dengan iklan itu.
Memang bukan hanya Soeharto saja yang ditampilkan dalam iklan itu setidaknya ada beberapa tokoh nasional seperti Ir. Soekarno, lalu Soeharto, kemudian KH. Achmad Dahlan, Hasyim Asy'ari, M Natsir, M Hatta, Jenderal Sudirman dan Bung Tomo.
"Iklan ini hanya akan menimbulkan blunder, malah bisa melakukan penyesatan
kepada pemuda,"Budiman Sudjatmiko, mantan aktivis PRD -
Munculnya Soeharto diantara tokoh-tokoh itu sempat memicu kontroversial dimana, semua tokoh-tokoh yang ditampilkan sebagai”model” dari iklan partai itu adalah sudah berpredikat atau gelar Pahlawan Nasional sedang sang penguasa Jl. Cendana belum mendapatkan titel apapun. Isu ini sempat membuat heboh negara karena setahun lalu sempat memunculkan nama beliau untuk mendapatkan “label” pahlawan nasional.
Pantaskah Soeharto menyandang gelar Pahlawan Nasional ? kalau menurut penulis, apa yang dibuat oleh partai dan partai yang dibuat ketika beliau masih menjabat ini untuk menghormati pahlawan nasional dengan menampilkan sang penguasa Jl. Cendana adalah SALAH BESAR ! kenapa ? pertama, okelah menurut partai ini Soeharto membawa perubahan terhadap negeri ini, tetapi apakah itu sudah dasar untuk dijadikan “model” padahal kita tahu bagaimana perbuatan beliau ketika berkuasa !
"Soeharto memang pembangun paling besar di Indonesia, tapi dia juga perusak
terbesar seperti meninggalkan utang US$ 150 juta. Itu kan membebani kita dan
tidak akan lunas selama 7 turunan,"- Asvi Warman Adam -
Memang penulis akui dengan dipimpin oleh sang penguasa Jl. Cendana, kondisi negara ini stabil tidak seperti sekarang, tetapi itu hanya semu saja bukan ketika beliau lengser barulah semua terbongkar ibarat pertunjukan kesenian topeng dipanggung para penari lenggak-lenggok menggunakan topeng supaya tidak dikenali dan penasaran oleh para penonton begitu turun barulah ketahuan rupa dari penari itu, itulah yang terjadi dengan pemerintahan dibawah dinasti cendana, penuh dengan kebohongan dan kemunafikan.
Kita bisa lihat bagaimana atau berapa banyak orang yang harus mati sia-sia karena tidak mau menuruti apa yang diinginkan beliau melalui tindakan seperti intimidasi yang dilakukan pihak loreng-loreng atau orang suruhan, kita bisa lihat bagaimana kasus Talangsari, Tanjung Priok, 27 Juli 1996, Senin Cawang Berdarah, Trisakti, Marsinah, Udin, penculikan sejumlah aktivis belum termasuk ketika beliau menjabat strategis militer sampai masuk menjadi RI-1, banyaknya korupsi dengan mengatasnamakan rakyat miskin, atau banyaknya alumni sebuah universitas di AS, yang kalau disini selalu dielu-elukan karena terkenal sementara kita tidak tahu apakah universitas itu disana terkenal juga atau sebaliknya.
Bagaimana bisa dikatakan seorang H.M. Soehato dikatakan dan ingin disahkan menjadi pahlawan nasional kalau selama hidupnya negara dirugikan berpuluh-puluh milyar bahkan trilyun yang sampai sekarang tidak jelas uang itu berada dimana. Ketika didesak selalu mengatakan tidak mempunyai uang sepeser pun, apakah ini disebut pahlawan ?
Penulis tidak sependapat dengan apa yang diucapkan oleh sang Presiden Partai yang membuat iklan ini bahwa Soekarno dan Soeharto selama hidupnya punya kesalahan dalam membawa negara ini, menurut penulis justru Soeharto lah yang merusak negara ini dengan meninggalkan utang yang harus dibayar anak-cucu-cucu kita selama 7 turunan dengan nominal US$ 150 juta (silakan konversikan sendiri ke Rupiah dan dibagi tiap satu anak yang baru lahir harus menanggung berapa juta hingga hayatnya! Itu baru kerugian yang dilakukan oleh seorang bapak bagaimana dengan anak-anaknya) dengan alasan Indonesia harus menjadi negara besar dan berkembang jadi harus meminta bantuan luar negeri, mengajak investor asing tapi hasil untuk rakyat kecil ada? Lebih baik Soekarno dengan pedomannya Berdikari- BERDIri pada KAki sendiRI terbukti semua negara segan dan sedikit takut dengan Indonesia, kalau boleh mencontohkan negara didunia saat ini yang modelnya seperti pedoman Soekarno adalah negara yang dipimpin oleh Hugo Chavez dan Evo Morales yang mampu membuat perusahaan minyak asing berlutut dan mencium kaki rakyat dari dua negara ini biar bisa beroperasi, sementara Indonesia era Soeharto justru kita seperti pengemis ke negara luar, bukan negara luar yang mengemis ke negara kita.
Jadi menurut penulis kiranya semua insan sebelum melakukan suatu kegiatan kiranya mengadakan riset dengan cara turun ke masyarakat untuk mengetahui apa yang mereka inginkan bukannya seperti sekarang, kalau sampai terjadi perpecahan bahkan menjadi konflik karena perbuatan dari satu partai ini, apakah partai ini mau bertanggung jawab kepada rakyat dan terutama konstituennya ?
Cendana, 121108
Rvanca/ RKM-01/ RKM-35
*) gambar dikutip dari Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar