Judul diatas berawal dari keisengan penulis ketika menunggu seseorang di sebuah kantor untuk mengadakan semacam kerjasama dalam kemajuan webblog ini, membaca majalah Newsweek, dimana isi dari majalah tersebut yang membuat penulis agak mengkeritkan dahi yaitu adanya rapor keberhasilan Indonesia selama 10 tahun terakhir dalam hal ekonomi, padahal 10 tahun lalu ketika pasca kerusuhan banyak pihak terutama kalangan asing memprediksi Indonesia akan mengalami situasi seperti yang terjadi di Yugoslavia yang tercerai berai.
Analisis dari Newsweek ini adalah negara Indonesia mampu membangkitkan ekonominya kembali, kebangkitan itu menurut majalah ini dikaitkan dengan kebangkitan yang dilakukan oleh India, yang saat ini menjadi calon raksasa Asia, setelah negara tirai bambu Republik Rakyat China, bahkan negara kita dinilai lebih unggul daripada India dalam dua aspek ekonomi yaitu aspek pendapatan perkapita yang sangat tinggi dan rasio piutang yang sangat rendah sekali (?), dalam hal situasi keamanan di negara kita menurut majalah ini dinilai lebih stabil.
Penulis tidak akan menguraikan tulisan ini menjadi sebuah analisa ekonomi karena penulis bukan ahli ekonomi yang setiap tulisan dan pernyataan yang terlontar dari bibir penulis ditunggu oleh kaum jurnalis tetapi melihat aspek lainnya.
Penulis bisa mengerti kenapa majalah terbitan luar negeri itu menganalisa Indonesia akan seperti dengan India bahkan mungkin melebihi negeri Panda-China, karena kita bisa lihat berapa banyak penduduk dinegara ini, kemudian komiditi apa yang selalu ditonjolkan untuk mendapatkan pendapatan negara dalam satu tahun? Mungkin inilah yang menjadi tolak ukur majalah itu mensejajarkan Indonesia dengan India dan mungkin juga China.
Kalau kita lihat sebenarnya ada perbedaan dan persamaan antara Indonesia dan India, persamaannya adalah sama-sama negara yang ketika itu baru saja merdeka dari tangan penjajahan pada medio tahun 1940, memiliki persamaan hidup ketika baru mengalami yang namanya kemerdekaan, pemimpin kedua negara pun memiliki satu persamaan yaitu sama-sama memiliki jiwa nasionalis, dalam hal urusan antara Manusia dan sang pencipta pun sama-sama bersifat heterogen dengan banyaknya aliran keagamaan dan adat istiadat yang satu daerah dengan daerah lain berbeda.
Kalau itu persamaannya, kalau perbedaannya adalah dalam hal pemerintahan dan perpolitikan, dimana ketika India merdeka dan menjadi negara yang menganut sistem Federal,sedangkan Indonesia menganut sistem pemeritahan sentralistik walaupun ketika era reformasi pemerintah mengubah haluan sistem menjadi desentralisasi karena cocok dengan yang ada di Indonesia ini. Perbedaan yang sangat mencolok adalah dalam hal kekayaan bumi, Indonesia lebih maju dan melimpah seperti kekayaan minyak bumi dan Gas.
Itu baru pendapat dari sebuah analisator dari sebuah majalah luar yang notabene adalah orang asing a.k.a Bule, bagaimana kita sebagai warga negara Indonesia yang melihat hasil analisis tersebut.
Kita bisa lihat bagaimana media memberitakan setiap hari dimana selalu ada buruh yang demo pabriknya hanya untuk mendapatkan beberapa lembar nominal rupiah dan hak-hak yang seharusnya mereka dapat, harga sembako yang semakin lama semakin tidak terkontrol walaupun kata pemerintah harga sembako sudah bisa dipegang dan dikendalikan tetapi dilapangan ! banyaknya pengemis dan mungkin jaringan PSK yang setiap hari dan malam dapat kita jumpai disetiap lampu merah atau pinggir jalan, banyaknya pedagang kaki lima yang setiap hari harus selalu ibarat kucing dan tikus dengan Satpol PP.
Itu baru permasalahan dalam negeri, lalu bagaimana permasalahan global seperti krisis Global dimana harga saham didunia mengalami perubahan yang sangat tajam, dimana banyak perusahaan asing yang ada di AS dan Eropa terutama industri otomotif harus merelakan karyawannya dirumahkan karena dampak masalah keuangan global ini, walaupun krisis ini tidak parah ketika krisis melanda Indonesia tahun 1997 lalu.
Apa yang harus dilakukan Indonesia supaya bisa maju bahkan apa yang ditulis majalah itu menjadi impian, penulis kira ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh beberapa elite politik yang nanti yang akan bersaing untuk bisa duduk empuk di komplek Merdeka Selatan yaitu : pertama, selalu mengutamakan produksi dalam negeri, puaskan dan penuhi apa yang petani dan kaum buruh inginkan karena petani dan kaum buruhlah yang menjadi tolak ukur perekonomian Indonesia, dan jangan 100% bergantung pada asing dalam hal pemodalan bagi rakyat miskin.
Kedua, dalam hal keamanan Indonesia harus bisa menciptakan suasana keamanan yang benar-benar jika ada pengusaha asing yang ingin menanamkan investasinya dapat tenang, karena selama ini alasan pengusaha asing enggan dan tidak mau ber”dagang” di Indonesia karena alasan keamanan yang tempo-tempo aman, tempo-tempo tidak aman. Ketiga, faktor pungli harus bisa diberantas sampai keakar-akarnya, karena selain faktor keamanan, faktor pungli-lah yang paling banyak dikeluhkan oleh banyak pengusaha asing untuk memainkan uangnya di negara ini, seperti contoh dalam urusan bongkar muat dipelabuhan kalau tidak disalam tempel, maka barang akan lama proses keluarnya dalam hitungan bulanan, tetapi kalau pakai salam tempel maka dalam waktu 14 hari barangpun bisa keluar dari penyimpanan.
Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah Kapan kita bisa mewujudkan apa isi dari majalah itu dan mengejar ketinggalan yang ada di negara ini ketika melihat negara asing lebih maju daripada negara ini ?
Kita hanya bisa berharap ketika semua pemimpin dapat melaksanakan dengan nyata apa yang dilontarkan dari mulut para pemimpin tersebut, bukan sekedar hanya kata-kata untuk menyenangkan hati rakyat supaya mereka dipilih..
INGAT !! Berkaryalah dengan NYATA BUKAN Berkarya dengan KATA-KATA !!!
Bellagio 011008 15:30
Rvanca
Editor of RKM
Analisis dari Newsweek ini adalah negara Indonesia mampu membangkitkan ekonominya kembali, kebangkitan itu menurut majalah ini dikaitkan dengan kebangkitan yang dilakukan oleh India, yang saat ini menjadi calon raksasa Asia, setelah negara tirai bambu Republik Rakyat China, bahkan negara kita dinilai lebih unggul daripada India dalam dua aspek ekonomi yaitu aspek pendapatan perkapita yang sangat tinggi dan rasio piutang yang sangat rendah sekali (?), dalam hal situasi keamanan di negara kita menurut majalah ini dinilai lebih stabil.
Penulis tidak akan menguraikan tulisan ini menjadi sebuah analisa ekonomi karena penulis bukan ahli ekonomi yang setiap tulisan dan pernyataan yang terlontar dari bibir penulis ditunggu oleh kaum jurnalis tetapi melihat aspek lainnya.
Penulis bisa mengerti kenapa majalah terbitan luar negeri itu menganalisa Indonesia akan seperti dengan India bahkan mungkin melebihi negeri Panda-China, karena kita bisa lihat berapa banyak penduduk dinegara ini, kemudian komiditi apa yang selalu ditonjolkan untuk mendapatkan pendapatan negara dalam satu tahun? Mungkin inilah yang menjadi tolak ukur majalah itu mensejajarkan Indonesia dengan India dan mungkin juga China.
Kalau kita lihat sebenarnya ada perbedaan dan persamaan antara Indonesia dan India, persamaannya adalah sama-sama negara yang ketika itu baru saja merdeka dari tangan penjajahan pada medio tahun 1940, memiliki persamaan hidup ketika baru mengalami yang namanya kemerdekaan, pemimpin kedua negara pun memiliki satu persamaan yaitu sama-sama memiliki jiwa nasionalis, dalam hal urusan antara Manusia dan sang pencipta pun sama-sama bersifat heterogen dengan banyaknya aliran keagamaan dan adat istiadat yang satu daerah dengan daerah lain berbeda.
Kalau itu persamaannya, kalau perbedaannya adalah dalam hal pemerintahan dan perpolitikan, dimana ketika India merdeka dan menjadi negara yang menganut sistem Federal,sedangkan Indonesia menganut sistem pemeritahan sentralistik walaupun ketika era reformasi pemerintah mengubah haluan sistem menjadi desentralisasi karena cocok dengan yang ada di Indonesia ini. Perbedaan yang sangat mencolok adalah dalam hal kekayaan bumi, Indonesia lebih maju dan melimpah seperti kekayaan minyak bumi dan Gas.
Itu baru pendapat dari sebuah analisator dari sebuah majalah luar yang notabene adalah orang asing a.k.a Bule, bagaimana kita sebagai warga negara Indonesia yang melihat hasil analisis tersebut.
Kita bisa lihat bagaimana media memberitakan setiap hari dimana selalu ada buruh yang demo pabriknya hanya untuk mendapatkan beberapa lembar nominal rupiah dan hak-hak yang seharusnya mereka dapat, harga sembako yang semakin lama semakin tidak terkontrol walaupun kata pemerintah harga sembako sudah bisa dipegang dan dikendalikan tetapi dilapangan ! banyaknya pengemis dan mungkin jaringan PSK yang setiap hari dan malam dapat kita jumpai disetiap lampu merah atau pinggir jalan, banyaknya pedagang kaki lima yang setiap hari harus selalu ibarat kucing dan tikus dengan Satpol PP.
Itu baru permasalahan dalam negeri, lalu bagaimana permasalahan global seperti krisis Global dimana harga saham didunia mengalami perubahan yang sangat tajam, dimana banyak perusahaan asing yang ada di AS dan Eropa terutama industri otomotif harus merelakan karyawannya dirumahkan karena dampak masalah keuangan global ini, walaupun krisis ini tidak parah ketika krisis melanda Indonesia tahun 1997 lalu.
Apa yang harus dilakukan Indonesia supaya bisa maju bahkan apa yang ditulis majalah itu menjadi impian, penulis kira ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh beberapa elite politik yang nanti yang akan bersaing untuk bisa duduk empuk di komplek Merdeka Selatan yaitu : pertama, selalu mengutamakan produksi dalam negeri, puaskan dan penuhi apa yang petani dan kaum buruh inginkan karena petani dan kaum buruhlah yang menjadi tolak ukur perekonomian Indonesia, dan jangan 100% bergantung pada asing dalam hal pemodalan bagi rakyat miskin.
Kedua, dalam hal keamanan Indonesia harus bisa menciptakan suasana keamanan yang benar-benar jika ada pengusaha asing yang ingin menanamkan investasinya dapat tenang, karena selama ini alasan pengusaha asing enggan dan tidak mau ber”dagang” di Indonesia karena alasan keamanan yang tempo-tempo aman, tempo-tempo tidak aman. Ketiga, faktor pungli harus bisa diberantas sampai keakar-akarnya, karena selain faktor keamanan, faktor pungli-lah yang paling banyak dikeluhkan oleh banyak pengusaha asing untuk memainkan uangnya di negara ini, seperti contoh dalam urusan bongkar muat dipelabuhan kalau tidak disalam tempel, maka barang akan lama proses keluarnya dalam hitungan bulanan, tetapi kalau pakai salam tempel maka dalam waktu 14 hari barangpun bisa keluar dari penyimpanan.
Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah Kapan kita bisa mewujudkan apa isi dari majalah itu dan mengejar ketinggalan yang ada di negara ini ketika melihat negara asing lebih maju daripada negara ini ?
Kita hanya bisa berharap ketika semua pemimpin dapat melaksanakan dengan nyata apa yang dilontarkan dari mulut para pemimpin tersebut, bukan sekedar hanya kata-kata untuk menyenangkan hati rakyat supaya mereka dipilih..
INGAT !! Berkaryalah dengan NYATA BUKAN Berkarya dengan KATA-KATA !!!
Bellagio 011008 15:30
Rvanca
Editor of RKM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar