Beberapa minggu ini ada sedikit di DKI dan sekitarnya dimana setiap warung pada tulisan di depan pintunya selalu menuliskan GAS KOSONG atau di setiap agent pertamina terutama gas selalu mengantri dan juga banyaknya tabung gas kosong hingga menutupi pintu masuk, dan ternyata tidak hanya di JABODETABEK bahkan di belahan daerah di negara ini pun nasibnya sama, ada apa ini?
Ternyata pasokan gas lpj untuk ukuran 3 kg dan 12 kg kosong sudah beberapa hari, karena pabrik ntuk mengisi dan mengedarkan gas lpj yang selama ini dikonsumsi oleh ibu-ibu, tukang mie ayam dan gorengan sedang mengalami kerusakan sehingga arus distribusi sedikit terganggu ?
Kejadian ini bukan untuk pertama kali setidaknya menurut catatan RKMdalam satu tahun pasti ada 3 kali kejadian hilangnya gas elpiji di pasar, alasan yang mereka keluarkan selalu itu kilang pertamina di Balongan kalau tidak rusak pasti
dalam tahap perawatan, sementara rakyat hanya bisa mengantri dan mengelus dada sampai bertanya dalam hati sampai kapan ini terus terjadi.
Seharusnya Pertamina sebagai badan yang di akui negara untuk mengurusi masalah ini kalau menurut ( maaf!?) tidak BECUS, kenapa tidak becus ? kita bisa lihat setiap ada masalah hilangnya gas, pihak Pertamina hanya bisa mengucapkan maaf tanpa ada tindakan lanjut misalnya mengejar perbaikan secepat mungkin misalnya 24 jam terus \endash menerus, tetapi yang ada malah mengatakan perbaikan membutuhkan waktu paling cepat 21 hari misalnya..
Yang menjadi pertanyaan adalah dengan kondisi ini berarti semua pihak harus menunggu sampai ada kejelasan dan nyata di lapangan, apakah Pertamina MAU menanggung kerugian yang diakibatkan kelalain perusahaan terhadap masyarakat pengguna ? misalnya menggratiskan biaya gas mulai dari kilang itu rusak hingga diperbaiki, dan juga mengganti rugi uang sebesar 10 x jumlah tabung yang dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga, tukang mie ayam, tukang bakso, tukang nasi goreng misalnya tukang mie ayam dia akan mendapatkan ganti rugi sebesar Rp. 170,000 untuk satu tabung ukuran 3 kg atau misalnya seorang ibu rumah tangga akan mendapat kerugian sebesar Rp. 550,000 untuk satu tabung ukuran 12 kg mau pertamina ?
Seharusnya sebagai badan yang diakui negara dalam urusan perminyakan dan tambang bisa benar-benar melayani rakyat dengan sepenuh hati bukan seperti ini hanya dengan dibalas dengan ucapan maaf dengan sangat manis sekali oleh bagian hubungan masyarakat
dengan senyuman, sementara rakyat hanya bisa menunggu, sependapat dengan ucapan salahsatu pejabat kalau bisa kilang itu tersebar disemua pulau di Indonesia bukan hanya satu-dua tempat saja sehingga jika ada kilang yang rusak bisa langsung diambil alih oleh kilang di daerah lain untuk memasok kebutuhan gas untuk rumah tangga dan UKM, dan yang paling utama adalah transparansi dalam apapun. Juga adanya kelangkaan ini bukti kelalaian dan ketidak pekaan pemerintah dalam memperhatikan rakyatnya, kita bisa lihat dulu gas 3 kg dibuat untuk apa? Untuk menghilangkan minyak tanah dari dapur rakyat miskin, tetapi pada awal-awal pemerintah tidak mempersiapkan segalanya seperti untuk isi ulangnya bahkan jaminan keamanan dari gas 3 kg itu tidak diperhatikan, pembaca mungkin sudah beberapa kali baca berita di media massa tentang ledakan kompor dan kebakaran yang diakibatkan gas 3 kg ini bukan ? tetapi tidak ada jawaban dan permintaan maaf sama sekali yang ada mana menyalahkan konsumen.
Kemudian setelah banyaknya beredar gas 3 kg lambat laun minyak tanah ditinggalkan karena harganya yang menjulang hingga ada yang mencapai Rp. 10,000 untuk satu liter, dan sekarang dengan hilangnya gas, tidak mungkin rakyat kembali ke minyak tanah dengan kondisi harga minyak tanah Rp. 10,000 untuk satu liter sedangkan dananya saja pas-pasan.
Yang harus menjadi perhatian oleh perusahaan ini supaya jelas benarkah kilang minyak itu rusak atau hanya sekedar isu, kiranya perusahaan ini dan negara menjelaskan secara detail dan nyata kalau perlu jurnalis di ajak ke tempat kerusakan dan memberitakannya
sehingga rakyat percaya bahwa hilangnya gas dari peredaran karena kerusakan bukan karena misalnya di timbun atau dikuasai oleh agent-agent gas besar yang kepemilikkannya dimiliki oleh pejabat dan mantan pejabat.
Apakah hilangnya gas-gas ini tidak akan terulang lagi di tahun 2009 yang tinggal menghitung hari atau masih saja terjadi ? kita lihat saja nanti bagaimana tanggung jawab perusahaan ini terhadap rakyat yang telah menggunakan
gas walaupun sangat berat dari segi dana dan lebih baik menggunakan minyak tanah walaupun tidak baik untuk kesehatan kita lihat saja nanti.
Gas..gas.. dimana engkau..
Ternyata pasokan gas lpj untuk ukuran 3 kg dan 12 kg kosong sudah beberapa hari, karena pabrik ntuk mengisi dan mengedarkan gas lpj yang selama ini dikonsumsi oleh ibu-ibu, tukang mie ayam dan gorengan sedang mengalami kerusakan sehingga arus distribusi sedikit terganggu ?
Kejadian ini bukan untuk pertama kali setidaknya menurut catatan RKMdalam satu tahun pasti ada 3 kali kejadian hilangnya gas elpiji di pasar, alasan yang mereka keluarkan selalu itu kilang pertamina di Balongan kalau tidak rusak pasti
dalam tahap perawatan, sementara rakyat hanya bisa mengantri dan mengelus dada sampai bertanya dalam hati sampai kapan ini terus terjadi.
Seharusnya Pertamina sebagai badan yang di akui negara untuk mengurusi masalah ini kalau menurut ( maaf!?) tidak BECUS, kenapa tidak becus ? kita bisa lihat setiap ada masalah hilangnya gas, pihak Pertamina hanya bisa mengucapkan maaf tanpa ada tindakan lanjut misalnya mengejar perbaikan secepat mungkin misalnya 24 jam terus \endash menerus, tetapi yang ada malah mengatakan perbaikan membutuhkan waktu paling cepat 21 hari misalnya..
Yang menjadi pertanyaan adalah dengan kondisi ini berarti semua pihak harus menunggu sampai ada kejelasan dan nyata di lapangan, apakah Pertamina MAU menanggung kerugian yang diakibatkan kelalain perusahaan terhadap masyarakat pengguna ? misalnya menggratiskan biaya gas mulai dari kilang itu rusak hingga diperbaiki, dan juga mengganti rugi uang sebesar 10 x jumlah tabung yang dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga, tukang mie ayam, tukang bakso, tukang nasi goreng misalnya tukang mie ayam dia akan mendapatkan ganti rugi sebesar Rp. 170,000 untuk satu tabung ukuran 3 kg atau misalnya seorang ibu rumah tangga akan mendapat kerugian sebesar Rp. 550,000 untuk satu tabung ukuran 12 kg mau pertamina ?
Seharusnya sebagai badan yang diakui negara dalam urusan perminyakan dan tambang bisa benar-benar melayani rakyat dengan sepenuh hati bukan seperti ini hanya dengan dibalas dengan ucapan maaf dengan sangat manis sekali oleh bagian hubungan masyarakat
dengan senyuman, sementara rakyat hanya bisa menunggu, sependapat dengan ucapan salahsatu pejabat kalau bisa kilang itu tersebar disemua pulau di Indonesia bukan hanya satu-dua tempat saja sehingga jika ada kilang yang rusak bisa langsung diambil alih oleh kilang di daerah lain untuk memasok kebutuhan gas untuk rumah tangga dan UKM, dan yang paling utama adalah transparansi dalam apapun. Juga adanya kelangkaan ini bukti kelalaian dan ketidak pekaan pemerintah dalam memperhatikan rakyatnya, kita bisa lihat dulu gas 3 kg dibuat untuk apa? Untuk menghilangkan minyak tanah dari dapur rakyat miskin, tetapi pada awal-awal pemerintah tidak mempersiapkan segalanya seperti untuk isi ulangnya bahkan jaminan keamanan dari gas 3 kg itu tidak diperhatikan, pembaca mungkin sudah beberapa kali baca berita di media massa tentang ledakan kompor dan kebakaran yang diakibatkan gas 3 kg ini bukan ? tetapi tidak ada jawaban dan permintaan maaf sama sekali yang ada mana menyalahkan konsumen.
Kemudian setelah banyaknya beredar gas 3 kg lambat laun minyak tanah ditinggalkan karena harganya yang menjulang hingga ada yang mencapai Rp. 10,000 untuk satu liter, dan sekarang dengan hilangnya gas, tidak mungkin rakyat kembali ke minyak tanah dengan kondisi harga minyak tanah Rp. 10,000 untuk satu liter sedangkan dananya saja pas-pasan.
Yang harus menjadi perhatian oleh perusahaan ini supaya jelas benarkah kilang minyak itu rusak atau hanya sekedar isu, kiranya perusahaan ini dan negara menjelaskan secara detail dan nyata kalau perlu jurnalis di ajak ke tempat kerusakan dan memberitakannya
sehingga rakyat percaya bahwa hilangnya gas dari peredaran karena kerusakan bukan karena misalnya di timbun atau dikuasai oleh agent-agent gas besar yang kepemilikkannya dimiliki oleh pejabat dan mantan pejabat.
Apakah hilangnya gas-gas ini tidak akan terulang lagi di tahun 2009 yang tinggal menghitung hari atau masih saja terjadi ? kita lihat saja nanti bagaimana tanggung jawab perusahaan ini terhadap rakyat yang telah menggunakan
gas walaupun sangat berat dari segi dana dan lebih baik menggunakan minyak tanah walaupun tidak baik untuk kesehatan kita lihat saja nanti.
Gas..gas.. dimana engkau..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar