Rabu, 24 Desember 2008

Pak Beye Marah (lagi ! )

Ini untuk kedua kalinya pak beye marah besar dan itu terjadi lagi di Istana Merdeka. Kalau sekitar dua minggu kemarin pak beye marah pertama kali kepada pak NB karea tidak becus mengurus ganti rugi korban Lapindo Brantas, kali ini yang menjadi getah dari aksi marah pak beye adalah Kepala Polisi Negara Republik Indonesia-Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri-BHD. Pak beye marah kepada BHD dikarenakan pada saat sedang rapat kabinet, terganggu dengan aksi demontrasi yang terjadi di depan Istana, yang membuat pak beye marah karena sang pendemo menggunakan pengeras suara yang volumenya sangat besar.



"Kita mulai rapat ada unjuk rasa, kita tidak bisa bekerja. Apakah loud speaker itu dibenarkan? Ini satu-satunya negara di dunia. Unjukrasanya siapa yang menangani,"
Susilo Bambang Yudhoyono



Akibat dari marahnya pak beye, konon kabarnya BHD akan menerapkan kebijakan untuk melarang penggunaan loud speaker ukuran besar untuk kegiatan per-demoan. Apa yang dilakukan oleh pak beye sangat konyol sekali dan tidak mengerti apa yang dinamakan demokrasi.Kenapa ? memang disatu sisi apa yang dikatakan oleh pak beye ada benarnya karena mengganggu kerjaan pak beye apalagi kalau sedang menerima tamu negara bisa malu pak beye apa kata dunia, tetapi di sisi lain yang namanya demonstrasi adalah hak asasi manusia dalam menyalurkan aspirasinya dan harus siap menerima dan mendengar apa yang diaspirasikan oleh warga, dan juga Istana adalah rumah rakyat juga karena penghuni dari Istana tersebut adalah pemimpin pilihan rakyat lewat pemilu betul tidak !

Penulis TIDAK SETUJU dan MENENTANG SANGAT KERAS dengan ucapan pak beye ini dan juga kebijakan yang akan dilakukan oleh BHD, kenapa tidak setuju ? pertama,negara kita sudah diakui oleh mata dunia sebagai negara yang sangat demokrasi dan menghargai HAM kemudian apa kata dunia kalau larangan menggunakan loudspeaker keras terdengar dan termuat di koran-koran luar negeri.Kedua,sebagai seorang pemimpin seharusnya mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh warganya bukan melarang sambil marah-marah seperti yang dilakukan oleh pak beye.

Lagipula soal loudspeaker yang digunakan oleh para pendemo yang ada di Istana tersebut masih dalam tahap wajar dan manusiawi kok bahkan dari segi kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan-THT masih tahap wajar tidak membuat tuli,di negara-negara luar juga banyak kok orang berdemo dengan menggunakan loudspeaker bahkan ada yang lebih banyak dan besar-besar ukurannya tetapi polisi di sana tidak bermasalah tetapi kenapa disini dilarang ?

Dan juga seharusnya pak beye berkaca dan bertanya sama nuraninya, kenapa para pendemo itu dan demo-demo yang lain kenapa mereka berdemo di Istana, adakah kebijakan yang saya lakukan, atau anak buah saya lakukan telah mengecewakan rakyat saya ? dan juga kalaupun ada yang berdemo di depan Istana KALAU BISA turun ke depan pagar depan Istana TEMUI para pendemo itu ajak masuk ke ruangan anda kemudian dengarkan apa yang mereka keluhkan sampai mereka berdemo di Istana, BUKANnya menyuruh Kapolri melarang penggunaan loudspeaker setiap demo atau MENYURUH Jubir Istana dan Paspampres mendampingi dan mencatat keluhan mereka lalu memberikan kepada anda untuk dibaca, padahal apakah anda tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi misalnya banyak anak buah anda yang ABS. SEHARUSNYA itu yang harus ditanyakan BUKAN marah-marah dan meminta Kapolri untuk melarang loudspeaker setiap berdemo,

Orientasi pengekangan demonstrasi harus bisa dikurangi kalau memang negara ini menganut paham Demokrasi bukan paham otoriter.INGAT !anda menjadi Presiden karena siapa ? anda bisa bertempat tinggal di Istana dan bisa berjumpa dengan pemimpin dunia karena siapa ? anda bisa berlalu lalang tanpa kemacetan dan semua sarana diperbaiki kalau anda sedang kunjungan karena siapa ? RAKYATlah yang memilih anda, apakah anda bisa melakukan itu semua tanpa rakyat ! JANGAN jadi kacang lupa sama kulitnya !

Penulis dan banyak orang tahu bahwa yang namanya seorang pemimpin adalah harus bisa menyejahterakan rakyatnya, tegas tanpa pandang bulu dan yang paling utama adalah mendengarkan apa yang dikeluhkan warganya, karena dia }{\b SADAR}{ bahwa dia pilih dan diamanatkan oleh rakyat untuk menjaga keutuhan bangsa, seharusnya pak beye seperti ini BUKAN sebaliknya.

Tetapi itulah manusia, setiap individu selalu memiliki keterbatasan tetapi seorang pemimpin tetaplah harus bisa menyenangkan dan menyejahterakan rakyatnya walaupun dalam hatinya sedang kesusahan dan kesulitan. Akankah loudspeaker itu tetap dilarang
kalau memang iya akan dilarang maka tidak akan ada terdengar lagi jeritan dan suara rakyat kecil yang membutuhkan perubahan akibat kebijakan-kebijakan kapitalis dan penjaga negara ini yang selalu dalam aturan dan kebijakan selalu menggunakan stempel rakyat tetapi kenyataan di lapangan ?

Merdeka Selatan, 121208 14:50

Rvanca
Editor of RKM
Pendapat Pribadi, tulisan ini tidak mencerminkan pandangan redaksional

Tidak ada komentar: