Senin, 08 Desember 2008

Selamat Berjuang Kawan, Tunjukkan Kemenanganmu Dihadapan Pendukungmu Bukan Hanya Sekedar banci Pujian !!!


Baru kemarin kita menjadi tuan rumah hajatan penikmat sepakbola Asia, Piala Asia usai dan sekarang negara kita tercinta kembali menjadi tuan rumah lagi tapi kali hajatan penikmat sepakbola bedanya kali ini kita menjadi tuan rumah ajang sepakbola Asia Tenggara atau Piala AFF.

Piala AFF adalah turnament sepakbola yang diikuti negara-negara yang tergabung dalam kawasan ASEAN, dulu nama kejuaraan ini adalah Piala Tiger karena disponsori oleh perusahaan minuman alkohol asal negara Singapura, dan sekarang karena tidak mensponsori kejuaraan ini maka namanya menjadi AFF Cup walaupun beberapa bulan sebelum acara ini akan digelar, perusahaan otomotif jepang berminat mensponsori kejuaraan ini dan alhasil turnament ini menjadi Suzuki AFF Cup 2008.


Kalau bicara soal ajang ini kita tidak bisa lepas dari tiga negara yang selalu bernafsu untuk menjadi jawara sepakbola Asia Tenggara yaitu Singapura, Thailand dan tentunya negara kita Indonesia, kita tahu bagaimana ketiga negara ini ibarat lingkaran setan selalu bertemu dipuncak turnament ini dan mungkin yang bisa mengganjal ketiga negara ini adalah negara Paman Ho, Vietnam dan Negara junta militer, Myanmar selebihnya bisa mudah dilalui oleh ketiga negara ini.

Lalu bagaimana kans Timnas Merah Putih untuk menyimpan Piala AFF yang untuk pertama kali mengganti sponsor di lemari Kantor PSSI ? memang seharusnya negara dengan penduduk paling besar didunia, kondisi sepakbolanya pun harus sesuai dengan jumlah penduduk misalnya berprestasi, tetapi kenyataannya timnas kita hanya bisa menunjukkan keahliannya dalam mengontrol kulit bundar tetapi miskin prestasi.


Penulis sebenarnya muak dan pengen muntah rasanya dengan pemberitaan di sejumlah media, terutama media olahraga ketika negara ini mendapatkan kepercayaan sebagai tuan rumah, stadion Gelora Bung Karno yang didirikan Bung Karno sebagai stadion paling megah ketika jaman itu berlautkan merah putih, dan tidak ada satupun bangku stadion yang kosong, kompak melantunkan lagu Indonesia Raya kemudian meneriakkan dan menyanyikan lagu-lagu yang bersemangatkan patriotisme kepada pemain dilapangan, tetapi HASILNYA ? selalu kalah, dan pengamat sepakbola internasional atau pejabat organisasi sepakbola internasional selalu bersalaman dengan pejabat PSSI atau diminta wawancara stasiun televisi dan memberikan pernyataan bahwa seumur hidup mereka belum pernah melihat fenomenal stadion penuh sesak dan spirit dari pada pendukung timnas begitu besar, apakah ini yang harus selalu kita terima opini atau citra positif dari penyelenggaraan tetapi prestasi timnas ibarat macan ompong, masak iya negara kita dan khususnya sepakbola hanya terkenal dengan pujian atau istilah kerennya banci pujian, dimana prestasi itu ?

Sebenarnya kalau penulis boleh jujur, Timnas kita tidak jauh kelasnya dengan Timnas negara-negara di Asia Tenggara bahkan di Asia sekalipun tetapi ya kembali lagi yang menjadi titik kelemahan kita adalah non teknis dibelakang layar Timnas kita. Apa maksudnya ? maksudnya adalah peran dari para pengurus PSSI, karena bagaimanapun Timnas kita sukses tanpa ada dukungan dari pengurus apalah artinya.

Kita bisa lihat bagaimana Pengurus PSSI sepertinya lepas tangan, seperti contoh dana untuk pembiayaan Timnas seperti uang saku pemain yang mengikuti Pelatnas, uang transportasi dan operasi sehari-hari jika mengikuti kejuaraan, seharusnya dengan logika akal sehat jiwa dan rohani dana itu berasal dari kantong PSSI, tetapi kenapa juga dibebankan ke Badan Tim Nasional dan juga lewat individu yang kebetulan berlatarbelakang pengusaha, memang dana yang diberikan oleh beberapa sponsor Timnas seperti appreal kit Timnas yang dipasok oleh salahsatu perusahaan alat olahraga terbesar di AS, kemudian royalti hak siar dari stasiun televisi, itu semua kemana ? sekedar info saja yang penulis dapat, dana yang disuntikkan oleh appreal kit Timnas itu berkisar Rp. 5 Miliar dan hak siar dari stasiun televisi itu sekitar Rp. 3,6 Miliar setiap tahun, ini sangat aneh dana sebanyak itu tidak jelas keberadaannya, pantas saja timnas kita mainnya loyo dan kalah terus di setiap kejuaraan karena dana yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan apa yang mereka dengar, penulis jadi agak sedikit berpikiran negatif (semoga tidak benar!) jangan-jangan dana yang berasal dari royalti stasiun televisi dan appreal kit tersebut disalah gunakan untuk kepentingan pribadi !

Ini masih soal non teknis lagi yang membuat timnas kita loyo dan mungkin (maaf!) menjadi pecundang sejati ! yaitu kalender pertandingan liga yang tidak konsisten bahkan seenaknya merubahnya, faktor inilah yang paling utama menurut penulis kenapa timnas kita selalu tidak berdaya atau yang seperti penulis tulis diatas Timnas kita tidak lebih pecundang dan banci pujian, kita bisa lihat baru-baru ini saja PSSI lewat Badan Liga Indonesia (BLI) membonsai klub yang bermain di Liga Super, karena sebelumnya banyak klub ditampung untuk beradu di Liga Indonesia, sudah begitu jadwal yang tidak jelas, jangankan jadwal format saja mereka tidak becus membuatnya kadang musim ini satu wilayah, musim besok berubah menjadi dua wilayah sehingga inilah yang membuat timnas kita tidak jelas kenapa ? karena dengan tidak jelasnya kalender dan format kompetisi bisa membuat fisik pemain yang dipanggil timnas untuk TC menurun bahkan bisa menyebabkan cidera mulai dari ringan hingga berat, kita bisa lihat bagaimana nasib Boaz yang sampai sekarang belum masuk juga ke dalam TC timnas karena trauma dengan cidera yang nyaris merenggut nyawa kariernya.

Selain itu penulis melihat sudah lunturnya semangat nasionalisme daripada para pemain ini, mereka lebih menjadi budak uang dan bonus pertandingan daripada membela merah putih, anda mungkin tahu kasus atau cerita tentang program PSSI tahun 2006 lalu yang mana PSSI membuka TC Timnas ke Belanda selamat 3 bulan dengan arahan Pelatih Timnas U-21 Belanda Foppe de Han, untuk persiapan Asian Games Doha- Qatar, mereka memanggil beberapa pemain untuk mengikuti TC tapi nyatanya banyak diantara pemain yang dipanggil nota bene pemain timnas menolak ke Belanda dengan alasan siapa yang membayar gaji kami disana dan siapa yang memperhatikan keluarga kami ! memang kita tidak usah munafik, hari gene tidak suka yang namanya Rupiah, tapi kan kalau dilihat sisi positifnya kalau kita
membela timnas paling tidak kita ditonton ratusan juta penonton yang mana sekian persen dari penonton itu adalah pemandu bakat klub terkemuka baik itu dari klub Asia atau bahkan klub Eropa, ibaratnya Timnas ini adalah ruang etalase yang siap dibeli oleh siapapun kalau bagus kualitasnya, penulis juga agak sedikit heran dengan beberapa pemain ketika ditanya untuk profilnya cita-cita selanjutnya apa ? jawaban mereka ingin bermain di klub luar negeri, bagaimana bisa bermain di klub luar negeri kalau dipanggil timnas ogah-ogahan dan lebih memilih uang bonus pertandingan, dan juga kalaupun bermain diluar negeri hanya sebatas regional saja dan itu tidak lama durasi kontraknya (biasa penyakit orang negeri ini selalu kangen dan rindu), saran dan pesan penulis buat para pemain yang cita-citanya pengen bermain di klub luar negeri sukur-sukur di klub Eropa, contohlah kiprah pemain Chelsea Dider Drogba atau Pemain Korea yang bermain di Man.Utd, Park Ji Sung mereka bisa disana karena apa ? selain kualitas fisik dan bermain mereka juga terus bermain di Timnas tanpa memikirkan berapa penghasilan yang didapat ! mestinya para pemain sepakbola kita MALU sama negara yang kemarin bermain di Ajang Piala Dunia 2006 kemarin seperti negara Angola, Togo, Pantai Gading, mereka adalah negara kecil dengan serba kekurangan seperti ekonomi lemah, infrastruktur tidak memadai tapi apa yang membuat mereka BISA masuk ke pentas Piala Dunia 2006 kemarin dan membuat mata dunia terbuka lebar ! spirit dan kemauan untuk memajukan negara mereka supaya tidak dipandang sebelah mata dari sektor politik dan ekonomi dunia, karena menurut mereka hanya dengan olahraga negara kita bisa dipandang walaupun dinegaranya sendiri tidak jelas kondisinya, sedangkan kita negara dengan penduduk 220 juta jiwa mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia, ekonomi kita kuat, dipandang dan dihormati secara mendunia bahkan selalu menjadi tolak ukur dunia TAPI olahraganya terutama SEPAKBOLAnya ? NOL BESAR !!! prestasi paling besar adalah medali perak pada SEA GAMES Manila 1991 dan medali emas tahun 1997, dan kebanyakan banci pujian karena setiap menyelenggarakan suatu kegiatan pasti sukses, aman terkendali tetapi prestasi untuk Timnas-nya MANA?


Sudah saatnya Timnas Merah Putih asuhan Bendol harus bangkit dan berikan yang terbaik kepada para pendukungnya dan juga dunia bahwa Indonesia bisa prestasi secara bersamaan bukan hanya sekedar negara yang selalu sukses ketika menjadi tuan rumah, tetapi sukses juga menjuarai turnament yang berada dalam “rumah” sendiri, bisakah itu dilakukan oleh BP dan kawan-kawan ? hanya 22 pemain beserta official-lah yang mampu menjawab itu toch, mereka juga akan malu sendiri kalau sudah sepenuh raga bahkan dari ujung Sumatera atau ujung Papua datang dengan berbagai rintangan demi memotivasi timnas ternyata mengecewakan.

Pesan penulis kepada 22 pemain Timnas, mengutip slogan semangat juang anda ketika SEA GAMES Thailand kemarin yaitu
YES U CAN ! SELAMAT PERJUANG KAWAN Di SUZUKI AFF CUP 2008

Senayan IX, 051208

Rhesa Ivan
Mahasiswa Dept. Komunikasi Fisipol UKI
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: