Sabtu, 11 Desember 2010

Di Belakang Timnas Ada Riedl, Di Belakang Kedatangan Riedl di Indonesia Ada ?


Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagaian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.

Awal bulan Desember ini pecinta sepak bola kita di hibur dengan sebuah pesta hajatan sepak bola khusus Asia Tenggara yaitu Piala Suzuki AFF dimana delapan tim sepakbola di kawasan Asia Tenggara untuk membuktikan siapa yang layak sebagai Raja Sepakbola Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Timnas Garuda pun di luar prediksi banyak pecinta sepak bola Nasional memetik dua kemenangan besar yaitu 5-1 atas negara upin-ipin dan 6-0 atas Laos lewat permainan yang cantik dan menawan bahkan dua laga ini pun sempat menjadi topik pembicaraan dunia di situs jejaring sosial Twitter bahkan seorang kapten team sebesar Man. Utd, Rio Ferdinand pun berkomentar tentang timnas serta kemenangan dramatis atas Thailand yang mungkin saat ini sang pelatih Thailand tuan Robson sedang berkemas-kemas untuk meninggalkan areal kantor Federasi Sepakbola Thailand (baca: dipecat)

Apakah kita harus bangga ? mungkin banyak orang terutama pecinta sepak bola Indonesia bangga dengan penampilan timnas yang lebih dari biasanya, tetapi bagi penulis bangga boleh saja tetapi kita semua pecinta sepakbola Indonesia juga HARUS INGAT apa yang menjadi cita-cita para pecinta sepakbola khususnya para suporter Indonesia yang sebelum acara AFF ini selalu berteriak lantang dengan isi suara lantang “REVOLUSI PSSI” “TURUNKAN NURDIN” benar tidak ?!

Sebelum pesta hajatan AFF Suzuki Cup kita semua selalu berkoar-koar dengan lantang setiap timnas bertanding dengan kata-kata “ REVOLUSI PSSI”, “ TURUNKAN NURDIN “ bahkan seorang Hendri Mulyadi berani turun dari bangku penonton ke dalam lapangan sepakbola untuk membantu PSSI yang saat itu ketinggal 1-0 dari Oman karena kecewa dengan Timnas beserta pengurus PSSI, tetapi sekarang sepertinya suara-suara lantang itu TIDAK TERDENGAR lagi bahkan ketika semua media mencoba menanyakan kepada para penonton tentang pendapatnya soal penampilan Timnas rata-rata mengatakan “ GUE BANGGA AMA PERMAINAN TIMNAS “ tetapi penulis TIDAK PERNAH MENDENGAR sebuah kalimat daripada penonton ketika ditanya media soal Timnas dan berkata “ GUE BANGGA AMA PERMAINAN TIMNAS TAPI LEBIH BANGGA LAGI KALAU NH DAN PENGURUSNYA TURUN “ atau “ GUE BANGGA AMA PERMAINAN TIMNAS TAPI LEBIH BANGGA LAGI KALAU NH DAN PENGURUSNYA DI USIR DARI WILAYAH INDONESIA” benar tidak ?

Seharusnya kita bertanya sebagai penikmat sepakbola Indonesia melihat keadaan ini, ada apa ini ? kok bisa sepak bola kita maju pesat ? tetapi itulah sifat daripada orang Indonesia kebanyakan dimana ketika berprestasi selalu di puji setinggi langit bahkan meremehkan lawan, tetapi sekalinya terperosok cacian dan makiannya bisa membawa satu kebun binatang dikeluarkan benar tidak ? padahal kalau kita cermati ini sebenarnya menurut penulis salah satu politk pencitraan daripada sang ketua dan kroni-kroninya ..

Kita bisa lihat bagaimana impian-impian beliau terhadap sepak bola sampai detik ini sebelum Alfred Riedl ini masuk apakah sudah terealisasi ? tidak ! kita bisa lihat apakah Timnas kita yang sedang “ngelmu “ di Uruguay sudah memberikan prestasi terhadap negara ini dalam kompetisi internasional padahal sudah berumur dua tahun atau dua musim kompetisi ? TIDAK !! dan yang terakhir adalah naturalisasi, menurut penulis program naturalisasi ini bukan sebagai jawaban daripada kondisi mati surinya prestasi timnas tetapi justru bisa membinasakan atau menguburkan impian-impian daripada para pemain-pemain cilik yang ada di SSB. Padahal kita semua tahu bagaimana TIDAK BECUSnya para pengurus organisasi sepak bola kita dalam membina usia dini dengan berbagai alasan seperti tidak ada dana atau sponsor, tetapi ketika Timnas kita menang dan masuk ke semifinal AFF PSSI menggelontorkan BONUS sebesar Rp. 500 JUTA !! memang Rp. 500 Juta itu BUKAN UANG !! aneh bukan ?

Pernahkah anda penikmat sepakbola Indonesia berpikir, ketika tahun depan sang Ketum ini berakhir masa kepengurusannya dan mengadakan Munas sebersit keinginan dari Ketum ini untuk menduduki kembali kursi ketum PSSI dengan alasan beliau sukses (seandainya) membawa Indonesia menjuarai Piala AFF dan itu di setujui oleh Pengda, Klub yang bernaung di PSSI pernahkah anda berpikir dan membayangkan setelah melihat timnas kita sehebat sekarang ini ?

Soal naturalisasi penulis agak heran dengan media yang heboh, padahal yang di naturalisasi itu HANYA Christian Gonzales kenapa Irfan Bachim juga di bilang naturalisasi, BUKANKAH Irfan Bachim itu BAPAKnya adalah WARGA NEGARA INDONESIA? BUKANKAH Republik Indonesia menganut sistem dimana kewarganegaraannya didapat dari darah sang bapak !! ketika berbicara soal naturalisasi penulis agak sedikit ngakak terhadap komentar daripada rekan facebooker penulis yang bernama Adriano Sihite dimana penulis mengatakan setuju dengan pernyataan pelatih Timnas Malaysia yang menolak adanya naturalisasi kemudian bro Adriano Sihite ini mengatakan “ bro, Malaysia sebenarnya sudah melakukan naturalisasi liat saja pemain mereka yang mukanya muka Hindustan semua “ kenapa ngakak ? Malaysia dengan pemain berwajah Hindustan atau India itu karena mereka lahir dan besar di Malaysia sama seperti kasus Oziel Mezil, Sami Khadera, Lukas Podolski, Miroslav Klose di Timnas Jerman, mereka lahir, bersekolah hingga menjadi pemain sepak bola di Jerman..

Bagi penulis Naturalisasi itu hanya sebagai garam atau pupuk saja dan tidak boleh diteruskan secara terus menerus, yang harus dipikirkan sekarang adalah bagaimana PSSI dimasa mendatang meminta negara dalam hal ini Kementerian Olah raga, Kementerian Keuangan Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Dalam Negeri untuk membantu mereka dalam hal pendanaan, struktural seperti sarana lapangan olah raga yang memadai dan yang paling utama adalah pembentukan kompetisi usia dini dimulai dari usia 10tahun dengan kompetisi penuh serta permanent bukan karena ada sponsor maka kompetisi ini jalan kalau tidak ada ya sudah SDM-Selamatkan Diri Masing-masing dan seperti itulah yang menjadi penyakit daripada PSSI

Semoga semangat para pecinta sepakbola Indonesia dalam membawa agenda dan bendera “REVOLUSI PSSI “ dan “ TURUNKAN NURDIN “ ini TIDAK SURUT dan TERUS BERKOBAR walaupun permainan timnas kita sedang bagus-bagusnya !!!

Salam Olahraga

Pintu XI GBK Std, 081210 16:30
Rhesza
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: