Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagaian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.
Sepertinya rakyat Indonesia sedang disuguhkan tontonan yang membuat masalah yang ada di negara ini hilang sekejap, tontonan itu adalah Piala AFF 2010 dimana Indonesia diluar perkiraan rakyat Indonesia mampu mengalahkan team seperti Malaysia dan Laos dengan skor besar dan memberikan tiket pulang kepada Thailand, dan prestasi ini ada karena adanya peran daripada pemain asing berpaspor Indonesia yaitu Christian Gonzales dan seorang peranakan Indonesia-Belanda yang bernama Irfan Bachim.
Berkat kontribusi kedua pemain “asing” ini dan tentunya para pemain Indonesia yang terpilih oleh pelatih, Timnas PSSI sekarang bisa menembus final dan semoga bisa juara untuk pertama kalinya.
Christian Gonzales sebelum memegang pasport Indonesia adalah warga negara Uruguay, beliau masuk wilayah Indonesia adalah tahun 2003 ketika itu memperkuat PSM Makassar kemudian lanjut ke Persik Kediri kemudian ke Persib Bandung hingga saat ini, sedangkan Irfan Bachim muncul ketika adalah pemusatan latihan Timnas PSSI yang dipersiapkan untuk bertarung di Asian Games 2008 Doha dan kualifikasi Pra Piala Dunia walaupun akhirya tidak bisa bergabung karena cidera.
Kehadiran kedua pemain ini tidaklah tanpa sebab, alasan adanya naturalisasi dikarenakan (mungkin) stress daripada para pengurus PSSI ini untuk mendongkrak prestasi sepakbola Indonesia dan juga mewujudkan tuntutan daripada 250 juta jiwa rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulau Rote agar sepakbola kita berprestasi masak jumlah rakyat dan wilayah yang luas ternyata minim prestasi.
Awal adanya issue naturalisasi ini pun banyak yang pro dan kontra walaupun sekarang kita sudah bisa lihat bagaimana naturalisasi itu berjalan dimana saat ini Indonesia sudah masuk final dan kita tinggal menuggu apakah program naturalisasi itu sejalan dengan pemikiran daripada para pengurus PSSI dan rakyat Indonesia yaitu bisa menjuarai turnament Piala ASEAN- AFF Suzuki Cup 2010.
Tetapi pertanyaan sekarang adalah memang negara Republik Indonesia dengan ibukota Daerah Khusus Ibukota Jakarta KEKURANGAN pemain sepakbola sehingga sampai harus memberikan pasport dan nomor induk penduduk Indonesia kepada warga asing yang berprofessi pemain sepakbola ?
Kalau ditanya kepada penulis perlu atau tidaknya naturalisasi bagi timnas sepakbola PSSI maka penulis dengan tegas MENOLAK ide naturalisasi karena dengan adanya naturalisasi ini telah MEMBUNUH cita-cita daripada anak-anak Indonesia yang telah susah payah meyakinkan orangtua mereka kalau mereka pengen dan bisa menjadi pemain timnas PSSI seperti pada film Garuda Di Dadaku harus kandas karena ide ini.
Kenapa penulis menolak karena pertama, negara kita kan luas dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulo Rote masak tidak bisa menemukan 22 pemain yang dipersiapkan untuk membela PSSI dalam sebuah turnament, padahal PSSI sepanjang berdiri dan juga negara ini berdiri telah menjalankan liga yang diikuti lebih dari 100 klub mulai dari Indonesian Super League, Divisi Utama, Divisi Satu sampai Tiga sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh FIFA sebagai otoritas sepakbola tertinggi di dunia, kalau memang tidak bisa menemukan 22 pemain yang berkualitas untuk menjadi pemain timnas PSSI sampai harus memberikan dengan “cuma-cuma” pasport dan nomor induk penduduk Indonesia LEBIH BAIK BUBARKAN saja liga-liga itu !
Soal pemain, sebenarnya ada dua pemain Indonesia yang mungkin saat ini sudah hilang dari ingatan kita tetapi ketika penulis ulang kembali mungkin hilang ingatan itu kembali teringat bahkan lebih sukses daripada kepopuleran Irfan Bachim saat ini. Tahun 2006 ada bocah bernama Irvin Museng sempat membuat heboh dunia karena membawa klubnya Makassar Football School (MSF) menduduki PERINGKAT 4 kompetisi Piala Dunia mini ala Perusahaan Minuman asal Perancis setelah berhasil menggulung team Belanda (6-0), Kanada (3-0) dan Irlandia (6-0) dan dia pun menjadi TOP SKOR turnament tersebut dengan torehan 10 gol, karena prestasi ini membuat klub ternama dunia asal Belanda, Ajax Amsterdam BELA-BELAIN datang ke Makassar untuk meminta tanda tangan anak ini dan orang tuanya agar mau masuk Ajax Amsterdam Junior, dan berhasil dia menjadi SATU-SATUnya orang Asia dan Asia Tenggara yang BERHASIL masuk dalam team Ajax Amsterdam Junior tetapi sekarang kemana dia, kenapa dia TIDAK DIPANGGIL oleh pelatih Afred Riedl ? apa karena sekarang beliau bermain di klub divisi bawah BUKAN ISL ? kemudian, ada lagi yang bernama Rigan Agachi, anak Indonesia yang dengan uang sendiri sampai bela-belain menjual tanah dan rumah demi berlatih dan bermain di PSV Eindhoven-Belanda dan akhirnya terwujud, kenapa dia tidak dipanggil oleh Alfred Riedl ? apa karena sama dengan Museng bermain di tingkat divisi tiga Belanda TAKUT BIKIN MALU sama lawan masak pemain timnas Indonesia ada yang dari divisi bawah liga !
Kedua, PSSI TIDAK PERNAH belajar dari kesalahannya yaitu pembinaan usia muda, kita bisa lihat bagaimana banyak Timnas kita selalu punya hobi kalah dan kalah karena sering putusnya pembinaan muda bahkan tidak ada pembinaan usia muda seperti liga-liga U-10, U-14, U16, U-17, U-19, U-21 sampai senior, kalau ditanya kenapa tidak ada liga usia dini secara konsisten pihak organisasi selalu berdalih TIDAK ADA DANA, TIDAK ADA SPONSOR ?! gimana tidak ada dana dan tidak ada sponsor, wong aliran dana operasional dari PSSI aja tidak pernah diketahui oleh masyarakat Indonesia berapa uang yang masuk dan berapa uang yang keluar dari organisasi ini benar tidak ?!
Kita bisa lihat bagaimana prestasi team U-16 binaan Kementerian Pendidikan Nasional dan Pemerintahan Kabupaten Bangkalan-Madura yang lolos ke putaran final Piala Asia U-16 kemudian team ini diambil alih oleh PSSI hasilnya ? JURU KUNCI klasemen Piala Asia U-16 dan tragisnya kita JADI PECUNDANG dari team kemarin sore Timor Leste dengan skor 2-0 !
Seharusnya PSSI belajar dan studi banding ke kompetisi Basket di Indonesia kenapa ? kompetisi basket di Indonesia mulai jaman Kobatama hingga Indonesian Basketball League-IBL selalu disponsori oleh produsen rokok tetapi tahun 2008 kompetisi IBL harus berpisah dengan produsen rokok karena habis kontrak dan Kobatama di urus oleh Perbasi, lantas apakah berpisahnya dengan produsen rokok ini membuat kompetisi IBL berhenti total ? TIDAK bahkan mereka bisa MANDIRI selama setahun berkompetisi dan pada tahun 2010 ini IBL secara resmi berganti nama menjadi NBL-National Basketball League bergandeng dengan sebuah promotor olahraga dan juga musik, Deteksi Production..
Jujur penulis MALU melihat Timnas kita, masak Timnas masuk Final Piala AFF Suzuki 2010 lewat kepala dan kaki dari seorang BULE yang diberikan secara cuma-cuma oleh Kementerian Hukum dan HAM RI kewarganegaraan Indonesia padahal negara kita berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa dan sekarang tambah satu lagi BULE yang diberikan stempel “WNI” yaitu Kim Jeffrey Kurniawan walaupun kita TIDAK TAHU apakah mereka BISA HAPAL DAN MENGERTI ISI PANCASILA dan ISI PEMBUKAAN UUD1945.
Sudah saatnya PSSI lebih memperhatikan pemain-pemain cilik yang dari dulu bercita-cita untuk memakai seragam merah-putih seperti dalam film GARUDA DI DADAKU daripada memberikan cuma-cuma paspor dan nomor induk warga negara kepada BULE-BULE yang jelas-jelas kemampuannya sama bahkan dibawah kemampuan daripada pemain Indonesia, lebih baik pergunakan anak-anak Indonesia yang ada seperti para alumni-alumni U-19 yang berlatih di Uruguay kemarin atau kompetisi Piala Danoe, kompetisi yang dibuat oleh sebuah perusahaan energi asal Swedia, atau kompetisi AC Milan yang kemarin menang benar tidak ?!
Salam Revolusi dan Pengusiran serta Pencabutan Hak-hak sebagai WNI daripada NH, NB, ADT, NDB !!
GBK Std, 211210 09:00
Rhesza
Pendapat Pribadi
Sepertinya rakyat Indonesia sedang disuguhkan tontonan yang membuat masalah yang ada di negara ini hilang sekejap, tontonan itu adalah Piala AFF 2010 dimana Indonesia diluar perkiraan rakyat Indonesia mampu mengalahkan team seperti Malaysia dan Laos dengan skor besar dan memberikan tiket pulang kepada Thailand, dan prestasi ini ada karena adanya peran daripada pemain asing berpaspor Indonesia yaitu Christian Gonzales dan seorang peranakan Indonesia-Belanda yang bernama Irfan Bachim.
Berkat kontribusi kedua pemain “asing” ini dan tentunya para pemain Indonesia yang terpilih oleh pelatih, Timnas PSSI sekarang bisa menembus final dan semoga bisa juara untuk pertama kalinya.
Christian Gonzales sebelum memegang pasport Indonesia adalah warga negara Uruguay, beliau masuk wilayah Indonesia adalah tahun 2003 ketika itu memperkuat PSM Makassar kemudian lanjut ke Persik Kediri kemudian ke Persib Bandung hingga saat ini, sedangkan Irfan Bachim muncul ketika adalah pemusatan latihan Timnas PSSI yang dipersiapkan untuk bertarung di Asian Games 2008 Doha dan kualifikasi Pra Piala Dunia walaupun akhirya tidak bisa bergabung karena cidera.
Kehadiran kedua pemain ini tidaklah tanpa sebab, alasan adanya naturalisasi dikarenakan (mungkin) stress daripada para pengurus PSSI ini untuk mendongkrak prestasi sepakbola Indonesia dan juga mewujudkan tuntutan daripada 250 juta jiwa rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulau Rote agar sepakbola kita berprestasi masak jumlah rakyat dan wilayah yang luas ternyata minim prestasi.
Awal adanya issue naturalisasi ini pun banyak yang pro dan kontra walaupun sekarang kita sudah bisa lihat bagaimana naturalisasi itu berjalan dimana saat ini Indonesia sudah masuk final dan kita tinggal menuggu apakah program naturalisasi itu sejalan dengan pemikiran daripada para pengurus PSSI dan rakyat Indonesia yaitu bisa menjuarai turnament Piala ASEAN- AFF Suzuki Cup 2010.
Tetapi pertanyaan sekarang adalah memang negara Republik Indonesia dengan ibukota Daerah Khusus Ibukota Jakarta KEKURANGAN pemain sepakbola sehingga sampai harus memberikan pasport dan nomor induk penduduk Indonesia kepada warga asing yang berprofessi pemain sepakbola ?
Kalau ditanya kepada penulis perlu atau tidaknya naturalisasi bagi timnas sepakbola PSSI maka penulis dengan tegas MENOLAK ide naturalisasi karena dengan adanya naturalisasi ini telah MEMBUNUH cita-cita daripada anak-anak Indonesia yang telah susah payah meyakinkan orangtua mereka kalau mereka pengen dan bisa menjadi pemain timnas PSSI seperti pada film Garuda Di Dadaku harus kandas karena ide ini.
Kenapa penulis menolak karena pertama, negara kita kan luas dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulo Rote masak tidak bisa menemukan 22 pemain yang dipersiapkan untuk membela PSSI dalam sebuah turnament, padahal PSSI sepanjang berdiri dan juga negara ini berdiri telah menjalankan liga yang diikuti lebih dari 100 klub mulai dari Indonesian Super League, Divisi Utama, Divisi Satu sampai Tiga sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh FIFA sebagai otoritas sepakbola tertinggi di dunia, kalau memang tidak bisa menemukan 22 pemain yang berkualitas untuk menjadi pemain timnas PSSI sampai harus memberikan dengan “cuma-cuma” pasport dan nomor induk penduduk Indonesia LEBIH BAIK BUBARKAN saja liga-liga itu !
Soal pemain, sebenarnya ada dua pemain Indonesia yang mungkin saat ini sudah hilang dari ingatan kita tetapi ketika penulis ulang kembali mungkin hilang ingatan itu kembali teringat bahkan lebih sukses daripada kepopuleran Irfan Bachim saat ini. Tahun 2006 ada bocah bernama Irvin Museng sempat membuat heboh dunia karena membawa klubnya Makassar Football School (MSF) menduduki PERINGKAT 4 kompetisi Piala Dunia mini ala Perusahaan Minuman asal Perancis setelah berhasil menggulung team Belanda (6-0), Kanada (3-0) dan Irlandia (6-0) dan dia pun menjadi TOP SKOR turnament tersebut dengan torehan 10 gol, karena prestasi ini membuat klub ternama dunia asal Belanda, Ajax Amsterdam BELA-BELAIN datang ke Makassar untuk meminta tanda tangan anak ini dan orang tuanya agar mau masuk Ajax Amsterdam Junior, dan berhasil dia menjadi SATU-SATUnya orang Asia dan Asia Tenggara yang BERHASIL masuk dalam team Ajax Amsterdam Junior tetapi sekarang kemana dia, kenapa dia TIDAK DIPANGGIL oleh pelatih Afred Riedl ? apa karena sekarang beliau bermain di klub divisi bawah BUKAN ISL ? kemudian, ada lagi yang bernama Rigan Agachi, anak Indonesia yang dengan uang sendiri sampai bela-belain menjual tanah dan rumah demi berlatih dan bermain di PSV Eindhoven-Belanda dan akhirnya terwujud, kenapa dia tidak dipanggil oleh Alfred Riedl ? apa karena sama dengan Museng bermain di tingkat divisi tiga Belanda TAKUT BIKIN MALU sama lawan masak pemain timnas Indonesia ada yang dari divisi bawah liga !
Kedua, PSSI TIDAK PERNAH belajar dari kesalahannya yaitu pembinaan usia muda, kita bisa lihat bagaimana banyak Timnas kita selalu punya hobi kalah dan kalah karena sering putusnya pembinaan muda bahkan tidak ada pembinaan usia muda seperti liga-liga U-10, U-14, U16, U-17, U-19, U-21 sampai senior, kalau ditanya kenapa tidak ada liga usia dini secara konsisten pihak organisasi selalu berdalih TIDAK ADA DANA, TIDAK ADA SPONSOR ?! gimana tidak ada dana dan tidak ada sponsor, wong aliran dana operasional dari PSSI aja tidak pernah diketahui oleh masyarakat Indonesia berapa uang yang masuk dan berapa uang yang keluar dari organisasi ini benar tidak ?!
Kita bisa lihat bagaimana prestasi team U-16 binaan Kementerian Pendidikan Nasional dan Pemerintahan Kabupaten Bangkalan-Madura yang lolos ke putaran final Piala Asia U-16 kemudian team ini diambil alih oleh PSSI hasilnya ? JURU KUNCI klasemen Piala Asia U-16 dan tragisnya kita JADI PECUNDANG dari team kemarin sore Timor Leste dengan skor 2-0 !
Seharusnya PSSI belajar dan studi banding ke kompetisi Basket di Indonesia kenapa ? kompetisi basket di Indonesia mulai jaman Kobatama hingga Indonesian Basketball League-IBL selalu disponsori oleh produsen rokok tetapi tahun 2008 kompetisi IBL harus berpisah dengan produsen rokok karena habis kontrak dan Kobatama di urus oleh Perbasi, lantas apakah berpisahnya dengan produsen rokok ini membuat kompetisi IBL berhenti total ? TIDAK bahkan mereka bisa MANDIRI selama setahun berkompetisi dan pada tahun 2010 ini IBL secara resmi berganti nama menjadi NBL-National Basketball League bergandeng dengan sebuah promotor olahraga dan juga musik, Deteksi Production..
Jujur penulis MALU melihat Timnas kita, masak Timnas masuk Final Piala AFF Suzuki 2010 lewat kepala dan kaki dari seorang BULE yang diberikan secara cuma-cuma oleh Kementerian Hukum dan HAM RI kewarganegaraan Indonesia padahal negara kita berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa dan sekarang tambah satu lagi BULE yang diberikan stempel “WNI” yaitu Kim Jeffrey Kurniawan walaupun kita TIDAK TAHU apakah mereka BISA HAPAL DAN MENGERTI ISI PANCASILA dan ISI PEMBUKAAN UUD1945.
Sudah saatnya PSSI lebih memperhatikan pemain-pemain cilik yang dari dulu bercita-cita untuk memakai seragam merah-putih seperti dalam film GARUDA DI DADAKU daripada memberikan cuma-cuma paspor dan nomor induk warga negara kepada BULE-BULE yang jelas-jelas kemampuannya sama bahkan dibawah kemampuan daripada pemain Indonesia, lebih baik pergunakan anak-anak Indonesia yang ada seperti para alumni-alumni U-19 yang berlatih di Uruguay kemarin atau kompetisi Piala Danoe, kompetisi yang dibuat oleh sebuah perusahaan energi asal Swedia, atau kompetisi AC Milan yang kemarin menang benar tidak ?!
Salam Revolusi dan Pengusiran serta Pencabutan Hak-hak sebagai WNI daripada NH, NB, ADT, NDB !!
GBK Std, 211210 09:00
Rhesza
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar