Jumat, 04 Februari 2011

Dan Mall-lah Yang Jadi Pemenangnya



Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.

Kalau bicara tentang sepakbola Indonesia maka tidak akan ada habisnya dan selalu muncul isu-isu baru seperti sebelum Piala AFF bergulir, maka isu tentang penurunan Ketum PSSI tetapi begitu Piala AFF bergulir maka isu itu sendiri bergeser sedikit karena para pecinta sepakbola terbuai oleh “rayuan”dari PSSI lewat penampilan sempurna dari Timnas tetapi kesempurnaan dan “rayuan” itu kembali ke isu semula yaitu penurunan Ketum PSSI setelah timnas mendapatkan hadiah “ kemenangan TANPA Piala” dan isu itu sampai sekarang.

Tetapi dari isu besar itu sepertinya para pecinta sepakbola kita dan tentunya PSSI tidak menyadari akan hal-hal yang kecil yang sebenarnya hal-hal kecil inilah yang bisa membuat sejarah yaitu Lapangan, apakah PSSI dan kita semua pecinta sepakbola Indonesia tentang kabar yang kurang mengenakkan dari sebuah tempat di kawasan Mangga Besar dimana Mahkamah Agung-MA memutuskan lapangan bola milik UMS yaitu Lapangan bola Petak Singkian untuk di eksekusi melalui Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat. Peristiwa peng-eksekusian ini tidak di pantau oleh LSM yang bergerak di bidang olahraga atau pun pejabat negeri ini yang membidangi olah raga seperti jajaran Menpora atau KONI-KOI bahkan PSSI sekalipun acuh atau cuek terhadap eksekusi ini bahkan tidak ada pembelaan atau penolakan keras terhadap putusan ini, padahal lapangan ini sudah di gunakan SEBELUM Indonesia merdeka yaitu tahun 1935.

Lapangan UMS mungkin lapangan paling tertua di Indonesia dan dari lapangan ini sudah banyak pemain-pemain Indonesia meraih prestasi demi nama Indonesia, Garuda dan Merah Putih sebut saja Asisten Pelatih Timnas, Widodo C. Putro sebelum menjadi pemain top bahkan mendapatkan predikat GOL SEPANJANG ABAD 20 ketika Piala Asia di UEA tahun 2000 belajar, berlatih sepakbola di lapangan ini, kemudian ada 3 anggota Tim Olimpiade Legendaris Melbourne 1956 yang berhasil menahan tim kuat kala itu Uni Sovyet berasal dari lapangan ini sebut saja Tan Liong Houw, Kwee Kiat Sek dan Pwa Sian Liong bahkan pelatih legendaris negara ini yang juga seorang dokter gigi, Endang Witarsa pun menghabiskan sisa hidupnya di lapangan ini

Awal sengketa lapangan ini berdasarkan dari beberapa media yang penulis baca adalah dimana Petak Singkian ini didirikan pada tahun 1905 dan dipakai oleh Klub United Makes Strength-UMS sejak tahun 1935, sebenarnya pemilik dari lapangan ini sudah menjualnya ke pihak UMS sejak tahun 1954, tetapi karena beberapa teknis sehingga terjadi silang sengketa yang berakhir dengan penyitaan seperti yang tersaji oleh beberapa media.

Kejadian penyitaan lapangan UMS mengingatkan penulis pada tahun 2006 dimana ada stadion bersejarah yang harus menjadi korban daripada penguasa dan pengusaha negeri ini, siapa yang tidak kenal dengan Vios Veld sebuah lapangan yang berdiri tahun 1921 oleh dua arsitek asal Belanda, PAJ Moojen dan FJ Kubatz yang berlokasi di HOS Cokroaminoto-Menteng, Jakarta Pusat, lapangan yang lebih di kenal sebagai stadion menteng ini telah melahirkan beberapa pemain nasional sebut saja Anjas asmara, Iswadi Idris hingga pelatih Persija saat ini, Rahmad Dharmawan tetapi nasib lah yang merubah itu semua di mana pada tanggal Rabu 27 Juli 2 006 Pukul 07.30 stadion yang menjadi sejarah sepakbola negara ini terutama DKI Jakarta rata dengan tanah dan sekarang berubah menjadi sebuah taman dan kantor militer..

Tetapi itu lah negara ini ketika uang yang berasal dari kantong manusia-manusia yang ngaku orang Indonesia tetapi muka dan cara bicaranya bukan orang Indonesia berbicara maka sejarah atau suatu perabadan akan hilang dan para pejabat yang berkepentingan pun hanya diam dan senyum ketika di pertanyakan ketika aksi itu terjadi.

Kalau sudah seperti ini, masih kah kita meng-klaim kepada masyarakat sepakbola dunia bahwa negara kita negara pecinta sepakbola atau negara gila bola sementara di negara kita sendiri yang namanya lapangan sepakbola saja yang layak kita tidak punya dan yang kita punya jajaran bangunan mewah dengan lampu kerlap-kerlip dengan kaca bening yang memuat barang-barang seperti tas, baju merek Channel, Louis Vitton benar tidak ?!

Jangan banyak bicara “ Ini Kandang Kita” atau nyanyi “ Garuda di Dadaku” atau “ Turunkan Nurdin Halid” atau “ W cinta Timnas dan ISL tapi tidak dengan PSSI “ kalau lapangan sepakbola saja kita harus MENGALAH dengan yang namanya Mall, KONDOM-unium ATAU kita BARU TERSENTUH dan SADAR ketika SATU-SATUnya stadion kebanggaan negara ini Gelora Bung Karno-Senayan mengikuti apa yang terjadi di Menteng dan Petak Singkian ?!

JAS MERAH- JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH !!

Taman Galaxy, 220111 15:30
Rhesza
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: