Jumat, 04 Februari 2011

Percaya lah Apa Yang di Katakan Gayus


Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagaian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.

Apa yang di harapkan oleh masyarakat luas di Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulau Rote dalam menantikan keadilan hukuman terhadap kasus korupsi Gayus Tambunan pupus sudah karena majelis hakim HANYA mengganjarkan hukuman 7 tahun penjara dan denda sebesar Rp. 300 juta subsider 3 bulan penjara.

Banyak orang di negara ini protes tentang hukuman yang diberikan kepada Gayus karena terlalu kecil jika melihat ulahnya yang sempat heboh dimana bisa pergi ke Makau, Malaysia bahkan nonton turnamen tenis di Bali dari dalam ruangan hotel prodeo Brigade Mobil- Brimob Kelapa Dua-Depok tetapi ada juga yang yakin bahwa Gayus ini hanya seujung kuku daripada kegiatan korupsinya.

Kalau penulis di tanya soal hukuman ini penulis melihat ibarat dua sisi mata uang dimana satu sisi kita masih melihat bahwa antara rakyat jelata yang melakukan kejahatan yang sebenarnya sepele misalnya kasus nenek Minah yang tertangkap mengambil bibit kakao yang nilainya hanya sekitar Rp. 2,000 harus berurusan dengan kepolisian bahkan sempat di penjara sedangkan Gayus yang jelas-jelas memakan uang yang seharusnya untuk memperbaiki negara ini misalnya kebutuhan jalan HANYA di ganjar 7 tahun penjara, tetapi di satu sisi dengan ganjaran rendah ini setidaknya menjadi pelajaran bagi para penyidik untuk membongkar kasus ini

Tetapi dari kasus ini ada yang menarik dimana ketika setelah pembacaan vonis dan Gayus beserta para pengacara memberikan kesempatan kepada kawan-kawan jurnalis untuk bertanya, tetapi sebelum bertanya, Gayus terlebih dahulu memberikan pernyataannya ketika pernyataan beliau maka semua rakyat terhenyak dan kaget termasuk penulis, dimana ada beberapa point yang mengatakan bahwa Gayus merasa di pojokkan dan merasa tidak adil oleh kelompok yang menamakan Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum ?

Dari keterangan spontan Gayus ini setelah pembacaan vonis banyak pihak yang berasumsi kalau pernyataan itu ada benarnya serta ada juga yang mengatakan apa yang di katakan Gayus dalam hal bahasa dan redaksional kata-katanya bukan dari Gayus, tetapi penulis yakin dengan apa yang di katakan oleh Gayus ada kebenarannya kenapa ?

Pertama, dari awal kasus ini pun penulis sudah curiga dimana ketika seorang Susno, sang peniup peluit ini mengatakan bahwa ada seorang karyawan Dirjen Pajak yang memiliki tabungan hampir menembus Rp. 100 juta lebih padahal dari golongan kerjanya tidak mungkin yang ternyata sudah berada di Singapura, BAGAIMANA BISA dua manusia yang tergabung dalam Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum ( Satgas ) mengetahui kalau Gayus ini berada di Singapura TANPA TAHU bagaimana wujud muka dari Gayus ? apa mungkin mereka (baca : Satgas) ke Singapura tanpa ada persiapan kemudian dengan penjelasan mereka kalau mereka ketemu dengan Gayus di areal publik secara TIDAK SENGAJA, benar tidak ? lalu BAGAIMANA BISA Satgas memiliki nomor kontak termasuk PIN BB dari Gayus setelah info dari Susno ini di beberkan ke masyarakat luas?

Kemudian BAGAIMANA BISA jajaran kepolisian SUDAH BERADA di Singapura untuk menjemput Gayus padahal sang peniup hanya memberikan keterangan kalau ada karyawan Pajak yang memiliki tabungan lebih dari Rp. 100 juta TANPA memberitahukan keberadaan Gayus, kalau memang jajaran ini BISA MEMBACA keberadaan Gayus di Singapura, apakah info ini dari jajaran Intelkam Mabes Polri dan BIN, KALAU memang keberadaan Gayus ini berasal dari data jajaran Intelkam dan BIN MESTI-nya kasus-kasus besar seperti terorisme seperti yang lalu sudah bisa di tangkap donk tanpa harus dua hotel terkemuka meledak benar tidak ?

Tetapi yang membuat penulis agak curiga dan aneh adalah, Gayus berada di Singapura dalam keadaan pasport terblokir atas nama negara, BAGAIMANA BISA Polri dan Satgas BERHASIL mengeluarkan Gayus dari wilayah Singapura dan negara di dunia yang sangat jelas sekali tidak mudah mengeluarkan manusia dari wilayahnya ketika TIDAK MEMILIKI pasport walaupun ada surat laksana pasport yang di keluarkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura pasti administrasinya terutama di bagian Imigrasi Bandara akan terkendala tetapi nyatanya ? ini harus menjadi pertanyaan bagi kita semua, kalau memang seorang Gayus BISA KELUAR dari Singapura dengan mudah , KENAPA Satgas dan jajaran Bareskrim Mabes Polri TIDAK MELAKUKAN hal yang sama seperti Gayus kepada para pengusaha Indonesia yang bermasalah seperti Sjamsul Nursalim atau Anggoro dan koruptor-koruptor yang ADA di Singapura !

Sebenarnya dari awal penulis tidak selera dengan keberadaan daripada Satgas ini, dari cara kerjanya pun penulis agak heran, dimana mengatakan bahwa Satgas ini hanya berfungsi dalam hal memberikan input data tetapi tidak bisa menindak kalau begini ceritanya LEBIH BAIK di bubarkan saja satgas daripada tumpang tindih dan tidak ada kejelasan secara fakta daripada kasus-kasus yang ditangani oleh Satgas benar tidak ? seperti kasus kamar mewah dari Artalita di Rutan Pondok Bambu yang di temukan oleh Satgas, APAKAH kasus kamar mewah ini BERHASIL di tuntaskan oleh Kejaksaan dan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia dalam hal Direktorat Jenderal Permasyarakatan misalnya, PENAMBAHAN hukuman bagi artalita dan memecat jajaran staff Rutan Pondok Bambu ? TERNYATA TIDAK bahkan Artalita sekarang di pindahkan ke LP Tangerang dan kelakuannya pun TIDAK JAUH BEDA ketika di Pondok Bambu dan Staff Rutan hanya di tegur, aneh bukan ?!

Terlepas dari benar atau tidaknya ucapan Gayus setelah pembacaan vonis kemarin itu kiranya ini sebagai cambuk demi tegaknya hukum dan keadilan di negara ini, kalau memang bersalah dan tidak mampu menangani kasus ini kira berjiwa besar lah mengakuinya daripada di tutup-tutupi dengan berbagai alasan walau akhirnya akan ketahuan juga, Ingat.. Gayus adalah representasi dari rakyat kecil yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsu ketika perut berbicara dan pemegang uang lah ( baca : perusahaan dan pengusaha ) yang PUNYA KUNCI itu semua.

Apakah ucapan Gayus ini akan menjadi kenyataan ? kita lihat saja ke depan

Taman Menteng, 210111 08:20
Rhesza
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: