Jumat, 04 Februari 2011

Malang Nian Nasibmu Soeratin Sosrosoegondo


Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.

Sebuah acara yang di kelola oleh PSSI yang berlangsung di sebuah resort di Bali telah berakhir dengan beberapa keganjilan tetapi bukan PSSI namanya kalau setiap kegiatan selalu berakhir keganjilan dan banyak pertanyaan.

Tetapi itulah PSSI, setiap sudut kota di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulo Rote membicarakan apa yang telah diperbuat PSSI dalam hal ini ketum-nya Nurdin Halid dalam prestasi sepakbola Indonesia, banyak yang mengatakan bahwa saatnya Ketum PSSI ini untuk mundur karena tidak bisa memberikan rakyat Indonesia gelar juara padahal sudah dua periode memimpin.

Penulis tidak akan mencampuri persoalan PSSI termasuk aksi-aksi kawan suporter dimana selalu meneriakkan turun NH setiap laga pertandingan atau adanya PSSI akan seperti Sinterklas dimana akan membagi-bagikan uang Rp. 2 Milyar kepada setiap klub ASALkan pada bulan Maret nanti di Pulau Bintan memilih formasi pengurus PSSI yang saat ini untuk bekerja kembali pada periode 2011-2015, tetapi ada yang lebih penting daripada itu yaitu bahwa kita sendiri lupa akan sejarah PSSI ini terutama founding father daripada organisasi ini.

Adakah kita terutama kawan-kawan suporter Indonesia yang selalu meneriakkan turunkan NH kenal dengan Soeratin Sosrosoegondo ? Soeratin Sosrosoegondo adalah warga negara Indonesia, lahir di Yogyakarta pada tanggal 17 Desember 1898 beliau berasal dari kalangan terpelajar, ayahnya adalah R. Soesrosoegondo, seorang guru pada Kweekscholl dan juga penulis buku Bausastra Bahasa Jawi sedangkan Ibunya Soeratin, R.A. Srie Woelan adalah adik kandung dari Dr. Soetomo pendiri Budi Utomo. Beliau menamatkan sekolahnya di Koningen Wilhelmina School di Jakarta, kemudian Soeratin belajar di Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg dekat Hamburg, Jerman pada tahun 1920 dan lulus dengan gelar insinyur sipil pada tahun 1927.

Sekembalinya dari Eropa pada tahun 1928, ia bergabung dengan sebuah perusahaan konstruksi terkemuka milik Belanda dan membangun antara lain jembatan serta gedung di Tegal dan Bandung. Pada tahun 1930 inilah realisasi konkret dari peristiwa Sumpah Pemuda 1928 nasionalisme itu coba dikembangkan melalui ajang olah raga, khususnya sepak bola seperti halnya Om-nya, Dr. Soetomo yang berkeliling Pulau Jawa untuk menemui banyak tokoh dalam rangka menekankan pentingnya pendidikan dan kemudian berlanjut dengan pendirian Budi Utomo beliau pun banyak melakukan pertemuan dengan tokoh sepakbola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta dan Bandung, pertemuan ini sendiri di lakukan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari sergapan dari Intel Belanda.

Pada tanggal 19 April 1930 beberapa tokoh dari berbagai kota berkumpul di Yogyakarta untuk mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama PSSI ( Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia) dimana istilah “Sepakraga” diganti dengan “Sepakbola” dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1950 dan selama 11 tahun berturut-turut Soeratin menduduki Ketua Umum, akibat dari keberadaan dan mengurusi PSSI, Soeratin keluar dari perusahaan Belanda dan mendirikan usaha sendiri. Setelah Jepang menduduki Indonesia dan perang kemerdekaan terjadi, kehidupan daripada Soeratin menjadi sangat sulit dimana rumahna diobrak-abrik oleh Belanda, ia kemudian aktif dalam Tentara Keamanan Negara dengan pangkat Letnan Kolonel. Beliau meninggal dunia dalam kesulitan ekonomi pada 1 Desember 1959.

Itulah sekilas tentang bapak bangsa pendiri PSSI, dan lebih tragisnya adalah di saat kita menyuarakan “turunkan NH’ atau “ Katakan TIDAK untuk seorang napi mimpin PSSI” dan masih banyak lagi atau PSSI dengan arogannya mengatakan bahwa Liga Primer Indonesia adalah ilegal, kita TIDAK SADAR baik otak dan nurani kalau makam beliau yang berada di TPU Sirnaraga Blok A, Jalan Pajajaran, Bandung kondisinya memprihatinkan bahkan pagar-pagarnya pun yang melindungi makam ini sudah terlihat karatan dan keropos.

Seperti inikah yang di namakan cinta sepakbola, cinta hanya pada pemain, permainan dengan mimpi-mimpi besar TEMBUS Piala Dunia, tetapi di sisi lain kita TIDAK PERNAH memperhatikan sedikit pun seorang manusia yang telah berjuang setengah mati menghindari dari serbuan intel dan tentara Belanda demi harga diri bangsa ini terutama sepakbola bahkan matinya pun dalam keadaan ekonomi sulit, inikah cara kita menghormati pendiri PSSI dengan membiarkan makamnya terbengkalai dan baru di kunjungi ketika PSSI berulang tahun, atau beliau ulang tahun atau ketika media mengangkatnya begitu ? bahkan PSSI pun sudah tiga tahun terakhir TIDAK LAGI memperhatikan makam ini baik dalam kunjungan atau biaya perawatan !!

Mungkin di alam baka sana pun Soeratin akan menangis dan marah sekeras-kerasnya karena apa yang ia cita-citakan kini musnah dengan arogansi daripada seorang NH yang tidak mau turun tahta, begitu juga kita sebagai suporter hanya memetingkan nasionalisme yaitu sepakbola bisa maju TETAPI di internal sendiri atau hubungan dengan sesama suporter TIDAK BISA di jaga terutama kalangan akar rumput..

Maafkan kami bung Soeratin yang tidak bisa mewujudkan cita-citamu ketika engkau mendirikan PSSI ini…maafkan kami…

JAS MERAH-JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH !!!

Taman Menteng, 250111 14:50
Rhesza
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: