Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagaian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.
Apa yang di keluarkan oleh para tokoh lintas agama beberapa waktu lalu tentang 18 kebohongan yang di lakukan oleh pemerintah mendapat jawaban dari pemerintah dan jajarannya bahkan Senin (17/1) kemarin pihak Istana mengundang para tokoh lintas agama ini untuk berdialog dengan pemerintah.
Tetapi dari undangan ini penulis melihat ada yang ganjil dan kurang enak di pandang dari pertemuan ini kenapa ? bukan maksud beranggapan negatif tetapi memang ada beberapa hal yang penulis lihat agak ganjil yaitu pertama, kalau memang Istana dalam hal Presiden Republik Indonesia yang mengundang para tokoh lintas agama ini untuk berdialog dengan beliau kenapa HARUS ADA (maaf) HULU BALANG beliau dalam hal ini jajaran menteri kabinet Indonesia Bersatu, staff khusus Presiden dan tamu-tamu ? padahal inti dari 9 kebohongan lama dan 9 kebohongan baru pemerintahan ini TERTUJU kepada sang pemimpin, kenapa sang pemimpin ini sendiri lah dengan ksatria yang bertemu dengan tokoh-tokoh secara pribadi supaya pesan yang terkandung dari pertemuan para tokoh lintas agama ini bisa kena dan membuat sang pemimpin ini sadar dan malu tetapi nyata-nya ? penulis hanya berpikiran Presiden mengundang banyak orang supaya mereka bisa mendengarkan tetapi apakah itu nanti ke depannya apa yang di buat oleh para tokoh lintas agama ini akan di jalankan ? BELUM TENTU !!!
Kedua, terkait dengan nomor pertama di atas dalam hal kehadiran di atas adalah, pada saat pertemuan lintas tokoh agama tanggal 10 kemarin yang hadir adalah Buya Ahmad Syafii Maarif ( mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ), Andreas Yewangoe ( Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia-PGI), Din Syamsuddin (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia-MUI), Mgr Martinus D Situmorang ( Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia-KWI), Biksu Sri Mahathera Pannyavaro (Mahanayakka Budha Mahasangha Theravada Indonesia), KH Salahuddin Wahid ( Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng dan tokoh nasional asal Nahdlatul Ulama-NU), serta I Nyoman Udayana Sangging ( Parisada Hindu Dharma Indonesia-PHDI) KENAPA tokoh lintas agama yang datang ke Istana cuma segelintir saja dan di ganti oleh orang-orang yang ketika pertemuan tanggal 10 tidak hadir malah hadir seperti HARTATI MURDAYA ? kalau memang pemerintah ingin berdialog dengan tokoh-tokoh lintas agama ini KENAPA Gus Solah TIDAK MENDAPAT UNDANGAN ?! apa karena beliau kerabat Gus Dur sehingga orang-orang yang dekat dengan Gus Dur di kesampingkan oleh beliau ?
Ketiga, pertemuan ini KENAPA HARUS TERTUTUP ? padahal kita semua tahu para tokoh lintas agama ini mengeluarkan pernyataan bohong itu secara TERBUKA, TRANSPARAN, DILIPUT, DISIARKAN, DI TONTON oleh ratusan juta jiwa rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulau Rote, apakah Presiden kita TAKUT pembicaraan beliau kepada para tokoh lintas agama ini KETAHUAN oleh rakyat dan membuat Presiden MALU bak tidak menggunakan pakaian, atau ada PESAN-PESAN atau ORDER MANIS tertentu dari pemerintah kepada para tokoh ini supaya seperti kayak jaman dinasti kakek tua asal Jalan Cendana dimana MULUT terus di BUNGKAM ketika MENYUARAKAN ketidak adilan di negara ini ?!
Keempat, bukankah yang namanya pertemuan itu bersifat akrab, semi formal tetapi kenapa pertemuan kemarin ini penuh dengan kekakuan dan formal penuh protokoler kita bisa lihat bagaimana para tokoh lintas agama ini HARUS menunggu sang pemimpin ini untuk masuk ke dalam ruangan dan ketika Presiden memasuki ruangan semua hadirin berdiri kemudian duduk kembali setelah Presiden mempersilakan duduk, apakah ini disebut pertemuan ? kalau seperti ini penulis berpikir bahwa Presiden kita dan jajarannya TIDAK TERIMA apa yang di ucapkan oleh para tokoh lintas agama ini, kalau memang faktanya berbicara seperti itu KIRANYA Presiden legowo dan coba lah menerima para tokoh ini layaknya pertemuan antara kepala desa dengan warga dimana sang kepala desa lah yang mendatangi para warga BUKAN warga yang mendatangi kepala desa dan inilah yang HARUS di TIRU oleh Presiden BUKAN seperti pertemuan tanggal 17 kemarin yang penuh dengan arogansi, protokoler resmi !
Kelima, pada waktu berbicara di podium Garuda kebanggaannya yang di liput oleh kawan-kawan jurnalis dimana sang Presiden menggunakan beberapa lembar kertas sebagai teks dari pidatonya, penulis berpikir bahwa pertemuan ini memang sudah DI SETTING kenapa ? kalau memang itu pertemuan berdasarkan isi sms ajakan pertemuan misalnya sms di kirim pagi dan dibalas pada siang hari SEHARUSNYA ketika berbicara di depan wartawan sang Presiden berbicara secara SPONTAN TANPA TEKS, tetapi kenapa ini beliau memegang teks ? aneh bukan ! dan juga bahasa muka dari beliau ketika berbicara menunjukkan bahasa muka MUNAFIK dan JAIM !!
Bagi penulis apa yang di lakukan oleh Presiden kemarin itu TIDAK LEBIH dari sebuah pertunjukan seni murahan dan MASIH LEBIH BAGUS tayangan Opera Van Java yang sekarang lagi di bicarakan oleh Panwaslu Tangsel, penulis juga kecewa dengan penggagas dari pertemuan istana ini yaitu Din Syamsuddin yang menurut penulis tokoh MUNAFIK dan sama MUNAFIKnya dengan sang Presiden dimana beliau mengatakan dalam sebuah wawancara di sebuah media televisi bahwa beliau menginginkan pembicaraan yang terbuka dan bisa di saksikan oleh rakyat Indonesia, dan kalau hanya cuma sekedar petunjuk atau arahan seperti hobby Presiden ketika memimpin rapat kabinet LEBIH BAIK TIDAK USAH, tetapi nyatanya ? beliau sendiri DIAM dan duduk manis tanpa ada berontak misalnya menginteruspsi atau keluar ruangan !!!
Jadi apakah isi 18 kebohongan itu akan di jawab Pemerintah Republik Indonesia dengan fakta dan prestasi di lapangan bersamaan dengan 7 kebulatan tekad yang kemarin di suarakan di kantor Maarif Institute atau tetap berbohong bahkan bertambah panjang daftar kebohongan pemerintah di negara ini ? kita lihat saja nanti !!!
Tebet, 180111 16:00
Rhesza
Pendapat Pribadi
Apa yang di keluarkan oleh para tokoh lintas agama beberapa waktu lalu tentang 18 kebohongan yang di lakukan oleh pemerintah mendapat jawaban dari pemerintah dan jajarannya bahkan Senin (17/1) kemarin pihak Istana mengundang para tokoh lintas agama ini untuk berdialog dengan pemerintah.
Tetapi dari undangan ini penulis melihat ada yang ganjil dan kurang enak di pandang dari pertemuan ini kenapa ? bukan maksud beranggapan negatif tetapi memang ada beberapa hal yang penulis lihat agak ganjil yaitu pertama, kalau memang Istana dalam hal Presiden Republik Indonesia yang mengundang para tokoh lintas agama ini untuk berdialog dengan beliau kenapa HARUS ADA (maaf) HULU BALANG beliau dalam hal ini jajaran menteri kabinet Indonesia Bersatu, staff khusus Presiden dan tamu-tamu ? padahal inti dari 9 kebohongan lama dan 9 kebohongan baru pemerintahan ini TERTUJU kepada sang pemimpin, kenapa sang pemimpin ini sendiri lah dengan ksatria yang bertemu dengan tokoh-tokoh secara pribadi supaya pesan yang terkandung dari pertemuan para tokoh lintas agama ini bisa kena dan membuat sang pemimpin ini sadar dan malu tetapi nyata-nya ? penulis hanya berpikiran Presiden mengundang banyak orang supaya mereka bisa mendengarkan tetapi apakah itu nanti ke depannya apa yang di buat oleh para tokoh lintas agama ini akan di jalankan ? BELUM TENTU !!!
Kedua, terkait dengan nomor pertama di atas dalam hal kehadiran di atas adalah, pada saat pertemuan lintas tokoh agama tanggal 10 kemarin yang hadir adalah Buya Ahmad Syafii Maarif ( mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ), Andreas Yewangoe ( Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia-PGI), Din Syamsuddin (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia-MUI), Mgr Martinus D Situmorang ( Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia-KWI), Biksu Sri Mahathera Pannyavaro (Mahanayakka Budha Mahasangha Theravada Indonesia), KH Salahuddin Wahid ( Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng dan tokoh nasional asal Nahdlatul Ulama-NU), serta I Nyoman Udayana Sangging ( Parisada Hindu Dharma Indonesia-PHDI) KENAPA tokoh lintas agama yang datang ke Istana cuma segelintir saja dan di ganti oleh orang-orang yang ketika pertemuan tanggal 10 tidak hadir malah hadir seperti HARTATI MURDAYA ? kalau memang pemerintah ingin berdialog dengan tokoh-tokoh lintas agama ini KENAPA Gus Solah TIDAK MENDAPAT UNDANGAN ?! apa karena beliau kerabat Gus Dur sehingga orang-orang yang dekat dengan Gus Dur di kesampingkan oleh beliau ?
Ketiga, pertemuan ini KENAPA HARUS TERTUTUP ? padahal kita semua tahu para tokoh lintas agama ini mengeluarkan pernyataan bohong itu secara TERBUKA, TRANSPARAN, DILIPUT, DISIARKAN, DI TONTON oleh ratusan juta jiwa rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulau Rote, apakah Presiden kita TAKUT pembicaraan beliau kepada para tokoh lintas agama ini KETAHUAN oleh rakyat dan membuat Presiden MALU bak tidak menggunakan pakaian, atau ada PESAN-PESAN atau ORDER MANIS tertentu dari pemerintah kepada para tokoh ini supaya seperti kayak jaman dinasti kakek tua asal Jalan Cendana dimana MULUT terus di BUNGKAM ketika MENYUARAKAN ketidak adilan di negara ini ?!
Keempat, bukankah yang namanya pertemuan itu bersifat akrab, semi formal tetapi kenapa pertemuan kemarin ini penuh dengan kekakuan dan formal penuh protokoler kita bisa lihat bagaimana para tokoh lintas agama ini HARUS menunggu sang pemimpin ini untuk masuk ke dalam ruangan dan ketika Presiden memasuki ruangan semua hadirin berdiri kemudian duduk kembali setelah Presiden mempersilakan duduk, apakah ini disebut pertemuan ? kalau seperti ini penulis berpikir bahwa Presiden kita dan jajarannya TIDAK TERIMA apa yang di ucapkan oleh para tokoh lintas agama ini, kalau memang faktanya berbicara seperti itu KIRANYA Presiden legowo dan coba lah menerima para tokoh ini layaknya pertemuan antara kepala desa dengan warga dimana sang kepala desa lah yang mendatangi para warga BUKAN warga yang mendatangi kepala desa dan inilah yang HARUS di TIRU oleh Presiden BUKAN seperti pertemuan tanggal 17 kemarin yang penuh dengan arogansi, protokoler resmi !
Kelima, pada waktu berbicara di podium Garuda kebanggaannya yang di liput oleh kawan-kawan jurnalis dimana sang Presiden menggunakan beberapa lembar kertas sebagai teks dari pidatonya, penulis berpikir bahwa pertemuan ini memang sudah DI SETTING kenapa ? kalau memang itu pertemuan berdasarkan isi sms ajakan pertemuan misalnya sms di kirim pagi dan dibalas pada siang hari SEHARUSNYA ketika berbicara di depan wartawan sang Presiden berbicara secara SPONTAN TANPA TEKS, tetapi kenapa ini beliau memegang teks ? aneh bukan ! dan juga bahasa muka dari beliau ketika berbicara menunjukkan bahasa muka MUNAFIK dan JAIM !!
Bagi penulis apa yang di lakukan oleh Presiden kemarin itu TIDAK LEBIH dari sebuah pertunjukan seni murahan dan MASIH LEBIH BAGUS tayangan Opera Van Java yang sekarang lagi di bicarakan oleh Panwaslu Tangsel, penulis juga kecewa dengan penggagas dari pertemuan istana ini yaitu Din Syamsuddin yang menurut penulis tokoh MUNAFIK dan sama MUNAFIKnya dengan sang Presiden dimana beliau mengatakan dalam sebuah wawancara di sebuah media televisi bahwa beliau menginginkan pembicaraan yang terbuka dan bisa di saksikan oleh rakyat Indonesia, dan kalau hanya cuma sekedar petunjuk atau arahan seperti hobby Presiden ketika memimpin rapat kabinet LEBIH BAIK TIDAK USAH, tetapi nyatanya ? beliau sendiri DIAM dan duduk manis tanpa ada berontak misalnya menginteruspsi atau keluar ruangan !!!
Jadi apakah isi 18 kebohongan itu akan di jawab Pemerintah Republik Indonesia dengan fakta dan prestasi di lapangan bersamaan dengan 7 kebulatan tekad yang kemarin di suarakan di kantor Maarif Institute atau tetap berbohong bahkan bertambah panjang daftar kebohongan pemerintah di negara ini ? kita lihat saja nanti !!!
Tebet, 180111 16:00
Rhesza
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar