Kamis, 07 Oktober 2010

Antara AIDS dan Tifatul


Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf

Setiap Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Yang Mulia Tuan Tiffatul Sembiring melakukan kegiatan “kicauan” (baca: Tweet) di twitternya pasti selalu mengundang kehebohan termasuk yang satu ini.

Kehebohan itu ketika sang menteri ini berkicau tentang HIV/ AIDS dimana ada beberapa yang menurut para twitter’s agak janggal dan sepertinya mencoba menggurui semua masyarakat karena merasa dia paling benar.

Ada beberapa point tweet yang menurut penulis dan (mungkin) janggal seperti kicauan beliau nomor dua dimana beliau mengatakan dengan mengutip dari sebuah harian ibukota dimana "Penyebab HIV/AIDS dr Kaum Gay Meningkat Tajam". Kata dokter: perilaku seks yg menyimpang adalah sbg penular virus tsb benar kah demikian ? kalau seperti ini dsara-dasar HIV/AIDS itu datang berarti DANGKAL sekali pemahaman seorang Menteri tentang HIV/AIDS padahal semua orang tahu bahwa penyebab penularan HIV/AIDS itu sendiri bukan Cuma hanya lewat kaum gay tetapi juga lewat penggunaan jarum suntik yang berlebihan oleh pengguna narkoba, selain itu juga salah satu dari pasangannya terinfeksi HIV/AIDS.

Kemudian satu hal yang menggelitik penulis dan (mungkin) semua orang adalah ketika tuidnya mengatakan bahwa kepanjangan AIDS itu adalah Akibat Itunya Dipakai Sembarangan, maksudnya apa coba ? dari semua soal tuider itu penulis hanya bisa berkata KOK BISA MANUSIA SEPERTI INI DIPILIH MENJADI MENTERI ?!

Kasus GA BANGET yang di lakukan oleh seorang Tifatul ini bukan yang pertama kalinya ia lakukan selama beliau menjabat sebagai menteri, mungkin kita semua tahu ketika awal-awal menjadi menteri dimana beliau langsung mengeluarkan perangkat hokum yang bernama Rancangan Peraturan Menteri atau kita kenal dengan RPM Konten dimana semua perangkat elekteronik seperti jaringan social pertemanan, blog dan lainnya akan di awasi oleh pemerintah jika di dalamnya terkait dengan pornografi dan penghasutan karena kalau tidak salah perangkat UU ini keluar ketika sedang marak aksi teroris, akhirnya kasus perangkat UU ini tidak terdengar lagi karena adanya gelombang “Tsunami” lewat jejaring social twitter yang dilontarkan masyarakat penikmat dunia maya, kemudian ada lagi kehebohan dimana ketika marak kasus video selangkangan artes sang menteri ini dengan berapi-api mengatakan akan mengawasi peredaran lalu lintas dunia maya bahkan dengan lantang akan menutup semua situs-situs atau apapun yang berkaitan dengan pornografi di internet dalam waktu dua bulan yaitu sebelum akhir Agustus atau sebelum hari pertama bulan puasa tetapi faktanya sampai satu minggu bulan puasa masih saja situs-situs pornografi baik itu web site atau blog yang terakses bebas, kemudian masih terkait dengan kasus video ini dimana sang menteri mencoba mengkaitkan dengan perumpamaan dalam agama..

Selain soal twitt-twittnya ada lagi kebiasaan beliau yang selalu memblokir orang-orang yang tidak berkenan dengan “omongan” beliau di jejaring social, setidaknya menurut penulis sudah ada dua orang yang di blok atau di coret dalam kumpulan tuidernya seperti Fadjroel Rahman dan sutradar Laskar Pemimpi, Monty Tiwa karena mereka mengkritik terhadap tuidernya sangat kontras sekali dimana negara kita sudah reformasi tetapi kok masih saja ada orang yang bermental menurut penulis seperti kumpulan pejabat-pejabat orde baru asuhan kakek cendana yang selalu benar dan tidak bisa di kritik apalagi dengan jantan mengeluarkan kata maaf dan sifat inilah yang mungkin ada dalam benak sang Menteri.

Kalau memang isu pergantian menteri dan rakyat boleh di suruh siapa yang harus di lengserkan maka penulis akan merekomendasikan menteri ini sebagai urutan pertama yang harus diganti oleh Presiden karena kredibilitasnya tidak sesuai dengan apa yang dibebankan ibarat halusnya ya seperti pejabat ABS gaji buta alias Asal Bapak Senang bergaji buta karena bingung apa yang harus di kerjakan walaupun sebenarnya latar belakang pendidikannya tidak jauh berbeda dengan pekerjaannya sekarang tetapi tetap bagi penulis beliau tidak berkualitas karena factor politis jadinya mau tidak mau harus di pilih benar tidak ?!

Apakah pejabat ini akan selalu membuat sensasi yang GA BANGET besok-besok atau sensasi yang GA BANGET ini menjadi sensasi terakhir sebagai pejabat (baca: di PECAT) ? kita lihat saja nanti..

Tifatul oh Tifatul….

Merdeka Selatan, 011010 17:05
Rhesza
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: