Kamis, 07 Oktober 2010

Malu Punya Ketua MPR…


Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf

Ada yang menarik ketika menyaksikan upacara kenegaraan yang selalu di laksanakan tiap tahun menjelang ulangtahun Tentara Nasional Indonesia-TNI yaitu Hari Kesaktian Pancasila dimana untuk menghormati tewasnya 7 Jenderal yang diculik dan dibuang ke sebuah lubang di sebuah kebun kosong di daerah Lubang Buaya-Jakarta Timur, yaitu pada saat pembacaan pembukaan UUD 1945 yang di bawakan oleh sang Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia, Bapak Taufik Kiemas sedikit melenceng daripada yang sudah di rancang oleh para bapak pendiri negara ini.

Bapak Taufik Kiemas (selanjutnya kita sebut, TK) melakukan kesalahan pada alinea kedua pembukaan UUD 1945 dimana kalau teks asli alinea kedua Pembukaan UUD 1945 adalah “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia, dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia...." tetapi oleh TK alinea kedua Pembukaan itu diganti menjadi "Bahwa perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia..."dengan terputus-putus.

Masih terkait dalam itu juga TK melakukan kesalahan lagi kali ini isi Sila Ketiga Pancasila yang seharusnya “Persatuan Indonesia “ tetapi di mulut TK pasal ketiga Pancasila berubah menjadi Persatuan Indonesia yang dipimpin oleh hikmat. Kemudian pada isi pasal kelima Pancasila yang seharusnya “"Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia." Kembali di bibir sang TK berubah menjadi "Keadilan sosial bagi bangsa Indonesia."

Tetapi dasar pejabat di negara ini ketika ditanya banyak orang terutama kawan-kawan jurnalis kenapa beliau membacakan Pembukaan UUD 1945 itu belepotan ? TK hanya menjawab tanpa rasa bersalah menjawab “ Biasa, namanya juga orang tua. Agak salah bacanya “ kemudian ketika ditanya lagi apakah teks yang dibacakannya itu berukuran kecil sehingga membuat salah membacanya tetapi TK berkilah bahwa tulisannya besar hanya dialah yang salah membaca..

Ketika melihat situasi ini yang ada dalam pikiran penulis adalah ada dua yaitu pertama, untungnya negara ini bukan negara beralatar belakang komunis dan yang kedua sebagai warga malu punya pejabat negara yang seharusnya menjadi panutan ternyata memalukan. Kalau ditanya kenapa dua alasan yang penulis utarakan diaata yaitu pertama, kenapa penulis mengatakan negara ini Republik Indonesia bukanlah negara Komunis karena kalau Republik Indonesia ini beraliran komunis berarti tindakan yang dilakukan oleh TK ini penghianat negara dan itu bisa langsung di DOR sekarang juga ketika beliau salah membacakannya benar tidak ? kemudian asalan kedua kenapa penulis malu punya pejabat dengan apa yang dilakukannya, kita tahu bahwa TK ini adalah mantu daripada bangsa bangsa negara ini yaitu Ir. Soekarno yang ikut juga merancang UUD 1945 termasuk Pembukaannya.

Bagi penulis apapun alasan beliau terhadap kesalahannya dalam membaca pembukaan bukanlah sekedar alasan karena factor umur atau apapun karena posisi beliau adalah pejabat, seperti kita tahu yang namanya pejabat adalah panutan bagi semua orang, apa jadinya tindakan yang di lakukan ini akan di ikuti oleh semua orang termasuk anak-anak kecil yang sekarang semakin kreatif jangan-jangan ketika anak-anak itu salah membacakan urutan pembukaan UUD1945 kemudian di tegur oleh orangtua atau gurunya kalau itu salah, kemudian sang anak mengatakan “ kenapa aku dimarahin, sedangkan Bapak Taufik Kiemas saja tidak pernah di marahin “ lantas siapa yang harus diminta pertanggung jawaban terhadap jika melihat perbandingan ini ?

Kita semua tahu bahwa anak-anak sekolah kita saat ini ketika di Tanya soal negara ini pasti selalu belepetan atau tidak tahu sama sekali, kalau tidak percaya cobalah Tanya sekarang adakah yang tahu urutan Pancasila atau tanggal berapa hari Pahlawan atau hari Sumpah Pemudah pasti jawabannya belepetan sama seperti apa yang dilakukan oleh TK benar tidak ?

Sudah saatnya para pejabat negara ini untuk lebih bersikap dan menjaga kelakuannya ketika di forum-forum acara kenegaraan jangan sampai kejadian TK ini terjadi kembali karena bagi penulis kejadian yang terjadi sama TK sangat fatal sekali dan ini bukan yang pertama kalinya beliau melakukan…

Thamrin, 041010 17:05
Rhesza
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: