Kamis, 07 Oktober 2010

Sudah Sejahterakah Prajurit Kita ?


Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf

Pertama-tama penulis ingin menghaturkan selamat ulang tahun kepada Tentara Nasional Indonesia yang tanggal 5 Oktober ini berulang tahun ke-65 semoga TNI ke depan bisa lebih professional dan kiranya para Jenderal di atas lebih peka dan lebih memperhatikan “perut” daripada prajurit-prajurit beserta keluarganya terutama yang berada di garis perbatasan dan pulau-pulau luar yang di miliki oleh Indonesia.

Berbicara soal TNI apalagi soal non teknis maka tidak akan ada habisnya walaupun sudah berulang kali di katakan akan memenuhi tetapi tetap saja, penulis tidak akan membandingkan kondisi non teknis ataupun teknis daripada kondisi tentara kita sekarang dengan yang lalu jaman Indonesia awal-awal kemerdekaan hingga menjelang Reformasi.

Kita bisa lihat ketika jaman awal-awal kemerdekaan hingga menjelang reformasi tentara kita solid bahkan di takuti oleh semua negara yang mencoba merusak kedaulatan rakyat dan negara ini, ketika Malaysia ingin mencoba-coba negara ini sang Proklamator dengan lantang menantang tetangganya untuk berperang bahkan rakyat Indonesia kala itu sudah siap untuk mati demi utuhnya negara ini tetapi nyatanya sekarang ? ketika kapal perang tetannga sebelah sedang test mesin beberapa inchi saja rakyat sudah marah tetapi Jenderal dan Pangliman Tertinggi di negara ini (baca: RI-01) hanya diam dan diam benar tidak ?

Kalau bicara soal tentara penulis merasa miris dengan kehidupan daripada prajurit tersebut, kita bisa lihat bagaimana para prajurit kerja dan berjibaku demi utuhnya kedaulatan rakyat tetapi tidak berbarengan dengan kebutuhan mereka sehari-hari dalam hal ini urusan perut, apakah kehidupan atasan mereka sama dengan kehidupan mereka ? ternyata berbeda 180 derajat dimana sang atasan hidup nyaman dan tergolong mewah sedangkan prajuritnya ?

Penulis pernah membaca sebuah artikel tentang kesejahteraan prajurit dimana kesejahteraan perut untuk prajurit pangkat bawah misalnya Kopral yang telah bekerja selama 12 tahun yang memiliki istri dan anak mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 856, 376 dengan rincian berupa gaji pokok sebesar Rp. 212, 300, tunjangan istri Rp. 21,230, tunjangan anak Rp. 4,246, tunjangan beras Rp. 52,900, tunjangan perbaikan penghasilan Rp. 255,700 dan uang lauk pau sebesar Rp. 310,000; jika melihat ini pertanyaannya adalah apakah cukup untuk sebulan dengan anggota keluarga 1 istri dan 2 anak walaupun berapa kali sudah di naikkan ?

Sayangnya penulis tidak mendapatkan sampai saat ini rincian gaji daripada para perwira mulai pangkat Letnan hingga Panglima tetapi yang pasti sangat berat sebelah jika melihat situasi yang penulis katakana di atas apakah ini seimbang dengan tuntutan yang diberikan negara dan masyarkat dalam menjaga negara ini ?

Kalau dilihat sebenarnya yang namanya TNI ini dalam hal anggaran cukup besar kita bisa lihat ketika jaman kakek dinasti cendana berapa banyak yayasan yang dibuat dan dikelola untuk tentara dengan label untuk kesejahteraan rakyat tetapi nyatanya kemana dana itu saat ini apakah masih tersimpan didalam kas dan bertambah serta di akhir tahun buku di bagi-bagikan ke semua prajurit termasuk prajurit pangkat bawah atau sudah entah kemana itu uangnya digunakan atau jangan-jangan dana itu di gunakan untuk kehidupan pensiun daripada para jenderal ini.

Kalau negara ini benar-benar bergantung daripada kerja para prajurit pangkat bawah dalam menjaga kedaulatan negara ini seperti yang berjaga di perbatasan Indonesia dengan negara-negara asing atau berada di pulau-pulau terluar Indonesia kiranya alokasi untuk perut mereka dan keluarga serta peralatan agar di lebihkan porsinya daripada budget ( baca: gaji) untuk para perwira menengah hingga Jenderal karena bagi penulis buat apa gaji sebesar itu untuk para perwira menengah seperti Letnan hingga Jenderal kalau kerjanya tiap hari hanya datang ke Markas masuk ruangan duduk di depan computer atau baca dan tanda tangan laporan tentang keamanan negara ini tanpa pernah turun ke lapangan, menginap dan melihat kondisi para prajurit pangkat bawah dalam keseharian mereka ketika mereka berdinas atau sedang mencengkrama dengan istri dan anak benar tidak ?!

Sudah saatny negara tetapi yang lebih penting adalah para perwira menengah sampai ke Jenderal lebih mengagendakan anggaran lebih besar untuk teknis TNI seperti peralatan dan perlengkapan penunjang dan juga “perut” para prajurit kalau perlu anggaran “perut” untuk perwira menengah hingga Jenderal dipangkas demi tersejahtera dan terjaganya negara ini jika anggaran itu tidak bisa di laksanakan apakah itu bisa di jalankan oleh para perwira menengah hingga jenderal ini ?

Selamat Ulang tahun Tentara Nasional Indonesia ke-65 semoga tambah sukses, tidak melakukan politisasi ketika masuk pensiun serta tambah professional…

Cilangkap 051010 17:00
Rhesza
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: