Kamis, 28 Oktober 2010

Antara Copiapo dan Wasior

Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagaian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf

Sebelum menulis lebih lanjut penulis ingin menghaturkan simpati kepada warga Wasior (12 perjalanan dari Manokwari ke Wasior) yang menjadi korban “tsunami kecil” dan juga bersuka cita atas diselamatkannya 33 penambang di Copiapo (800 Kilometer utara ibu kota Santiago-Chile)

Dari dua kejadian yang berada di dua negara ini ada satu kesimpulan menurut penulis harus kita renungkan jika kita menjadi pemimpin yaitu bahwa seorang pemimpin itu harus bisa berada, melihat dan mendengar apa yang rakyat minta.
Kita bisa lihat bagaimana Presiden Chile, Sebastian Pinera turun langsung untuk memimpin tim penyelamatan ke-33 penampang di tempat langsung tanpa meninggalkan semenit pun sampai ke-33 penambang tersebut dilihatnya, bahkan beliau rela pulang-pergi Santiago-Copiapo hanya untuk melihat langsung evakuasi terhadap rakyatnya, apa yang di lakukan oleh Presiden Pinera ini mendapatkan pujian yang tinggi dari masyarakat dunia karena begitu baiknya Presiden ini dalam menjaga keharmonisan antara negara dengan rakyatnya yang telah memilihnya menjadi Presiden.

Apa yang di lakukan Presiden Pinera ini s
angat bertolak belakang atau berbanding 180 derajat dengan Presiden negara ini bahkan terkesan lambat tidak jauh seperti keong racun berjalan, kita bisa lihat ketika Presiden Pinera sudah mulai di TKP pertambangan begitu tahu bahwa rakyatnya sudah dua bulan di dasar bumi tetapi di negara kita pemimpin kita baru bertindak nyata ketika ucapan simpati terlontar dari mulut manis Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang juga mantan ibu negara, Hillary Rodham Clinton terhadap apa yang terjadi di Wasior, Papua.

Yang lebih parahnya lagi setelah ucapan simpati dari Menlu AS mewakili Pemerintah dan Warga Amerika Serikat bukannya sang pemimpin yang langsung menuju kesana tetapi memerintahkan anak buahnya (baca:Menteri) ke TKP untuk memantau keadaan dan memimpin peredaran bantuan dari pemerintah setelah itu baru sang Presiden datang ke sana dan bertahan lebih dua hari lebih mirisnya lagi sang pemimpin dan rombongan memilih tidur nyenyak di Kapal Perang ketimbang mendirikan tenda diantara pengungsi.

Pertanyaan sekarang adalah inikah yang dinamakan pemimpin yang di pilih rakyat ? bagi penulis apa yang di lakukan oleh Presiden Pinera adalah BENAR seorang pemimpin yang di pilih oleh nurani rakyatnya dan ia bisa menjawab dan membalas yang rakyat telah lakukan agar ia terpilih sedangkan pemimpin negara ini ?

Bukan Cuma kasus Wasior saja yang banyak dikritik karena pemimpin kita terkesan lambat dan hanya mengirim anak buah bukan datang langsung padahal secara nyata dia dipilih langsung oleh rakyat bukan lewat siapa pun. Kalau memang pemimpin kita selalu mengusung dan menghalalkan politik pencitraan seharusnya kasus Wasior ini sang Presiden kita sudah langsung datang ke TKP bukan menyuruh bawahannya untuk menc mencheck lokasi benar tidak ?!

Kemudian kalau memang beliau pemimpin yang di pimpin langsung oleh rakyat sebagai “penjaga” negara ini dari siapa pun kenapa ketika negara kita diacak-acak sama Malingsia kenapa Presiden yang katanya di pilih oleh rakyat seharusnya bisa bersikap tegas dan keras seperti ketika jaman Ir. Soekarno marah besar ketika Malngsia mencoba mengacak-acak Indonesia tetapi kenyataannya Presiden kita tidak lebih seperti (maaf) kerbau di cucuk hidungnya dengan mengatakan lebih baik berdialog karena mementingkan kepentingan dua negara tetapi fakta yang ada adalah negara Malingsia selalu dan selalu mengusik kehidupan negara ini.

Atau pemimpin kita di usik ketika akan berangkat untuk mengadakan kunjungan kenegaraan ke bekas negara jajahan, Belanda diusik dengan isu akan di tangkap jika mendarat di Bandara Internasional Schipool, Belanda dengan sangkaan pelanggaran HAM terhadap kawan-kawan yang tergabung dalam Republik Maluku Selatan-RMS padahal sebenarnya mudah kok kalau memang Beye tidak bermasalah kenapa harus membatalkan kunjungan walaupun di beberapa masyarakat ada yang memujinya demi harga diri bangsa, harga diri dari mana secara jelas dalam aturan protocol untuk kepala negara dan diplomat yang berlaku dimana ketika seorang kepala negara atau diplomat tidak bisa di tangkap ketika sedang berkunjung dan bekerja ke sebuah negara dan negara yang sedang dikunjungi pun harus bisa melindungi mereka dari segala macam apapun termasuk dari segi hukum ! kasus Beye dengan RMS ini seperti kasus diktator Chile, Pinochet yang berkunjung ke Inggris untuk medis ketika itu banyak yang meminta agar Pinochet di tangkap karena kasus HAM di negaranya tetapi FAKTANYA ! beliau bisa datang dan pulang dari Inggris dengan nyaman kerena status dia sebagai mantan kepala negara yang harus dihormati sesuai dengan Konvensi Vienna yang sampai sekarang berlaku di dunia Internasional terutama kalangan diplomat !!

Sudah saatnya Presiden kita lebih dekat lagi dengan rakyat kalau memang Presiden itu dipilih langsung rakyat bukan hanya ucapan saja kalau saya sebagai pemimpin dipilih rakyat tetapi nyatanya ketika rakyat sedang kesusahan pemimpinnya malah seperti abis makan cuci tangan tanpa ada merangkul rakyatnya..

Satu hal lagi yang namanya pemimpin itu ibarat Matahari yang setiap hari menyinari bumi dan isinya sama seperti Pemimpin harus bisa memberikan semangat hidup kepada rakyatnya Semoga di masa mendatang masih ada orang Indonesia yang terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia mau berbasah kuyup dan berpanas bersama, mau berkeringat bersama dengan rakyat bukan sekedar ucapan manis di bibir yang selalu mengatasnamakan rakyat tetapi nyatanya ?

Merdeka Selatan, 201010 15:54
Rhesza
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: